Sabtu, 30 September 2017

Negoisasi untuk sebuah kue

Qadarullah hari ini saya masih lemah letih lesu. Hidung mampet dan meriang. Tapi agak mendingan dengan yang kemarin. Ini sudah bisa turun kasur.

Pagi-pagi. Saya dengar suara Icha, adik bungsu saya yang masih SMA beradu dengan suara Izz.
"Tante icha minta satu ya. Lapar tante ichanya"
"Tidak boleh" kata si Izz sambil mengipaskan tangannya.
D depan Izz ada beberapa potong kue dan putu. Rupanya si Icha kepengen minta kuenya juga
"Tante icha belum sarapan. Mau ke sekolah. Minta kuenya ya"
"No no"
Tumben juga si Icha minta kue. Biasanya dia cuma minum segelas teh terus berangkat sekolah. Ini malah sampai duduk ngesot ngemis kue depan Izz wakakakak. Nga biasanya juga Izz nga berbagi makanan sama orang lain. Biasanya bahkan orang yang bertamupun kerap dikasinya minuman atau makanan tanpa disuruh.
"Satu saja" si Icha masih mencoba bernegoisasi tp sudah di belakangi sama si Izz. Saya melirik mama seolah minta penjelasan.
Rupanya tadi malam tante ichanya mau nonton konser musik. Terus si Izz sementara nonton national geograpic. Tante icha mindahin chanel, walaupun bentar tapi kayaknya berasa 'sakit' di Izz. Secara si bocah memang suka liatin binatang. Jadi kesimpulan mama, uring-uringan Izz kebawa sampe pagi. Sampai nga mau berbagi kue dengan tante Ichanya. OWAALAAAA...

"Ummi boleh minta 1 kuenya"saya menghampiri
"Boleh mii"jawabnya cepat dan menyodorkan 1 kue. Saya terkikik melihat ekspresi tantenya.
"1 lagi boleh?"
"Nagh" Izz memberi saya 1 potong kue lagi
"Waah terimakasih. Sekarang ummi punya 2 kue. Alhamdulillah..."
"Tapi...kayaknya kuenya kebanyakan ya. Nanti ummi nga bisa habiskan. Ummi kasi ke tante Icha 1 ya"
Izz keliatan memandangi wajah tantenya lalu ke kue yang di tangan saya secara bergantian. Cukup lama sampai dia berkata "iyah"
"Boleh ya?"saya bertanya menyakinkan
"Iya"
Saya mengusap kepalanya dan mencium pipinya. Lalu memberikan kue ke tantenya.

Sebuah pelajaran buat saya. Anak-anak emang bener punya hati selembut kapas. Kita yang membentuk karakternya. Izz belajar dari ketidaknyamanan perlakuan tantenya yang mengusik kesenangannya jadi dia pun ogah memberikan kuenya buat sarapan. Belajar dari pengalaman sepotong kue hari ini untuk lebih menjaga perasaan dan emosi si kecil

#day10
#level8
#tantangan10hari
#kuliahbunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanItuDicari
#CerdasFinansial

Jumat, 29 September 2017

Buah semangka dan percakapan 'legit"

Siang paling enak ngunyah yang seger-seger. Hari ini saya flu berat..kepala trasa pening plus demam. Mama inisiatif membelikan coto Makassar. Maka berangkatlah mama dan Izz ke terminal pasar menggunakan kendaraan favorit anak shaleh. Bentor!

Ternyata yang di bawa pulang bukan cuma coto makassar tapi sebuah semangka yang ranum, merah nan manis. Saya potong, masukkan sekitar 20 menit di freezer dan dinikmati. Izz ikutan menikmati buah semangka dan percakapan 'legit' itu terjadi.

"Mii...mii beninhnya diambing mi diambil" kata Izz sambil menunjuk biji-biji semangka
"Iya ini sudah sengaja ummi taroh disini" saya menunjuk kantongan plastik putih.
"Mau diapa memang bijinya nak?"iseng saya tanya
"Ditanam"
"Dimana?"
"Di kebun..di lumah..di banjalbaru"
"Ooo oke oke. Nanti kalo berbuah diapakan"
"Dimakanlaaah"
"Kan banyak itu..sisanya?"
"Dijual mii..kita jual di pacang (pasar)"
Ohh WOOWW hahaha mantap juga si bocah ini bisa kepikiran jual hasil panen semangkanya. Bagus..bagusss...jiwa enterpreneurnya mulai ada ternyata
"Buat apa jualan semangka??tanya saya iseng
"Nanti uangnya kita tabung"
"Oohh kalau umpamnya Allah kasi rejeki banyak. Terus hasil jualan semangkanya banyak. Selain izz tabung diapakan lagi?"
"Berbagi Miii"
JLEB!!!!

Anakku..anakuu...Tak sia-sia kami kerap membawamu pesiar ketik berbagi sebungkus nasi di Jum'at pagi. Rupanya pelan konsep berbagi menyusup ke kepalamu. Rupanya pelan konsep sebab akibat mulai tertata di benakmu.

Izz biasanya ketika saya ajak bicara. Dan saya sodorkan dengan pertanyaan menguji. Maka akan ada ujungnya dia menjawab asal ketika nalarnya sampai ke titik buntu mau jawab apalagi. Tapi siang ini percakapan kami terasa legit. Saya yang membisu..terkunci dengan jawaban akhirnya.

Barakallah nak. Semoga kami selalu bisa memberi dan mengajarkanmu hal positif. Aamiin

#day9
#level8
#tantangan10hari
#kuliahbunsayIIP
#cerdasfinansial

Kamis, 28 September 2017

Edisi cukur rambut

Izz tipekal anak berambut lebat dan cepar skali gondrongnya. Hari ini si nenek berniat mengantarnya ke salon untuk potong rambut. Beberapa hari yang lalu saya sudah mengantongi ijin abinya buat di potong. Sebenarnya kalau saya pribadi malah suka Izz kegondrong-gondrongan hehehe. Tapi buat nenek nga elok dipandang. Maka jadilah sore ini mereka ke tukang cukur. Dan berhubung karna saya flu berat sayapun nda ikut serta.

Cerita ini saya sadur dari cerita nenek ketika sampai di rumah. Katanya ketika mereka sudah sampai di tukang cukur. Rupanya sedang antri. Dan izz dapar giliran ketiga. Tak gampang membujuknya duduk berlama di kursi ketika pemandangan di luar hilir mudik sang kendaraan kesayangan, bentor (becak motor). Hingga klimaksnya..tiba-tiba dia berteriak seperti kebakaran jenggot
"Mana bentong ing..kenapa nda di jemput ingnya..manaaa huhuhuh"
Si nenek dengan sigap membujuk meskipun kewalahan dan akhirnya tiba giliran dia dicukur.

Nagh moment ini menjadi moment mendebarkan buat si tukang cukur. Sudah 4 kali kami membawa Izz cukur rambut di situ. 4 kali pula Izz bikin keringatan si tukang cukurnya. Nga mau dia di potong rambutnya. Nantilah pada saat kami cukur si Izz di banjarbaru. Kali pertama dia nga nangis. Maka berbekal pengalaman itu, neneknya mau bawa Izz cukuran seorang diri.

"Wah kapan datang?"sapa tukang cukur. Sudah hapal dia wajah Izz hehehe
"Sudah besar yaaa" lanjutnya
"Iya tawwa sudah besar..rambutnya juga jadi panjang..makanya mau di potong ya nak ya" timpal si nenek sambil mendudukan Izz di depan cermin. Yang bersangkutan diam ala es batu aje.
"Nanti habis cukuran kita naik bentor kan...sudah menunggu om bentornya" si nenek terus membujuk
"Di banjarbaru katanya pintar kan Izznya potong rambut. Nda pake gunting..pake alat khusus kan...
"Iya..geli tapi bangung (bagus)" akhirnya si bocah menimpali. Dan di balas puluhan kata dari si nenek berkolaborasi dengan tukang cukur. Hingga tidak di rasa ritual cukurannya selesai. Alhamdulillah
Mereka akhirnya pulang dengan senang gembira menggunakan bentor.

Sampai di rumah. Tak perlu bertanya ke neneknya. Si anak sholeh sudah mendahului bercerita pengalamannya. Saya cek ricek dari cerita nenek. Dan ternyata PR saya masih sama. Mengedukasi perihal menunggu dan bersyukur. Ketika antri membayar makanan di kasir Izz bisa sabar. Tapi untuk antrian lain sepertinya belum bisa kompromi. Ditambah lagi dengan godaan bentor, jadi pengennya cepet-cepet.
"Nak..Allah suka lho sama anak yang sabar. Mau antri..mau nunggu..tidak rewel. Buktinya Izz langsung di jempu sama amang bentor kan tadi pas selesai di cukur"
"Iya"
"Nagh..lain kali lebih sabar lagi ya. Supaya amang bentornya juga senang ada penumpangnya yang anak baik" wkwkwkwk rada nga nyambung. Tapi percakapan kali ini setidaknya smoga sampai di jangkauannya

#day8
#level8
#tantangan10hari
#kuliahbunsayIIP
#cerdasfinansial

Rabu, 27 September 2017

Pasar Rabu

Yeaay hri ini pasar rabu. Dan izz saya ajak ke pasar bareng si nenek. Saya sendiri suka ke pasar di kampung halaman karna jajanan khas daerah akan digelar semerbak di sana. Saya sudah niatan mau makan barobbo. Makanan khas dari jagung yang dimasak di campur aneka macam sayuran khas Enrekang. Si Izz sendiri moment ke pasar menjadi hal yang menyenangkan karna itu berarti dia bisa naik bentor pergi dan pulang hehehe.

Sampai di pasar. Saya membeli kue baje (jewawut yang dimasak bersama gula merah hingga terbntuk menjadi adonan dan dibungkus dengan daun jagung kering). Andalan saya nih..cuma ada di Enrekang. Sambil nunggu si ibunya bungkusin. Si Izz rupanya kepengen beli puding gula merah. Pake acara setengah merengek
"Mau yang ini mii..mau yang ini"katanya
"Iyah sabar..satu-satu ya"
Karna kurang sabaran. Rupanya si bocah berusaha menggapai sendiri pudingnya. Yap berhasil diambil satu lalu di makannya. Owaalaaaag. Neneknya lalu menanyakan harga dan mengambil dua lagi untuk si anak shaleh. Saya langsung membayar totalnya..dengan hati campur aduk.

Nenek mengajak kami masuk warung barobbo. Sekalian biar si Izz bisa menikmati pudingnya sambil duduk. Kesempatan saya buat mengedukasi.
"Nak..kalau makanannya belum di bayar. Bagusnya jangan di makan dlu. Biar ibu penjual yang ambilkan"
Nga ada respon..si bocah asik dengan pudingnya
"Untung tadi kuenya nda jatuh. Kan tempatnya tinggi...
Si bocah memperhatikan saya tak berkedip
Lain kali kalau Izz beli sesuatu. Sabar dulu ya..tunggu ibunya aja yang ngasih. Gimana..enak pudingnya??
"Enak mii"
"Padahal hampir jatuh tadi itu nak pudingnya pas Izz mau ambil. Kan Izz belum sampai tangannya"
"Cudah sampai mii..cudaah"
"Tapi susah kan tadi ambilnya?"
"Iya"
"Nagh lain kali harus sabar ya"
"Antlii mii kan?"
"Iyah AN...TRII.."
Huhft sampai pada kesimpulan sendiri akhirnya.

Benar pasar adalah tempat untuk belajar banyak hal. Termasuk mengajarkan kehidupan sosial kepada anak-anak. Karena di pasar kita bisa menyaksikan profesi penjual ikan,sayur dll. Bahkan tak jarang di kampung saya...para penjual mengikut sertakan anak-anak dibawah umur untuk ikut berjualan. Anak TK SD sudah bisa melayani pembeli dengan baik. Membersihkan meja bekas makanan ataupu. Mencuci piring bekas pelanggan. Ada tukang bentor, kuli barang, pengemis dll. Dan kesempatan saya pula mengajarkan bahewa ada banyak orang yang tak seberuntung Izz. Meskipun usianya belum 3 thn. Tapi anak-anak ketika diperlihatkan hal nyata lebih cepat nyerapnya. Semoga dengan begitu kelak tumbuh jadi anak yang pandai bersyukur

#day7
#level8
#tantangan10hari
#kuliahbunsayIIP
#cerdasfinansial

Selasa, 26 September 2017

Ke bank bareng nenek

Yeay..akhirnya setelah berbulan-bulan nga di ajak ke bank gegara ada moment si mba teller nolak kita pas mau nabung uang koin hasil celeng Izz huhuhu (emang ada nga ya rulesnya nga boleh nabung uang koin??sedihh sangat). Hari ini Izz diajak sama nenek. Meskipun bukan menabung, tapi transfer tunai.

Suasana bank siang ini memang nda ramai. Jadi prosesnya cepet. Tapi meski cepet, spertinya si Izz lagi badmood. Saya lagi bantu nulis blanko penyetoran dianya main sodok sodok sana sini. Pas lagi duduk manis nunggu antrian...dianya selonjoran di lantai nga karuan. Sampai pada adegan membuang kacamatanya di tong sampah wkwkwkw.

Tiba giliran kami. Si Izz main tarik tarik duit setoran sampai berantakan. Ujungnya bisa terselesaikan walaupun botol minumnya kelupaan di bank.

Sampai di rumah. Saya menanyakan perihal perilakunya di bank tadi.
"Ingg mau makan roti mii, lapal inggnya"
"Jadi tadi itu Izz lapar?"
"Iyaa mo makan"
Hahaha ternyata wujud ketidak kooperatifannya di bank tadi karna lapar.
Okesip..lain kali ummi akan tanyakan tiap kali Izz bertingkah 'aneh'. Yang tadi bener lupa

#day6
#level8
#tantangan10hari
#kuliahbunsayIIP
#cerdasfinansial

Senin, 25 September 2017

Nabung buat ongkos naik bentor

Karna kami masih dalam kondisi mudikm. Dan saya lupa membawa celengan si bocah. Otomatis penyimpanan recehnya berubah. Beberapa minggu lalu si Izz menyimpan di dompet kece berwarna yellow sesuai warna kesukaannya. Pemberian si nenek. Tiap ada uang receh di masukkan di situ. Tapi tujuannya nabung berubah jadi ongkos naik bentor (becak motor)
"Tabung mi..buat naik bentong" begitu katanya

Dan tak lupa saya memberikan uang hak nya sisa kembalian beli krupuk di perjalanan pulang kemarin. Si Izz pun memasukkan ke dompet dengan alasan yang sama.

Alhamdulillah sejak dia bisa berjalan, kami membiasakannya untuk menabung. Ketika celengnya sudah penuh biasanya tiap bulan saya mengajak si Izz menabung sendiri di tabungan juniornya. Buku tabungannya pun sudah dikenalinya dengan baik. Ketika saya buka dompet dan tanpa sengaja si atmnya nongol. Dia akan berseru...punya ing ini kan. Nti di kasi kalo cuda becang...

#day5
#level8
#tantangan10hari
#kuliahbunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Sabtu, 23 September 2017

Ketika bakso tak jadi pilihan😎

Hari ini kami bertiga, saya, bapak dan Izz balik dari kota Makassar ke Enrekang. Salah satu agenda ke Makassar memang menemani Bapak kontrol ke dokter. Qadarullah, mobil yang menjemput kami hrusnya jam 2 siang molor jadi jam 4 sore. Kami baru meninggalkan kota Makassar menjelang jam 5 sore.

Dan saya nga menyangka kalo perjalanan darat ini cukup 'menyiksa'. Izz sepanjang jalan lompat-lompat di dalam mobil. Kepengen pindah ke jok belakang lah..mau ini lah mau itulah. Bejibun polahnya yang mengundang tanduk umminya keluar. Menjelang magrib kami berhenti untuk shalat di salah satu Masjid di kabupaten Pangkep. Sejam kemudian setelah melanjutkan perjalanan mobil kami mogok. Padahl perjalanan belum separuhnya. Mana sudah malam pulak. Si Izz kala itu tidur terlelap. Jadi saya dan Izz tetap di atas mobil ketika aksi dorong mendorong diadakan. Maafkan kami pak supir. Hampir sejam kami dilanda dilema baru si mobil kompromi untuk jalan lagi. Nga sampai 5 menit mobil berhenti di sebuah warung. Mungkin si supir lelah habia dorong mobil. Dan saat itupun si bocah bangun dari lelapnya.
"Om copingnya mana Mi?" tanya begitu melihat jok depan kosong
"Omnya lagi makan..lapar dia"
"Ing juga mau makan"
"Makan apa nak?"
"Bacco (bakso)"

Sayapun mengajaknya turun dari mobil menuju warung makan. Saya lalu membaca sekilas menu di depan warung. Wuaaah nga ada bakso. Make sure ke kasirnya apa di warung tersebut menyediakan menu bakso. Ternyata memang tidak tersedia. Dengan berat hati saya jongkok menghadap Izz sambil mengelus rambutnya.
"Nak, katanya mbanya nga jual bakso"
Uuhh ekspresi kecewa bin ngantuknya menguap. Bikin hati ini teriris-iris maaak
"Kita cari yg lain saja ya"sahutku menghibur
"Iyah" katanya lirih huhuhu
Dan kami berjalan ke toko sebelah. Di situ di jual aneka makanan ringan, minuman roti dll.
"Izz mau yang mana nak?" saya lalu menanyakan beberapa harga makanan ringan ke penjaga toko. Izz lalu menunjuk momogi dan taro
"Kalo yang ini nanti masih ada kembaliannya buat di tabung. Tapi kalo beli yang ini (taro) sudah nga ada kembaliannya. Jadi izz nga bisa nabung. Nagh izz mau yang mana?"
"Yang ini caja mii" tunjuknya ke momogi
Saya lalu membayar dan menunjukkan kembaliannya. Nagh ini kembaliannya. Ummi simpan dulu ya...supaya aman.
"Nanti di rumah cakke..kita tabung" katanya. Saya tersenyum dan menginyakan.

Alhamdulillah nga sampai protes nangis-nangis meski nga ada bakso. Alhamdulillah bisa di ajak kompromi dan bisa memutuskan dengan pilihannya dan alasannya sendiri. Meskipun tadi drama sepanjang jalan sampai ia tertidur pulas

#day4
#level8
#tantangan10hari
#kuliahbunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Selasa, 19 September 2017

Kisah si jeruk manis

Kemarin nenek membekali kami 2 kilo jeruk manis saat perjalanan ke Makassar. Sampai di Makassar, rupanya jeruk tersebut tidak habis. Dan kami masih bisa menikmati di rumah adik ayah.

Izz yang doyan jeruk juga. Gabung di saat-saat terakhir. Sebelumnya dia sibuk bermain dengan tantenya. Saat melihat kami menikmati jeruk manis dia pun minta. Saya bukakan dan kami menikmati bersama. Habis satu buah minta lagi. Habis 2 buah minta lagi. Dan akhirnya saya meminta untuk mengambil di kulkas.

Izz berjalan ke dapur dan membuka kulkas. Sejurus kemudian terdengar teriakannya.
"Ummi nda ada...jeluknya mana?"
Olalaa jangan-jangan habis. Saya besegera menyusul ke dapur dan memang benar ternyata jeruk yang tadinya saya simpan di kulkas sudah ludes des. Aiiihhh...
"Waah jeruknya manis sekali, pantas laku habis ya. Besok-besok kalau ada rejeki kita beli lagi ya di pasar" saya mencoba stay cool
"Jeluk mii jeluk..Inggnya mau jeluk" huhuhu nangis deh si bocah.
"Atau nanti kalo balik ke kampung kita bisa sama-sama bisa ke pasar kan. Nanti Izznya bisa milih..warna yellow..warna hijau"
"Inggnya mau makan jeluk..sudah habing"
"Iyah nak..sudah habis. Ayok yok kita berdoa. Smoga Izz cepet dapat rejeki. Alloh ngasih hadiah jeruk manis lagi"
Dan masih aja nangis. Tantenya ikut membujuk tapi tak mampan juga. Akhirnya saya usap kepalanya saja sambil menenangkan dan sampai pada titik menyerahnya dia.

Anakku Izz. Hari ini dia meraung-raung minta dibelikan jeruk. Saya mencoba bernegoisasi tapi belum bisa. Dia bersikukuh dengan permintaannya sampai tidak mau menutup kulkas kala itu. Tapi akhirnya tangisnya teredakan dengan beberapa elusan, kalimat menenangkan dan pelukan. Yahhh, Ummi masih banyak PR untuk membersamaimu dan menceritakan konsep rizki, berbagi dan ridho Allah. Agar nantinya kamu bisa mengatur dan paham sendiri mengelola finansial dengan bijak

#day3
#level8
#tantangan10hari
#kuliahbunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Senin, 18 September 2017

Safar ke Makassar

Hari ini Izz safar ke kota Makassar. Saya nga terlalu hapal berapa km jarak antara Makassar dan Enrekang kota kelahiran saya. Tapi setidaknya bisa ditempuh lewat jalur darat sekitar 6 sampai 7 jam.

Nagh safar kali ini saya ditemani 2 lelakiku. Ayah dan anakku si Izz. Kami membawa motor tante Aci yang InsyaAllah akan dipakai untuk lanjut sekolah di Makassar. Alhamdulillah sepanjang perjalanan Izz kooperatif. Malah justru saya yang mabok perjalanan.

Qadarullah..mabok perjalanan kebawa sampai di Makassar. Puyengnya minta ampun. Kami start jam setengah 8 sampai jam 2 siang. Waktu yang best buat istrahat siang tapi si bocah malah on fire. Padahal di mobil tadi tidurnya bentar aja.

Sambil nahan kantuk dan sakit kepala saya mengikutinya dari belakang. Melihat tangga menuju loteng Izz antusias skali dan saya yang harua puyeng mondar mandir ke sana kemari menjaga si bocah. Soalnya si tangga menikung mantap, lengkap dengan sisi sisi pegangan tangga yang lancip. Bikin ngeri duluan.

Habis naik turun tangga. Si Izz ikutan bantu membuka sayuran dari kampung. Lalu kue. Nagh part ini dia berinisiatif untuk berbagi kuenya dengan tante, om dan nenek (saudara papa saya).
"Ayo dimakan..makanlahh"katanya. Spontan semua tertawa dengan ulahnya
.
"Waah masyaAllah baik skali anak ummi mau berbagi rizki"
Dan di ajungkannya jempolnya ke arah saya😍😍😘

#day2
#level8
#tantangan10hari
#kuliahbunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Minggu, 17 September 2017

Belajar konsep berbagi

Hari ini Izz safar ke kota Makassar. Saya nga terlalu hapal berapa km jarak antara Makassar dan Enrekang kota kelahiran saya. Tapi setidaknya bisa ditempuh lewat jalur darat sekitar 6 sampai 7 jam.

Nagh safar kali ini saya ditemani 2 lelakiku. Ayah dan anakku si Izz. Kami membawa motor tante Aci yang InsyaAllah akan dipakai untuk lanjut sekolah di Makassar. Alhamdulillah sepanjang perjalanan Izz kooperatif. Malah justru saya yang mabok perjalanan.

Qadarullah..mabok perjalanan kebawa sampai di Makassar. Puyengnya minta ampun. Kami start jam setengah 8 sampai jam 2 siang. Waktu yang best buat istrahat siang tapi si bocah malah on fire. Padahal di mobil tadi tidurnya bentar aja.

Sambil nahan kantuk dan sakit kepala saya mengikutinya dari belakang. Melihat tangga menuju loteng Izz antusias skali dan saya yang harua puyeng mondar mandir ke sana kemari menjaga si bocah. Soalnya si tangga menikung mantap, lengkap dengan sisi sisi pegangan tangga yang lancip. Bikin ngeri duluan.

Habis naik turun tangga. Si Izz ikutan bantu membuka sayuran dari kampung. Lalu kue. Nagh part ini dia berinisiatif untuk berbagi kuenya dengan tante, om dan nenek (saudara papa saya).
"Ayo dimakan..makanlahh"katanya. Spontan semua tertawa dengan ulahnya
.
"Waah masyaAllah baik skali anak ummi mau berbagi rizki"
Dan di ajungkannya jempolnya ke arah saya😍😍😘

#day1
#level8
#tantangan10hari
#kuliahbunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Minggu, 10 September 2017

aliran rasa#7

Anak adalah bintang dalam keluarga. Ungkapan positif untuk suntikan para orang tua yang tak pelat digoda keisengan anak, diuji kesabaran oleh tingkah
pola anak.

Maka membangun wacana bahwa tiap anak adalah bintang dalam keluarga, tiap anak adalah istimewa.

Level ini banyak menyadarkan saya bahwa sejatinya tiap anak tumbuh dan berkembang dengan membawa aneka keunggulan masing-masing. Saya lebih bisa menggali kelebihan anak dan menghargainya. Misalnya ketika si Izz merengek minta main puzzel sistem peredaran darah. Awalnya saya berniat simpan dulu ntar kalo cukup umur baru diperliatkan. Ehh ternyata dia bisa menyelesaikan susunannya dengan baik. Kali lain ketika dia diajak ke mall dia lebih mwmilih bermain lego sampai lebih sejam kemudian saya dan suami harus rela menunggui agar binar-binar riang tidak pergi dari wajahnya. Padahal di rumahpun dia punya lego. Hal ini memberi pesan ke saya bahwa lokasi bermain pun berpengaruh.

Dan sayapun tak boleh memaksakan diri. Misalnya ketika dia dengan inisiatif sendiri membuka kantong roncenya dan pada akhirnya tak urung menyelesaikan permainan meronce karna malas ataupun tidak suka. Saya tak bisa memaksa.

Belajar saling memahami agar anak bisa dengan leluasa memperlihatkan kesukaannya.

#kuliahbunsayIIP
#BintangKeluarga
#Aliranrasa7