Selasa, 01 Mei 2012

Maka, tersenyumlah...

Ketika hati bercerita, maka senantiasa dengung murni nan jujur yang dilafazkannya. Sesuatu yang dari hati adalah indah yang terwakilkan lewat lisan dan tingkah, sesuatu yang terlahir dari hati yang bersih adalah hal indah yang tak ada bosannya. 

Dan aku hidup dengan berteman hati, maka kadang sebagai kawan ia mempermainkanku. Membolak-balikkan dirinya hingga kadang tak tertebak apa yang hendak disampaikannya, dan akhirnya aku hanya bisa berteman dengan logika ketika kolom hatiku terkalahkan…

Sebab musabab dari agenda sebuah hati adalah sebuah monitory dari efek samping cengkeraman hidup. Dan sebagai makhluk yang dianugerahkan oksigen, maka sepantasnyalah kita bermeditasi dengan kelapangan hati. Tentang sebuah jalan melingkar yang sulit untuk diketahui mana ujung pangkalnya, tentang sebuah rencana yang hendak kita jalani namun awalnya masih tak terlihat jelas, ataukah tentang drama hidup yang mengundang beribu kilometer derita dari ujung perjalanan, atau mungkin tentang sebuah ketergilaan asa yang sulit untuk diinterpretasikan..

Hampir surut gelombang laut, ketika ekor ombak menyapu kakiku, basah…berpasir. Lalu, hampir sempurna sebuah bayaran mutlak ketika kekurangan sedikit angkanya. Maka berilah sepersekian detik waktu untuk kembali menerbitkan ijazah hati yang terakreditasi tulus nan ikhlas. Waktu itu, aku tahu…sudah tiba waktunya untuk memutuskan.

Wahai hati,..engkau tercipta dari reagen yang tak kuketahui komposisinya. Di laboratorium mana si Pemilik Jagad memadatkanmu, akupun tak tahu itu. Aku hanya senang dengan keputusanNya membiarkan kamu mengisi volume badanku, memberi sedikit pedoman, dan melayangkan surat perintah kepada tingkah yang alakadarnya

Wahai hati….akhir-akhir ini, aku tengah mendapat paket gundah bonus sedih tentang sebuah fase dalam kehidupan. Tapi kamu benar-benar ada, untuk menetlasirkan segenap dokumen tak penting untuk kukomentari lebih lama, atau kulirik lebih lama. Karena sebuah gundah..datang hanya untuk sejenak, maka berbahagialah setelahnya. 

Wahai hati…kuucapkan terima kasih tiada tara, untuk senandung kecilmu di tiap langkahku. Untuk agenda yang kembali tersusun apik karena efektivitas sebuah rayuanmu manjur di badanku. Lewat tiga minggu, ketika wajahmu dan wajahku kerap beradu pandang. Meski terterka kosong, tapi aku berusaha tak mengosongkannya. Sekali lagi Tuhan., biarlah hati yang menguraikan semuanya. Sudah sepantasnya sampah di kepalaku di daur ulang. Karena kepatuhannya pada emansipasi adalah bagian dari kesibukanku.

Mungkin butuh waktu untuk membiarkan hati membolak-balikkan badannya,merefleksikan sedikit otot yang lama tak digerakkan. Sampai akhiratnya tercipta jalur yang sinkron antara hati dan logika. Maka itu adalah keputusan mutlak yang akan membahagiakan. Walaupun, aku ma’fum, bahwa tiap individu punya sebuah bidikan keputusan yang berbeda. Tapi untuk membuat hati dan logika berjabat tangan adalah suatu hal yang luar biasa untukku, meskipun tak ada output nyata yang terlihat, tapi aku bisa merasakan ragaku lega. 

Tiga minggu terlewati, masih dengan minoritas terhadapku. Tapi aku sadar, bahwa sebuah ketegaran masih diberikan kepadaku. Kepada hati yang bersahabat, dan kepada logika yang tak macam-macam. Aku tak berani, untuk mengungkapkan lebih jauh, bagaimana gundahku untuk hari-hari, karena mungkin itu membuat akar sedih semakin menjalar. Yang harus aku lakukan adalah tegar, meski tak ada yang melempar senyuman, aku akan tetap belajar tulus untuk mereka. Meski tak ada yang menyapaku ikhlas, aku akan menyapa mereka. Karena menurutku, hati akan selamanya terlukai, jika tak ada ketentraman di dalamnya, logika suatu saat akan teracuni jika ia tak disandingkan dengan niat. 

Allahu Rabb, pemilik segenap alam raya. Untukmu Yang Tertinggi melebihi segenap ruang dan tak tampak, aku berbisik…aku hanya seorang wanita, sesederhana hamparan langit, yang hanya biru diselingi awan putih, ataukah kelabu yang mengandung mendung. Aku hanya memohon, pembelajaran hati, meski tak memanen nyata, tapi sesungguhnya ketentramannya lebih penting dari segalanya.
Biarlah titik airmata memandu resah, tapi itu bukan pertanda aku sedang menyerah. Karena aku ingin belajar untuk memulai tegar meski dengan predikat secuil. Kesedihan adalah hal yang wajar, tapi meratapinya adalah hal yang tak sewajarnya dilakukan.

Untuk para sahabat, yang tlah melapangkan hatiku dengan rangkulan, yang meneguhkan hatiku dengan nasehat, yang mengangkat kepalaku dengan sapuan, yang menyadarkanku dengan teguran, yang menegarkanku dengan semangat, yang menemaniku dalam cerita, yang mendamaikan lewat senyuman, yang menyejukkan lewat candaan, yang melengkapiku dengan doa, yang mendukungku dengan anggukan, yang menjaga dari kejauhan.
Aku beruntung memiliki kalian….
Maka, Tersenyumlah....

Jika..
Kertas bisa bicara
Mungkin saja ia akan teriak protes,
Ketika pena meliuk pongah di atasnya
Tapi, ternyata…
Kertas begitu suci, seputih warnanya
Maka,
Ia boleh berbangga,
Ketika ribuan lembarnya jadi best seller

Bismillah untuk hari-hari selanjutnya…..

20 komentar:

  1. Mari berjabat tangan antara hati dan logika.
    Smile mbak Uty hehehe...

    BalasHapus
  2. peluuuuuk aja deh semoga smua baik2 saja

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mbak lidia...smoga slalu bisa belajar lebih baik^^

      Hapus
  3. Gak tau ya ini benar ato tidak, tp aku selalu percaya kalo 'Apa yg kita tuliskan itu lebih sering berbekas di diri ini daripada apa yg kita katakan', maka tersenyumlah...

    BalasHapus
  4. Tetap semangat untuk hari-harimu.. Keep smile.

    Bagaimana pun keadaan hati dan logika, sedang sejalan atau tidak, sedang bolak-balik atau sedang diam, maka TERSENYUMLAH. Selain senyum itu ibadah, senyum bisa mentralisir segala kegundahan hati dan memberi semangat untuk terus bergerak. Keep moving forward yaaa..

    Yang terpenting semoga hati ini selalu ditetapkan atas Agama Allah Subhaanahu Wata'ala. Ammiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang terpenting semoga hati ini selalu ditetapkan atas Agama Allah Subhaanahu Wata'ala. Ammiin..

      makasih kang tatang, dah berkunjung..
      nasehatnya slalu menginspirasi,..

      Hapus
  5. kemarin ada yang bilang "Hati itu mempunyai logikanya sendiri" biarlah hati yang berbicara karena kata-kata yang diucapkan dalam diam Insya Allah mengandung kebenaran, dan dengan kebenaran itu lama kelamaan si hati berdamai dengan akal pikirannya, dan saat itu.. tersenyumlah ukh

    BalasHapus
    Balasan
    1. smoga masa dimana hati tak mengalahkan logika, dan logika mau berteman dengan hati. saat itu adalah masa yang sangat sangat nyaman menurutku...
      makasih dah berkunjung mbak

      Hapus
  6. Allahu Rabb, pemilik segenap alam raya. Untukmu Yang Tertinggi melebihi segenap ruang dan tak tampak, aku berbisik…aku hanya seorang wanita, sesederhana hamparan langit, yang hanya biru diselingi awan putih, ataukah kelabu yang mengandung mendung. Aku hanya memohon, pembelajaran hati, meski tak memanen nyata, tapi sesungguhnya ketentramannya lebih penting dari segalanya....
    suka dengan doa diatas. Uty selalu hadirkan kosakata baru dalam kamus hidup ku..
    hanya ingin komen (trus dari tadi apa?) apa yang dari hati akan sampai ke hati.. semangaatt

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju ante, setiap kata yg tertulis...mengalir indah..... :)
      ini senyum ku ^_______________^

      Hapus
    2. kak rima....kayaknya kita bener2 sehati untuk masa saat ini,...mari saling memberi semangat kak. GANBATTE KUDASAIIII

      Hapus
    3. mbak selvi, makasih juga dah berkunjung..
      smoga semuanya tetep bahagia slalu^^

      Hapus
  7. maka, tersenyumlah uty, karena aku yakin kau bisa tegar :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin semoga bisa jadi lebih tegar
      makasih kak, makasiih^_^

      Hapus
  8. hati hems segalanya dari sini

    BalasHapus
  9. minta follownya.. blognya sudah saya follow/#200 trims.. salam..

    BalasHapus
    Balasan
    1. akh yg bener dah jadi follow 200???heheh followers ni blog malah abru 190 bang...salam ukhuwah, makasih kunjungannya^^

      Hapus