Kamis, 20 Februari 2020

Sinergis

Konsep aktivitas sosial yang saya tuliskan disini kebetulan telah kami lakukan beberapa tahun terakhir ini. Aktivitas sosial tersebut adalah berbagi nasi bungkus di Jum'at pagi, minimal sekali sebulan. Aktivitas ini juga masuk di family project keluarga kami. Konsep kegiatan sosial ini awalnya butuh penyesuaian apalagi kami melibatkan anak yang notabene masih di bawah umur 5 tahun. Jadi stok sabar dan senantiasa mengayomi benar-benar dibutuhkan.

Kami memberi nama kegiatan ini dengan sebutan 'berbagi nasi'. Anak sulung saya pun sudah bersahabat dengan kalimat tersebut. Ketika Kamis malam saya sibuk menyiapkan bumbu dapur, dia sudah paham besok waktunya untuk "berbagi nasi"

Tujuan dari kegiatan kami ini
1. Quality time yang diramu dalam family projeck. Ibaratnya sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Ketika melakukan kegiatan ini, semua anggota keluarga bahu membahu mengambil porsinya masing-masing.
2. Mengajarkan berbagi dan bersedekah terutama untuk anak-anak kami
3. Menyediakan sarapan kepada para pekerja pagi, pemulung dll
4. Kegiatan serupa bisa menjadi sumber inspirasi buat keluarga lain, komunitas untuk berbuat dan bertindak lebih dari apa yang telah kami lakukan
5. Mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Scan diri untuk selalu bersyukur, bahwasanya diluar sana masih banyak yang kekurangan

Target kegiatan
K
1. Kami menargetkan berbagi nasi di Jum'at pagi. Start dari rumah pukul 07.00 dan selesai dibagikan jam 08.00 atau maksimal 08.30 sebelum mengantar anak ke sekolah
2. Kami menargetkan untuk menyisir jalan dan memberikan kepada pemulung, tukang bersih, tukang becak, tunanetra dan disabilitas lainnya, pengamen, tukang pijit, lansia dll.

Sinergis dengan siapa saja?
Di dalam keluarga, tentu semuanya terlibat
1. Mulai dari membeli bahan makanan di pasar, saya dan suami berjibaku ke pasar tradisional sampai ke pemotong ayam
2. Untuk tahap pembuatan. Kami kembali bersinergis, saya berperan memasak, suami menjaga anak-anak
3. Tahap packing, kami melibatkan anak disesuaikan dengan kemampuan motoriknya. Sulung sudah bisa mengingat bungkusan makanan dan menarohnya ke goody bag. Yang bungsu memasukkan sedotan dan air mineral kedalam bungkusan
4. Tahap pendistribusian, kami melibatkan tetangga mahasiswa sambil berbagi tugas untuk menyisir jalan
5. Refleksi, biasanya setelah selesai pendistribusian dan mengantar sulung saya sekolah. Kami makan bersama, termasuk dengan tetangga sambil bercerita tentang pendistribusian makanan tadi. Biasanya kami akan menemukan pembelajaran hati dalam cerita-cerita yang dilontarkan😍

#materi4
#emphaty
#filantropi
#charity
#suistainability
#habituasisejutacinta
#sejutacinta
#ibuprofesional
@sejutacintaoibuprofesional

Jumat, 14 Februari 2020

Mulai dari diri sendiri

Hidup di zaman sekarang, disandingkan dengan teknologi, membuat kita manusia terbuai dan tak ayal mengarah kepada perilaku malas dan ketergantungan. Teknologi memang diciptakan untuk mempermudah ruang gerak manusia milenial, yang mana tantangannya memang jauh berbeda ketimbang zaman dahulu, atau beberapa puluh tahun sebelumnya. Akan tetapi, semoga kita bisa lebih bijak memilih dan memaknai teknologi ke ranah yang lebih positif.

Kali ini kita berbicara soal suatainability. Bagaimana kita hidup berdampingan dengan alam yang seyogyanya mampu menyediakan sumber daya yang dapat kita manfaatkan.

Tak perlu jauh-jauh dulu. Disini saya berusaha menilik pada diri saya sendiri. Apa yang telah saya lakukan terkait pola kehidupan saya berhadapan dengan social sustainability. Tak banyak, sungguh menyedihkan. Tapi dengan gerakan kecil dari rumah, saya berharap saya bisa tetap konsisten.
Terkait peran saya di ranah keluarga sebagai Ibu Rumah Tangga maka saya punya andil dalam mengelola sampah keluarga. Di rumah kami sendiri, sudah diterapkan beberapa poin untuk meminimalisir sampah ini
💚 Menggunakan _clothes diaper_ ak clodi ak popok kain untuk anak-anak saya. Dan sedapat mungkin meminimalis penggunaan popok sekali pakai. Biasa saya menggunakan popok sekali pakai untuk perjalanan jauh atau kondisi emergency lainnya. Hal ini saya lakukan sejak tahun 2015
💚Menggunakan pembalut kain
💚Belanja bulanan dengan tas sendiri
💚Sampah basah untuk pakan ternak
💚Membatasi penggunaan tissu, biasanya saya mengghabiskan 1000fly tissue per bulan. 3 bulan terakhir saya mencoba mengurangi hingga menyiapkan 1 tissue kecil saja di rumah. Urusan lap melap disiasati dengan menggunting kain sama besar hingga bisa di cuci ulang.

Kemudian..bagaimana kita menjamin kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Sementara mereka sudah terlanjur bergantung pada kondisi serba praktis?
Di tempat tinggal saya sendiri, perilaku yang nampak terlihat adalah manajemen sampah. Masih banyak yang tergantung pada benda-benda yang sulit terurai ketika menjadi sampah. Tissu, popok, plastik, kemasan dll. Dan parahnya lagi, kadang di komplek saya sendiri. Di rumah yang kebetulan tak dihuni pemiliknya, kita kadang menemukan onggokan plastik berisi sampah yang di buang tidak bertanggung jawab.
Masalah yang lain masih terkait dengan sampah adalah pembakaran sampah. Di sekitar saya, membakar sampah di halaman depan di pagi hari menjadi 'trend' tersendiri.
Fenomena lain di komplek saya adalah penebangan pohon. Karena komplek saya terbilang baru maka menebang pohon menjadi semacam pemandangan yang lumrah. Tapi yang lebih memprihatinkan adalah galian tanah yang amburadul. Bulsozer melalap tanah habis-habisan tanpa menggunakan SOP keamanan. Sore kemarin saya dan suami sempat berkeliling dan melihat kondisi galian tanah yang lebih dalam ketimbang hunian penduduk di sekitarnya. Hal ini tentu bisa berakibat buruk pada lahan bermukim. Ketika musim hujan seperti sekarang, rawan longsor dan genangan air besar bermunculan dimana mana


Lalu...apa yang bisa saya lakukan??
Nagh..ini pun memprihatikan karena saya tak bisa melakukan banyak hal. Hanya berharap memulai dari point kecil dalam suatu masyarakat yakni melalui keluarga saya dulu. Lewat pembiasaan-pembiasaan kecil yang dijadikan sebuah rutinitas, berharap tetangga pun bisa mengikuti. Lewat edukasi kecil kepada anak-anak saya yang masih balita, entah itu lewat game dan buku sebagai sarana edukasi. Agar mereka paham sebuah suatainability. Bagaimana alam sudah menyediakan rupa-rupa bahan untuk kita manfaatkan. Dengan itu saya menyelipkan harapan, kelak mereka bisa tumbuh menjadi sosok yang lebih menghormati alam

Selasa, 11 Februari 2020

Ilmu di keluarga: Inside out family

Pekan ini saya masih betah di keluarga konflik. Pekan pertama setelah agak teratasi dengan chat yang menumpuk, dan ruang tele yang tak henti ketiban chat. Akhirnya mulai bernafas dengan ritme chat dan belajar meski masih ngos ngosan. Salah satu alasan saya juga agar lebih fokus. Maka pekan ini saya belum memutuskan untuk berselancar dan bertamu ke rumah keluarga lain. Akan tetapi saya tetap mengikuti go live di rumpun keluarga FBG. Yang ada d mind map saya, salah satunya yang menarik untuk saya pelajari dan terkait pula dengan amanah yang diberikan kepada saya, yakni manager keuangan. Yaitu manajemen keuangan. Kemungkinan next week saya mau bertamu ke rumah mereka.

Pekan ini...cukup di rumah sendiri. Rumah manajemen emosi. Sub tema manajemen konflik. Keluarga inside out family. Saya masih harus membenahi tentang manajemen emosi, konflik. Karena menurut saya, saya harus menyelesaikan diri sendiri sebelum belajar hal lain yang lebih besar.
Dan pekan ini di keluarga kami akan berbicara terlebih dahulu tentang konflik yang terjadi dengan pasangan. Seru skali, MasyaAllah...dan bener-bener memberi saya energi. Meski lewat WAQ tapi emosi antara para bu ibu member terjalin, saling menguatkan.

1Kemampuan komunikasi yang tidak efektif
💚 Tidak memahami fitrah perempuan dan laki-laki
💚Tidak memahami bahasa cinta pasangan
Dr. Garrry chapman menemukan 5 bentuk bahasa cinta
1) World of affirmation (kata-kata yang meneguhkan)
2) Physical Touch
3) Receiving gift (hadiah)
4) Quality time (waktu yang berkualitas)
5) Act of service (melayani)
Ada beberapa orang yang canggung menyatakan cinta dalam kata-kata, bisa jadi orang tersebut juga canggunh dalam menyatakan bahasa cinta melalui sentuhan. Sehingga dengan melayani adalah cara terbaik yang diberikan pasangan.

2. Teknik komunikasi yang bisa dilatih bersama pasangan menurut Denny Hen dalam buku _The_ _great marriage_
💆🏼‍♀️PASANGAN
💚 ```P``` erhatian penuh. Singkirkan segala hal yang berpotensi mengganggu jalannya komunikasi seperti hp,tv,dll
💚 ```A``` pa yang terjadi. Mulai dengan salah seorang menceritakan apa yang terjadi
💚 ```S``` erius mendengarkan
💚 ```A``` ktif bertanya
💚 ```N``` gulang lagi
💚 ```GAN``` tian. Setelah parafrase suami diterima istri, giliran suami yang bercerita dan berbicara dengan teknik ini.

💆🏼‍♀️P4K
RUMUSNYA
P : Problem
P : Pendapat
P : Perasaan
K : Keputusan

💆🏼‍♀️SKAK
Berikut 3 tips yang perlu diingat saat pasangan mengalami SKAK (Stres, Ketakutan, Amarah dan Kesedihan)
💚Akui kesulitan yang dihadapi pasangan. Jangan meremehkan dan mengecilkan masalah tersebut
💚Jangan mencoba melakukan problem solving
💚Gunakan pertanyaan terbuka ketika bertanya
💚Jangan membawa hal-hal personal
💚Jangan menyuruhnya menjadi tenang
💚Temukan tujuan dan halangannya
💚Tanyakan apa yang hilang
💚Jangan mencoba membuat pasangan tersenyum

Teknik terapi okupasi

Memahami bahasa cinta pasangan. Teori Gray Chapman.
Bagaimana mencari tau bahasa cinta pasangan???
💚Tanya langsung
💚Main quis dengan pasangan tentang 5 bahasa cinta

Penjelasan lengkap quiz 5 bahasa
Http://www.google.com/amp/s/www.proprofs.com/quiz-school/storyamp.php%3ftitle=5-bahasa-kasih-pasangan-quiz



#janganlupabahagia
#jurnalminggu4
#materi4
#kelasulat
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional

Kamis, 06 Februari 2020

Filantropi


Saya berdomisili di Banjarbaru, Alhamdulillah lembaga sosial yang ada di kota ini terbilang banyak. Ada lazismu, Tangan di atas, tangan relawan, PMR. Beberapa juga di antaranya bergerak di bidang literasi seperti Inspiralova dan kampung dongeng intan kalsel.

Sebuah hal menarik untuk menilai salah satu diantara sekian tersebut. Dan akhirnya saya memilih kado intan kalsel. Disamping kami rutin mengikuti kegiatan bulananya, anak saya pun sangat menyukai rentetan kegiatan yang diselenggarakan kampung dongeng. Kampung dongeng intan kalsel ini pemekaran regional dari kampung dongeng Indonesia berpusat di Tangerang, yang diprakarsai oleh kak Awam Prakoso. Di kampung dongeng kalsel sendiri dibentuk oleh bunda enik dan suaminya, merekrut relawan termasuk kedua anak gadis mreka kak Irga dan mba manda. Dan ada beberapa kampung dongeng lain yang tersebar di seluruh indonesia.

Menurut saya,kampung dongeng ini adalah lembaga yang dulunya tergolong charity. Dan melebarkan sayapnya menuju ke filantropi. Terbukti dengan kegiatan mereka yang berkesinambungan dan bermunculannya kampung dongeng di wilayah lain di seluruh Indonesia.

Adapun kegiatan yang berkesinambungan yang saya maksud tadi adalah kegiatan bulanan yang dikemas apik untuk anak. Dalam kegiatan bulanan tersebut menekankan kepada peduli literasi, pentingnya berkisah, pembiasaan baik untuk anak dan senam sehat. Selain ini ada 1 kegiatan mereka lagi yaitu kampung dongeng keliling. Hanya saja item ini belum bisa dilakukan maksimal karena terkendala jadwal bunda enik sebagai icon pendongeng. Padatnya jadwal tour dongeng bunda sehingga sulit untuk memasukkan ke dalam list kampung dongeng keliling. Item ini pun tidak dipungut biaya seperti dengan kegiatan bulanan yang mereka adakan di markas kampung dongeng di martapura. Semoga next bisa terhandle dan akhirnya bisa bermanfaat kepada anak-anak di seluruh Indonesia

Hal unik yang saya pelajari dari kampung dongeng ini adalah kebahagiaan dari membernya. Suami saya bahkan pernah bertanya, itu bayar berapa kesana. Ketika kusebut gratis..beliau langsung merespon. Waaah MasyaaAllah. Yesss mulia banget. Mereka mengedukasi, menggembirakan dan memberi. Memberi cerita, doorprice, bahkan sepulang dari sana, anak-anak akan diberi bingkisan snack. Sikap relawan itu sendiri berdampak pada income keluarga bunda enik. Sekarang bunda enik bisa dibilang menjadi pendongeng tersohor nomor 1 di Kalimantan selatan. Setiap update WA beliau slalu tour ngisi dongeng kemana-mana. Panti asuah, sekolah, kantor kedinasan, perpustakaan anak dll. Berinteraksi dengan mereka pun membuat saya dan anak-anak happy selalu




#materi2
#empati
#hanituasisejutacinta
#sejutacinta
#ibuprofesional

Selasa, 04 Februari 2020

Temukan keluargamu...

Stelah telurnya menetas, akhirnya jari makhluk hidup daah. Dah tentunya butuh makanan. Setelah sharing makanan di hutan belantara, lalu mengambil bekal untuk dipahami, sekenanya yang penting, perlu dan mendesak. Sempat 'hampir' jadi pemegang kunci terakhir saat stor potluck, dikarenakan katroisme. Audio video sudah selesai sehari sebelumnya tapi dikarenakan sinyal dan ketidaktauhan edit. Skak mat deh di injury time. Tapi pada akhirnya terselamatkan.

Welcome to the jungle yang penuh dengan kemegahan ilmu pengetahuan. Saya icip-icip beberapa yang penting. Sambil berharap ada waktu longgar untuk memamah biak semua potluck

Ternyata setelah itu ada kejutan yanh menunggu kami. Tantangan selanjutnya adalah merenung kebutuhan apa yang paling mendesak dan penting yang ingin dikuasai. Saya dengan mantap langsung memilih manajemen emosi. Saya adalah pribadi dengan kondisi ibu full time di rumah membersamai 2 anak saya yang masih balita, ditambah suami yang sering safar keluar. Sehingga mau tidak mau saya banyak berperan ganda menjadi ibu dan ayah untuk anak-anak. Walaupun suami saya masih bertemu via video call tapi yang berupa wujud sayalah yang menemani anak-anak. Di tengah situasi dan kondisi seperti itu maka emosilah yang wajib saya pelihara. Saya belajar dari kondisi-kondisi sebelumnya. Bahwasanya ketika emosi saya stabil maka yang lain bisa ngikut termasuk manajeman waktu, dan begitu pula sebaliknya. Ketika manajemen emosi ambruk, rapuh maka meledaklah saya.

Setelah itu kamipun nyemplung ke WAQ. Setelah hampir 200 yang bergabung, maka divotinglah rumah kita pindah kemana biar tidak sempit dan available buat semuanya. Hasil voting kami pindah rumah ke telegram. Nagh..berawal dari telegram, maka mabok chat pun melanda, bak tsunami chatingan masuk. Dalam lima menit puluhan chat akan bertumpuk. Saya mencoba mengimbangi tapi pada akhirnya terkalahkan. Mencoba menumpuk lalu manjat ngos ngosan. Endingnya kami akhirnya diharuskan mengisi form. Disana ada pembagian rumah kecil lagi. Di antara manajemen marah, innerchild, self healing, konflik. Di menu makanan ini saya lumayan lama merenung. Antara self healing dan konflik. Tapi akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke manajemen emosi kelas konflik. Ada banyak konflik yang harus saya selesaikan dalam intern keluarga kecil saya, sampai akhirnya saya siap louching tameng menjadi ibu yang bahagia. Oh iya sebelum mengerucut ke grup WAG konflik. Grup tele kamo akhirnya punya nama. Grupnya diberi nama Inside Out Family

Grup keluarga kecil saya berjumlah 25 orang. Semoga dengan keluarga kecil ini bisa sama-sama membenahi diri dengan konflik yang terjadi dalam rumah tangga kami




#janganlupabahagia
#jurnalminggu3
#materi3
#kelasulat
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional

Sabtu, 01 Februari 2020

Tebarkan kebaikan, niscaya kebaikan akan menular

Bismuklahirrahmanirrahim...

Hari ini kami mendapat tugas dari chapter Sejuta cinta, menulis kebaikan yang kita lakukan. Meresapi prosesnya dan menulis tanggapan dari orang yang ditolong. Bismillah...smoga ini tidak bernilai riak. Cukup jadi pengingat buat kita..aamiin

Kisah 1
Wanita pemulung dan anaknya

Salah satu family projeck kami adalah,setiap dua kali sebulan atau minimal sekali dalam sebulan di hari Jum'at pagi berbagi nasi bungkus. Kami punya beberapa tujuan dalam projeck ini. Selain berbagi tentunya, kami ingin mengajarkan kepada anak-anak kami konsep berbagi, konsep tinggi rendah kehidupan, rasa syukur dll. Untuk saya pribadi karena aktivitas saya di ranah keluarga yang tentunya kerap mengundang emosi, rawan stress. Ajang ini saya gunakan sebagai scan virus. Setiap pulang berbagi, rasanya adem, saya tidak henti-hentinya bersyukur. Kerja keras saya slama ini sama skali tidak bernilai dibanding dengan ibu-ibu pemulung itu. Panas terik tetap jalan dengan gerobak, mengendong anak demi sesuap nasi. Saya tak lebih dari pasangan tunanetra yang dengan mesra saling bergandengan tangan ketika berjalan, saling menguatkan. Saya tidak lebih dari para pengamen buta yang keterbatasan fisik tapi tetap senang berdendang seperti tanpa beban. Semuanya memberi pelajaran kepada saya untuk tidak mengeluh. Saya tidak lebih dari nini penjual sapu lidi, yang dengan tubuh ringkihnya berjalan pelan dari kantor ke kantor menawarkan jualannya. MasyaAllah..panjang umur, sehat slalu untuk mereka pejuang jalan.

Berbagai reaksi dari mereka pun sudah banyak yang terekam dan menjadi kenangan tersendiri untuk saya. Sudah banyak doa tulus yang diucapkan kepada kami, tak terhitung senyum simpul yanh dilemparkan kepada kami, ucapan trimakasih yang dalam, padahal hanya sebungkus nasi yang kami berikan. Itupun rasanya tak seenak nasi di restoran, karna hanya buatan sederhana dari tangan saya sendiri yang belum mumpuni di dapur.

Salah satu yang masih saya ingat adalah. Ketika sepede motor kami mendekati salah seorang ibu pemulung dan anaknya. Dia berkata kepada kami dalam bahasa banjar yang kurang begitu saya pahami, tapi suami saya InsyaAllah paham. Dari kalimatnya saya cuma memahami kalau beliau minta maaf...kita (kami dan mereka) jarang ketemu karena dia pindah lokasi memulung, bukan di Jalan A. yani lagi (rute yang sering kami sisir ketika berbagi)
MasyaAllah...mereka ternyata ingat kami dan meminta maaf. Ada semacam guyuran air menyejukkan mengalir di kepala saya di tengah terik banjarbaru kala itu. Ucapannya sederhana tapi begitu menyejukkan



Kisah 2
Kai di belakang komplek

Di belakang komplek perumahan kami ada gubuk kecil yang dihuni sepasang suami istri tua, yang oleh kami dipanggil nini dan kai.

Nini dan kai punya sepetak kebun dan ayam peliharaan, sulung saya suka sekali bermain kesana, meskipun kurang paham perkataan kai karena kai nini berbicara dalam bahasa banjar totok.

Suatu hari anak sulung kami mengunjungi rumah kai dan bergegas pulang ke rumah dan memberitahukan kepada saya bahwa kai sakit nga bisa bangun. Suami saya yang ketika itu baru sampai di rumah sepulang dari kantor besegera mengajak ke rumah kai. Saya besegera mengambil stetoskop, tensimeter dan beberapa obat umum. Tak lupa kami mengajak mahasiswa tetangga kami untuk ikut serta, saya takut sesuatu terjadi pada kai dan tidak ada yang melihat sebagai saksi.

Ketika kami sampai di rumah kai. Introgasi sebentar, saya periksa. Tekanan darahnya 160/80mmhg. Cenderung tinggi tapi dengan status lansia kai masih bisa di maklumi. Dari dinding rumahnya saya mendapati beberapa obat, ada antibiotik dan obat gatal. Kai bilang seharian belum makan, Mahasiswa tetangga kami menyuapinya dengan nasi dan lauk yang kami bawa, setelahnya saya memberikan multivitamin. Kai berbaring sendiri merintih kesakitan. Dari kai kami mendapat informasi kalau nini sedang pulang kampung. Sementara hpnya lowbet, beliau mau mengabari kondisinya ke anak-anaknya.

Karna azan magrib sudah berkumandang kami ijin pulang dan suami saya memutuskan mengambil handphone kai dan menchargernya di rumah untuk nantinya dipakai menghubungi anaknya.

Selepas magrib suami saya menghubungi anak-anaknya sementara saya menghubungi tetangga yang tinggal paling dekat dengan gubuk kai. Menanyakan apa kai pernah sakit sebelumnya dll. Alhamdulillah tetangga kami yang baik hati berniat mendatangkan petugas kesehatan, namun sayang usaha mereka tidak membuahkan hasil. Sepertinya petugas kesehatan itu tidak mau mengambil resiko.

Alhamdulillah salah satu anak menantu kai bisa dihubungi dan berniat datang ke rumahnya. Kami kembali ke rumah kai, menyalakan lampunya dan membantunya buang air. Tak lama kemudian anak beliau datang. Anaknya berterimakasih kepada kami. Beliau mengatakan, kai ini walaupun di ajak nginap di rumah tetap saja memilih gubuknya yang sekarang. Bahkan ketika kai di pulang ke rumah anaknya, kai sempat berpesan tentang ayam-ayamnya. Singkat cerita kai akhirnya di pulangkan ke rumah anaknya. Tetapi beberapa hari setelah kejadian itu saya mendapat berita dari tetangga bahwa kai sudah meninggal dunia di hari Jumat.

Sedih mendengar berita itu, kini gubuk yang biasa dikunjungi sulung saya sepi. Biasanya beliau suka bersenandung sambil memberi makan ayam-ayamnya. Ada sedikit penyesalan buat saya pribadi. Andai malam itu saya inisiatif mengantarnya ke klinik...



Kisah 3
Kebaikan anak-anak

Dengan segenap tanggung jawab saya sebagai ibu full time di rumah. Maka menjadi sebuah kebijakan pula bahwa saya harus menjaga stamina. Agar tetap kuat dan ceria mebersamai anak-anak. Tapi hari itu beda, si kecil rewel seharian. Di tambah kakak yang pengen di temani main. Jadilah saya lupa makan dan sorenya ngedrop. Gastritis saya kambuh.

Kepala rasanya nyut nyut hebat, saya mual muntah dan nga bisa berdiri. Itu berlanjut hingga malam. Sehabis magrib anak-anak saya masuk ke kamar. Melihat saya terbaring lemah di kasur mereka ikut duduk di samping
"Ummi masih sakit kah" tanya sulung saya
Saya mengangguk
"Apanya yang sakit?" tanya bocah 4 tahun itu lagi, lalu saya menunjuk beberapa bagian. Dan si kakak pun memijit saya
"Begini lebih enak kah?" tanyanya dan mengomandoi adeknya untuk memijat kaki ummi. Si kecil belum 2 tahun, belum lancar bicara tapi paham maksud kakaknya. Saya terharu melihat mereka. Dan mengucapkan trimakasih
"Cepat sembuh ya mii...supaya bisa main lagi dengan kami"
"Hari ini ummi baik sekali sudah menemani kk izz main" lanjutnya

Rupanya dia merefleksikan tindakan saya menemaninya main sebagai sebuah kebaikan yang patut dibalas. Dia memijat saya bersama adeknya dengan harapan saya lekas sembuh dan bisa bermain dengan mereka lagi

MasyaAllah..kebaikan itu sungguh menular. Bahkan dipahami oleh anak kecil seusia kakak. Semoga rantai kebaikan selalu mengular, akan kehidupan kita menjadi aman dan damai


#Materi1
#Empati
#Habituasisejutacinta
#Ibuprofesional