“Biarkan
keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu
yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan
yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama
dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang
seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari
biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa..
Keep our dreams alive, and we will survive..
[5cm]”
Keep our dreams alive, and we will survive..
[5cm]”
Film ini
tayang 12 Desember tahun lalu, sudah sebulan sejak cover lima pemuda di jalur
pendakian nangkring di berbagai TO di belahan bumi Nusantara. Awalnya aku
berencana untuk nonton primerynya
bareng ‘sahabat 5cm’. Tapi ternyata rencanaku tidak terjamah, saya harus tugas
luar daerah sehari sebelum lounching perdananya.
Akhirnya, saya baru bisa menikmati slide film yang bernuansa hijau nan legit kepunyaan
mahameru di hari kelima pemutarannya, 17122012.
Film ini
termasuk salah sat film karya anak bangsa yang kutunggu-tunggu sejak memasuki
tahun 2012. Apalagi di komunitas ‘sahabat 5 cm’ sudah direncanakan sebelumnya
bakal nonton bareng, nda kebayang gimana serunya nonton dengan orang-orang yang
penuh inspirasi dan setumpuk mimpi. Tapi Cuma bisa gigit cari ketika
berhalangan hadir.
Film ini adaptasi
dari novel favoritku di tahun 2005 karya om Donny Dhirgantoro, kemudian di
visualisasikan dalam karya om Rizal Mantovani. Menceritakan tentang 5 orang
sahabat, yang telah lengket kayak prangko sejak 10 tahun lamanya. Ialah Genta,
Zafran, Riani, Arial, dan Ian. Berawal dari ide iseng Genta untuk tidak bertemu
selama 3 bulan, dengan harapan mereka bisa melakukan sesuatu hal yang beda
bukan hanya berkutat diantara lima kepala, dimana weekend dihabiskan berlima,nongkrong berlima, dan masih banyak hal
lainnya yang mereka lakukan berlima. Selama 3 bulan itu, mereka menjalaninya
dengan tekad untuk lebih baik dan hidup tanpa bergantung satu sama lain. Ian
yang notabene satu-satunya dari mereka yang belum menuntaskan kuliahnya
akhirnya bisa sidang.
Dan tiga
bulan kemudian, genta yang jadi pencetus ide akhirnya mengirimkan sms untuk bertemu
di tanggal 14 desember. 30 menit pertama mungkin agak membosankan, tapi ketika
mereka berenam (plus adik Arial, yang ditaksir mampus sama si Zafran) memulai
perjalanan naik kereta hingga ke jalur pendakian, aku jadi semangat nonton. Apalagi
saya nonton bareng mereka yang belum pernah mendaki, jelas nuansanya beda….Untuk
mereka yang mencintai alam, dan menyenangi semilir jelas tahu maksudku
(begaya^_^)
Tapi namanya
juga film adaptasi, tetap novelnya jauh lebih bagus dari filmnya. Film hanya
menang di visualisasi saja, apalagi menampilkan Mahameru sebagai fokusnya. Bagi
saya, bukan Herjunot Ali si pemeran utama di film ini, tapi Mahameru adalah
tokoh utamanya. Karena tokoh utamanya itu, aku rela nonton dua kali (eh karna
di traktir sih, makanya nonton lagi^_^).
Scene favoritku, adalah ketika mereka berhasil
muncak. Setelah mengalahkan berbagai rintangan, Arial yang sempat hipotermy, Ian yang hampir mati dan
terpaksa di beri bantuan pernafasan plus RJP (resusitasi jantung paru) sama
si Genta, Arinda yang sempat kehilangan
pendengarannya karena ketiban batu. Ketika si merah putih berkibar di antara
puluhan pendaki. Akh, nyessss…air mataku ngalir bung!!! Benar kata mereka,
Indonesia ini indah. Wahai Pertiwi….kamu
indah, Tuhan bantu kami menjaganya. Aku merasa, perjalanan film itu membawaku
ikut muncak. Dulu keinginanku sederhana sekali, ingin berdiri di tanah dimana
aku bisa memandangi awan di bawahku…dan hal semacam itu sungguh luar biasa. Dulu,
kukira para anak mapala adalah mereka yang tidak punya kerjaan dan menghabiskan
waktu mengukur jarak di berbagai medan
pendakian. Tapi ketika ikut berjalan bersama mereka, aku akhirnya paham dengan
sensasinya, paham dengan pesan dari sebuah perjalanan. Teman-teman yang
berwajah brewok, berambut gondrong, sesungguhnya sebagian dari mereka punya
hati sehalus kapas (ciyeehhhhh), tapi emang ada juga sih yang menggambarkan
tampangnya yang sangar, se sangar hatinya. Tapi intinya tidak semua orang
gondrong itu mines^^
“Akan selalu ada suatu keadaan,
kenangan dan orang-orang tertentu yang pernah singgah dalam hati kita dan
meninggalkan jejak langkah di hati kita dan kita pun tidak akan pernah sama
lagi seperti kita sebelumnya”
Dan tidak
ada salahnya bermimpi disini, seperti catatanku di akhir 2009 untuk bisa muncak
di gunung dan akhirnya bisa megang tugu bawakaraeng 2012. Yap..aku bermimpi,
suatu ketika aku bisa berkenalan dengan jalur pendakianmu wahai semeru. Karena mata
ini terkesima dengan lekuk kepunyaanmu. Semoga Rabb menjamahnya, sampai jumpa
di tahun ‘entah’ wahai semeru. Dan tetap jaya perfilman Indonesia…Aku bangga
lahir dari tanahmu
Terlepas dari
alur cerita yang beda dari buku, menonjolkan sesuatu yang sebenarnya bukan inti
film, macam kasus G-string, atau isu jalur pendakian Mahameru yang ditutup pada
saat syuting berlangsung, ranukumbolo yang kabarnya tercemar saat syuting
berlangsung akibat ketidakdisiplinan aktris dan kru film, pembuatan film yang
tidak memperhatikan secara detail saat pendakian, misalnya pemeran wanita yang
memakai eyeliner saat mendaki, pake celana jeans de el el. Aku tetap
ngasih jempol buat om Rizal, apalagi OSTnya band favoritku, bravo NIDJI. Karna
jelas beda ranah rasa antara buku dan film. Walaupun aku mencintai buku dan
film, tapi tetap novel om Dhonny yang nomer satu, untuk mereka yang hanya
nonton film doank tapi tidak mendahulukan bukunya, aku sarankan, kalian mesti,
kudu, wajib, fardu, harus baca bukunya. Biarkan otak dan pikiran kalian
berfantasi, biarkan kalian jadi sutradara dan aktor untuk sebuah buku yang
emang inspiring banget. Untuk om
Donny, di tunggu karya selanjutnya. Untuk
Om Rizal, ayo Om..masih ada buku kedua ntuh^_^. Aku mencintaimu Indonesiaku…
“Sebuah cinta memang
harus diungkapkan karena tidak pernah ada cinta yang disembunyikan, kecuali
oleh seseorang yang terlalu mencintai dirinya sendiri.”
indoensia mungkin indah bagi yang cinta, saya biasa biasa saja.. yg indah itu alam ciptaan Tuhan, klo institusi bernama Indoensia ini tidak bisa menjadi penjaga yang baik, biarlah dia dihancurkan Tuhan dan diganti yang baru... tidak apa apa.
BalasHapusbagus ya mbak filmnya? klo aku krg suka novelnya jd krg tertarik nntn filmnya hehe
BalasHapusaaaaaah aku malah belum nonton T_T
BalasHapusbanyak yang pada ngomongin padahal T~T
kkkeeerrrreeeennnnn abis filmnya,,,smpe terharu liat pemandangan yg disajikan sutradara dalam ni film,,jd pengen mendaki lagi,,,
BalasHapusnda harus ke jauh2 buat cari view yg bgus,,Indonesia begitu luas tuk dijejaki :D
Belum nonton saya mbak filmnya hehehe... Thanks reviewnya :)
BalasHapussy sdh nonton film ini...dan sepakat...bintang film ini adalah...
BalasHapuspemandangan indah di Mahameru... :D
ikutan lomba yuk...
caranya mudah kok cuma bikin artikel
lumayan lah filmnya
BalasHapussalam kenal,
BalasHapusSaya saja belum sempat nonton, gak ada bioskop disini hiks,
BalasHapusMembacanya, jadi tambah kepengen menontonnya secara langsung.... Makasih banyak ya, Mbak.
BalasHapusiya nih sempet bete juga pas adegan mendaki ko banyak kerancuan, tapi overall film ini lumayan menghibur kalo dibawa seru..
BalasHapusMemang begitu mbak. Rata-rata kalau udah baca bukunya, pasti filmnnya tak sebagus bukunya. Karena saat baca buku, otak kita bermain imajinasi sangat besar. I love reading books instead of watching it in movie :D
BalasHapus