Recto verso adalah salah satu karya Dee yang lagi-lagi difilmkan. Tapi
uniknya, buku yang terdiri dari 11 kisah ini difilmkan dan disutradarai para
selebritis tanah air. Mereka mengusung 5 cerita dari 11 kisah yang disadur dari
novel Recto Verso. Diantaranya adalah; Malaikat
Juga Tahu (Angel Knows)_Marcella Zalianty, Firasat (Premonition)_Rache Maryam,
Cicak di Dinding (Lizard on the Wall)_Cathy Sharon, Hanya Isyarat (It's Only a Sign)_Happy Salma, Curhat buat
Sahabat (Stories for My Best Friend)_Olga
Lidya.
Dari sini, aku bisa merasakan bahwa ternyata ada perbedaan antara
membaca bukunya terlebih dahulu lalu kemudian menonton filmnya. Atau
sebaliknya, menonton filmnya dulu baru kemudian membacanya. Nagh, hal yang
kerap aku lakukan adalah yang pertama, baca lalu nonton. Tapi untuk buku recto
verso ini beda. Aku menonton filmnya dulu baru baca bukunya, hehehhe. Dan ujung-ujungnya
aku merasakan sedikit banyaknya kediktatoran para penulis dan sutradara masuk
ke kepalaku. Aku sadar, ketika membaca maka kita berhak untuk menafsirkan dan
menjadi sutradara sendiri untuk setiap ceritanya.
Malaikat juga tahu….
Abang (Lukman Sardi) sosok pria yang beda dari pada
umumnya. Abang menderita autism, dan tidak semua orang mau dan bisa mengerti
Abang. Selain bunda (Ibu abang), adalah Leia (Prisia Nasution), mahasiswi yang
nge-kos di rumah Abang. Perempuan yang bisa berkomunikasi lama dengan Abang.
Abang akan mengaung jika tumpukan sabunnya yang 100
buah itu hilang atau bertambah. Menurutnya, 100 buah sabun di kamarnya itu
adalah sebuah eksistensial dan mutlak untuknya. Jika ada yang mengurangi dan
menambah maka itu adalah sesuatu yang tidak wajar menurut Abang. Hanya Leia
yang bisa meredam emosinya dan kerap mengajak Abang bercerita di halaman
belakang. Leia akan bercerita panjang lebar, semenatara Abang cukup mendengar
dan sesekali menunjuk bintang-bintang di langit. Sampai suatu ketika, adik
Abang datang dari luar negeri. Pertemuan Han (adik Abang) dan Leia, ternyata
menumbuhkan benih cinta di antara mereka. Bagi Leia, Abang adalah teman
curhatnya. Bagi Abang, Leia adalah wanita yang bisa mengerti dia, tak ada yang tau
seberapa besar cinta Abang ke Leia, tapi seorang bunda tahu segala hal tentang
anaknya.
Perempuan muda itu benar. Diriya bukan malaikat yang tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama. tidak penting. Ia sudah tahu. Cintanya adalah paket air mata, keringat dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang. bukan baginya. cintanya tak cukup waktu untuk dirinya sendiri. Tidak perlu ada kompetisi di sini. ia, dan juga malaikat, tahu siapa juaranya...
Firasat…
Sebuah klub, dimana setiap minggunya para anggotanya
berkumpul dan berbagi cerita berbagai pertanda. Senja (Asmirandah) bergabung di
klub itu sudah setahun lamanya. Alasan Senja, yang pada dasarnya punya sifat
gampang bosan itu adalah si leader klub,
Panca (Dwi Sasono). Panca dan Senja adalah sebaya, tapi selalu ada alasan
membuat Panca menjadi seorang yang dihormati, walaupun notabenenya beberapa
anggota klub adalah orang yang lebih tua dari Panca. Mereka jarang bertukar
sapa, hanya ngobrol pada saat kelas berlangsung. Senja tipekal pendiam,
sementara Panca terlampau kharismatik untuk membuka obrolan lebih sering
padanya. Mereka saling menyukai, meski
tak terlisankan, hanya tertuang dari perhatian dan sikap. Rasa tak cukup
membuat orang mengakui segalanya. Begitulah mereka. Hingga suatu ketika, Senja
mendapat sebuah firasat. Seseorang akan meninggal…begitu gumamnya. Di saat yang
bersamaan, Panca pamit pulang ke rumahnya. Sebuah perjalanan pulang tentu
membuat Senja khawatir. Senja ingin memberitahukan firasatnya. Apakah benar
firasatnya itu untuk Panca??? Sebuah ending
yang mengharukan, ketika firasat itu justru berlaku padanya. Senja meninggal,
ketika ia berusaha mengejar Panca.
Namun di sana aku malah jatuh hati. dan waktu tetap kaku dan hidup tetap tak mau tahu. Ia tetap saja pergi, tak kembali. dan aku tetap saja diberi tahu. tepat saat hatiku tertambat. Bahkan firasat ini tak sanggup menyelamatkannya, tak juga firasatnya, mata ketiganya, ari-ari dua lapisnya
Cicak di Dinding
Mengambil filosofi
seperti cicak. Menempel dan berdecak. Itu adalah sebuah proses jatuh cinta
antara Saras (Sophia Latjuba) dan Taja (Yama Carlos). Mereka bertemu secara
kebetulan, kepribadian yang sangat berbeda ternyata membuat mereka saling
melengkapi. Taja, seorang pelukis muda yang lugu, dan Saras seorang perempuan
yang penuh semangat dan paham benar tentang kehidupan metropolitan. Pertemuan
singkat tapi membekas dan akhirnya membuat mereka kembali fokus pada kehidupan
masing-masing.
Enam tahun kemudian, mereka dipertemukan kembali. Tapi
dalam situasi yang sangat berbeda. Saras adalah tunangan dari sahabat sekaligus
senior Taja. Pertemuan ini mengharuskan mereka membangun pertemanan. Tapi tidak
bisa Saras pungkiri, cintanya masih seperti dahulu, masih seperti cicak di
dinding.
Perempuan itu mematung di tengah ruangan. akalnya mencerna menit-menit terakhir yang telah mengobrak abrik hatinya menjadi tempat asing. Langkah kakinya gamang mencari hatinya yang lama, yang tadi mengendap masuk ke ruangan tanpa mengharapkan apa-apa selain menontoni sebuah upacara peresmian
Curhat buat Sahabat
Amanda (Acha Septriasa), seorang mahasiswi dan Reggie
(Indra Birowo) seorang pemilik toko ATK di kampus. Mereka berdua bersahabat. Reggie
hadir sebagai pendengar sejati, penyabar dan selalu siap hadir untuk Amanda.
Apapun akan Reggie lakukan untuk sahabatnya itu. Termasuk, berhujan-hujan ria
di jam setengah dua belas malam hanya untuk membelikan obat buat Amanda lalu
menungguinya hingga pagi tanpa peduli dengan virus influenza yang menyerang
dengan pakaian basahnya yang tak diganti. Reggie akan bertahan duduk
berlama-lama hanya mendengar tangis curhat dari Amanda. Bagi Amanda, Reggie
adalah sahabat sejatinya, dan dia sangat beruntung memiliki sahabat sehebat
Reggie. Amanda kerap bercerita tentang pria-pria yang kerap membuatnya
menderita. Ketika Amanda menyadari
ksebuah ketulusan itu, Reggie malah sudah mencoba menerima kenyataan. Bahwa
dirinya sudah terlalu tua unutk memaknai sebuah cinta
Untuk diam, duduk di tempatku. Menanti seseorang yang biasa saja. Segelas air di tangannya kala kuterbaring sakit. Menentang malam, tanpa bimbang lagi. Demi satu dewi yang lelah bermimpi. Dan berl berbisik:"Selamat tidur, tak perlu bermimpi bersamaku...". Wahai Tuhan, jangan bilang lagi itu terlalu tinggi...
Hanya Isyarat
Lima orang backpacker, yang hanya berkomunikasi lewat
dunia maya lalu berjanji melepas penat di hari libur di sebuah restaurant mini
di tepi pantai. Tano, Dali, Bayu dan Raga langsung terlihat akrab, berbeda
dengan Al. Pertemuan itu menjadikannya sebuah latar di bar, diam dan
memandangi. Diam-diam, Al jatuh hati pada Raga.
Malam itu mereka membuat sebuah
permainan kecil. Pemenangnya akan berhak meminta apapun pada yang
lain. Mereka mulai mengadu cerita. Moment dimana, akhirnya Al bisa bersentuhan
lutut dengan Raga, hal dimana Al merasa ingin masuk menyusup ke celah kulit
lututnya dan menjadi sebagian dari jiwanya. Saat Raga menceritakan kisahnya, Al
semakin terpukul.
Meskipun Al keluar sebagai pemenang, namun Al semakin terseret pada daya tarik
Raga, lelaki yang mungkin tak akan pernah ia miliki selamanya karena sebuah
rahasia besar dalam diri Raga. Al cukup merasa puas dengan tahu warna matanya. Cinta
seperti itu, tak lebih….
Ia kembali menjadi sebentuk punggung yang sanggup kuhayati, yang kuisyaratkan halus melalui udara, langitt.., sinar bulan atau gelembung bir. matanya cokelat...Itu sudah lebih dari cukup. Itulah saja cara yang bisa untuk menghayatimu...
Aku paling suka dengan cerita MALAIKAT JUGA TAHU dan HANYA ISYARAT.
Bravo buat mbak Marcella dan mbak Happy Salma. Sayangnya film Recto Verso cepat
sekali turun layar, di Makassar tidak cukup seminggu film ini menghiasi layar
gede di TO. Beberapa sohibku bertanya-tanya tentang filmnya, dan aku beruntung
bisa menontonnya.
Ada kisah unik dari nobar Recto verso. Saya beruntung dapat tiket
gratis karena komunitas kami (IIDN) mendapat 10 tiket undangan nobar. Dan ditambah
lagi, ternyata mereka menyiapkan snack,
kaos, doorprice etc untuk para undangan. WOWW!!!!! walaupun ujung-ujungnya saya harus melawan rasa takut jalan sendirian dari pintu satu Unhas ke kosan temen^_^
Mbak Olga n Mbak Marcella hadir juga lho |
Para teteh2 di IIDN^_^ |
seru bener nih nonton barnegnya ya. aku belum baca juga bukunya apalagi nonton :)
BalasHapusWew, jadi pengen nonton nih kaaak >_<
BalasHapus