Bismillahirrahmanirrahim…
Ya Allah Ya Rabbi…akhirnya rumah kecilku ini bisa launching tulisan juga setelah setahunan vakum. Ibarat makanan mungkin sudah jamuran, kalau ini compi udah virusan nga pernah di update, kalau ini ibu hamil udah kepalang brojol dari bulan kemarin #OPSS. Akhirnya, berkat ikut kelas mak emak di “Ibu-Ibu Profesional” atau IIP akhirnya bisa nongol juga. Hebat dah moment ikutan IIP ini bisa bikin diriku berkicau lagi di blog. Ngalahin banyak moment, yang harusnya aku ‘tabung’ di berandaku ini. Padahal kemarin sudah berazzam dalam hati segala perkembangan nak shaleh bakal di tulis disini, eleh-eleh…ini mah 100% dikacangin. Punya anak laki-laki yang kinestetik bin aktif itu bikin duniamu serasa sejam sehari. Dimandiin, disuapin, main bareng Eehhh tau2nya udah malem. Belum ini belum itu
CUT…CUT..CUT
Mumpung si baby nokturial sudah lelap jam 22.04 Waktu Trikora, kota Banjarbaru. Yuks mari kita kerjakan homeworknya.Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan iniIlmu Segala Jurus Mengeluarkan Kesabaran. Memang benar sabar itu ada batasnya. Tapi saya berdomisili di ranah orang yang benar-benar tidak sabar. Dan kata mama, bakat tidak sabaranku itu memang sudah dari oroknya. Kenapa bisa mengkategorikan diri sendiri ke dalam ranah orang yang tidak sabar??. Karena banyak orang-orang terdekat yang berkata demikian, pun dengan orang-orang kantor ‘dulu’, orang-orang yang pernah membersamaiku di dunia kantor sebelum daripada yang ‘dulu’, teman-teman kecil yang masih rela membersamaiku sampai sekarang meskipun saya tidak sabaran. Teman-teman kuliah, keluarga dekat hingga kepada saya sendiri yang sadar akan kekurangan itu. Dan bertekad untuk menekuninya di universitas kehidupan ini. Doain yak semoga bisa naik level ke manusia yang punya kesabaran, step by step. Aamiin.
Alasan
terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebutKarena disebutkan
di atas bahwasanya bukan sebiji upil orang-orang yang mengatakan bahwa saya
tidak sabaran, maka saya benar-benar ingin menekuni ilmu yang sangat susah saya
taklukkan ini. Sudah banyak yang ketiban negative dari buah ketidaksabaran
saya. Bahkan ketika kecil dulu saya hampir memenjarakan Ayah saya karena
sekaleng susu, susu favoritku. Padahal usia saya waktu itu bukan balita lagi,
tapi sudah berseragam SD yang seharusnya paham akan kondisi Ayah yang saat itu
betul-betul sibuk, jadi lupa membelikan susu. Ayah terpaksa tancap gas
membelikan sekaleng susu, karna tangisan saya sudah membahana, air mata saya
sudah menganak sungai. Ayahku..adalah lelaki yang tidak menghendaki putrinya
berlarut dengan tangis.Cerita lain,
pernah juga saya menggunting sandal baru pemberian Ibu, hanya karena tidak
sesuai warna yang saya minta, padahal waktu itu saya sudah berseragam putih
biru, konyolnya lagi saya bersikeras tidur di gudang kalau Ibu tidak mengganti
sandal saya dengan warna lain. Ibu sudah berjanji akan menggantinya besok,
karena pasar tutup malam hari, tapi saya tidak sabar.Bahkan ketika
sudah bersentuhan dengan dunia pekerjaan, banyak pekerjaan yang tak
terselesaikan dengan baik karena ketidaksabaran saya. Major saya perawat. Sungguh tak bisa dihitung dengan jari tangan
peristiwa-peristiwa konyol karena ketidak sabaran saya.Dan akhirnya, bahwa
untuk menjadi seorang ibu yang professional sangat-sangat butuh sebuah
kesabaran. Dan kesabaran saya benar-benar diuji dengan kehadiran putraku, Izz
Khafady Al Badar. Bocah yang superaktif, tapi sangat lengket dengan saya. Bahkan
bermain pun harus ada saya di sampingnya. Saya hanya tidak ingin masa
keemasannya, masa kegembiraannya terisi dengan rong-rongan, makian, amarah dari
buah ketidaksabaran saya. Karena siapapun di dunia ini yang telah berpredikat
seorang ibu, pastilah paham bahwa betapa susah mengendalikan amarah, menemukan
kesabaran di tengah riak-riak tingkah anak-anak yang betul-betul menggoda untuk
meledakkan api emosi.Sayapun ingin
punya anak-anak yang bisa menaklukkan peradaban yang makin hedon ini, saya pun
ingin menjadi ibu yang kelak akan mendapat mahkota di atas kepalanya, saya pun
ingin jadi ibu yang memecah tangis dalam pelukan anak-anaknya karena prestasi
dunia akhirat mereka. Dan saya sadar, untuk menjadi seperti itu, ilmu kesabaran
untuk mendidik mereka merupakan salah satu kunci yang harus saya lampauin.
Bagaimana
strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakan di bidang tersebut
- Sejak menginjak bangku kuliah saya aktif di
beberapa komunitas sosial. Seperti Kelas Inspirasi, Penyala Makassar, Ibu-Ibu
doyan nulis, Sahabat Indonesia Berbagi dll. Agar saya bisa menghimpun segala
kebaikan disana, saya belajar bersosialisasi karena konon katanya kesabaran itu
bisa muncul dari sebuah luapan berbagi emosi, lewat komunitas ataupun
organisasi. Beberapa diantara komunitas-komunitas tersebut, malah dekat
dunianya dengan anak-anak. Mengajar di kelas binaan anak pinggiran, berbagi
dengan sekolah marginal, kelas baca dll. Meski balik rumah ilmu kesabaranku tak
meningkat secara signifikan. Tapi setidaknya kata adik-adik di kelas, kak uty
itu asik, kalem dan lembut. #tsaaahhh. Apa saya sudah berhasil????
- Menulis….. Yah lewat tulisan, saya harap lewat
menulis emosi saya bisa sedikit tersalurkan, dengan harapan pekerjaan untuk
menimbulkan ilmu kesabaran bisa saya peroleh sedikit demi sedikit
- Memilih suami lewat proposal taaruf dengan
mengedepankan punya kesabaran high quality.Karena
setelah menjalani beberapa poin di atas tapi tidak menghasilkan sesuatu yang
signifikan, maka poin c ini adalah sesuatu yang HARUS, MUTLAK, UNDERLINE, FARDU DAN SEDERAJATNYA. Dan beruntung
saya mendapatkannya. Insya Allah…Aamiin
- Next, akhirnya benar-benar berstatus istri dan
setahun kemudian berstatus Ummi. Maka ilmu kesabaran benar-benar diuji, di
saat-saat genting seperti ini saya berusaha berlari mengejar ketinggalan dengan
belajar dari beberapa ibu-ibu keren, membaca buku parenting dan akhirnya
nyemplung di IIP ini, semoga menjadi salah satu solusi yang menggembirakan
hasilnya, aamiin (lagi^^)
- semangat!!! beruntung saya masih punya semangat untuk selalu belajr. Smoga yang poin ke 5 ini selalu istiqamah. hancur dunia persilatan ketika semangat itu surut hingga titik rendah.
Berkaitan
dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam
proses mencari ilmu tersebutSaya ingin
berusaha menjadi pribadi yang tidak merasa tau segalanya, merasa cukup
dengan yang ada, memandang orang sebelah mata, harus merasa saya adalah orang
beruntung dan masih banyak yang lain yang sesungguhnya lebih berkekurangan dari
saya, sehingga menjadi ladang syukur untuk saya, dengan begitu bisa membuahkan
kesabaran untuk saya sendiri, setidaknya menjadi bahan renungan, refleksi
bahkan perubahan kea rah lebih baik itu harus saya lakukan dengan berhari-hati,
tidak ada yang instan dalam mengerjakan segala sesuatunya Semoga jawaban saya berkenan di hati fasilitator
Trikora, Banjarbaru 23.15
strategi yg keren, tapi widget di template ini banyak yg ilang .. no pic :(
BalasHapus