Astuti Amir
IP Kalimantan Selatan
Memasuki gerbang bunda produktif, rasanya nano-nano. Sempat berbinar dengan pilihan yang disajikan, saya tanpa pikir panjang memilih beberapa. Pendidikan, menulis, ibu dan anak serta bisnis. Keempat variable yang ingin saya tekuni, tapi sayangnya rules di bunda cekatan tidak membolehkan untuk memilih lebih dari satu. Wess bismillah saya memilih menulis.
Menulis bagi saya dulunya adalah sebuah hobby lalu menjelma menjadi sebuah passion. Tumbuh ketika saya masih berstatus siswa dan mengenyam pendidikan. Dulu suka skali blog walking berjam-jam bahkan hingga jam Cinderella. Meski tugas menumpuk, tapi ketika jemari menari di atas tuts rasanya seperti doping yang meredam, kesuntukan, emosi negative dan kawan-kawannya.
Lewat menulis saya menemukan sahabat yang benar-benar sahabat. Menuangkan dan memberitahu segala tanpa takut akan diceritakan ke orang lain.
Akan tetapi setelah berkeluarga candu itu seperti pergi meninggalkan saya, atau lebih tepatnya saya yang tidak memedulikan dia lagi, atau waktu dan kondisi yang membuat kami berjarak. Tapi ketika dipertemukan dengan buku, tulisan. Sepertinya makhluk akrab itu seperti berdesir memanggil-manggil. Akhirnya saya ingin mencoba memulainya di bunda produktif
Hipotesa saya adalah, akan tidak gampang saya melewatinya. Karena saya akan melompati beberapa hal yang berada dalam ‘caplock´tantangan lain. Semisal dengan memilih menulis, berarti saya harus memperketat ranah keterampilan manajemen waktu, mungkin saya akan menerapkan waktu memasak cukup sekian menit saja dan beberapa kegiatan lain yang harus serba di atur agar bisa menyisipkan waktu untuk passion saya ini.
Melewati perkenalan pertama dengan konsep hexagonal city, lagi-lagi membuat saya berdecak kagum dengan bu Septi beserta tim yang telah merangcang semuanya sedemikian rupa. Awalnya saya berharap game memilih passion ini, seperti jejak langkah di bunda cekatan kemarin yang akan mengharuskan kami menelaah kembali kegiatan yang sudah dipilih apakah sesuai dengan mind map. Tapi ternyata di bunda produktif ini kami diharuskan untuk memilih satu saja. Kegamangan saya kembali timbul, sempat ingin maju mundur. Apalagi di jam genting pemutusannya ini, tetiba saya ingin memiliki sebuah ‘rumah belajar’ di rumah. Di mentorship bunda cekatan saya memang memilih untuk membangun sebuah les privat dari rumah, keinginan itu muncul untuk diteruskan tapi tidak sinkron oleh tangan ini memilih bisnis. Wes saya anggap sebagai tantangan lain, berarti selain mengetatkan lagi manajemen waktu, saya pun meluangkan waktu untuk dengan keputusan tetap menjalankan semuanya sambil membeli-beli semangat, kerja keras berliter-liter dan berharap bisa jadi stok amunisi menyelesaikan sebuahnya hingga garis finish.
Yuk mare berbenah dan mulai membangun rumah hexagon. Rumah hexagon adalah rumah impian yang dibangun untuk kebutuhan pribadi, jadi dalam rumah lebah saya kali ini saya akan membuat sebuah kamar pribadi saja, tidak ada kamar yang diperuntukkan untuk anak dan keluarga. Karena ranah yang saya coba untuk bunda produktif kali ini adalah bidang kepenulisan, maka hal wajib yang saya siapkan adalah ruang kerja untuk menulis yang menghadap ke taman hexagon bersambungan dengan kamar tidur saya.
Ketika memasuki area bangunan rumah, tamu akan disambut dengan ruang tamu yang memiliki akses langsung ke taman hexa tengah. Sebelah kanan adalah perpustakaan mini yang ukurannya memang cenderung lebih besar untuk ukuran perpustakaan rumah, bangunan perpustakaan berdampingan dengan mushola. Sementara di sebelah kiri ada bioskop mini. Bergeser kearah kiri setelah bioskop mini kita akan bertemu dengan ruangan yang difungsikan sebagai ruang makan dan dapur. Di rumah saya, icon terbesarnya adalah taman hexa ini, disini adalah area multifungsi, ketika bosan makan di ruangan makan, boleh makan di tanam, menerima tamu pun boleh langsung ketaman, baca buku, nulis di laptop juga bisa di taman. Kisah rumah lebah ini menggambarkan sebagian mimpi saya membangun rumah sendiri, rumah berdinding bentuk hexagonal mengelilingi sebuah taman. Kesemua ruangan ini konsepnya memiliki balkon dengan jendela kamar yang lebar nan melegakan menghadap ke taman.
Motivasi saya memilih ranah menulis ini adalah karena ini salah satu me time. Dengan kondisi pandemic, dan bekerja di ranah domestic, saya butuh untuk me time yang beda sesuai dengan passion saya. Ketika saya berhasil melakukannya secara kontinu, selanjutnya mencoba untuk menjadikan passion ini menjadi lahan produktif saya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar