Kamis, 31 Mei 2012

Heii!!!!

Kamu…ketika itu, aku tak tahu akan menyisipkan rindu. Kamu…ketika itu, aku tak tahu akan serumit ini. Jarak kita hanya sepelempar batu, kamu berdiri menyamping, aku duduk tepat menghadapmu,seolah kamu saat itu adalah tontonan untukku. 

Kubiarkan semilir angin menerpa wajahku dan mempermainkan ujung kerudungku. Di depan sana, tampak banyak anak-anak berlarian, mendesau bersama gulungan air dan mendulang bangunan pasir, bercanda bersama Ayah dan Ibunya. Ombak kelihatannya kompromi, pecah kecil seperti gelak tawa para kanak-kanak. Sesekali aku tersenyum pada polah lucu mereka. Akhir pekan memang indah untuk bersantai dengan keluarga. Aku tengah memandangi pemandangan damai dari tawa para malaikat kecil, ketika itu kau menghampiri mereka dan mengajak berkenalan, lalu sepelintir perhatianku terusik. Heiii kamu sedang apa???

Sejurus lalu, aku menikmatimu polahmu bersama mereka. Ikut tergelak kecil ketika cipratan air mengenai kaos abumu, basah. Ingin rasanya aku ikut bergabung, ya…akupun ingin terkena cipratan itu, ingin bercanda dengan sapuan ombak pada ujung jemari kaki. Tapi itu hal yang mustahil kan??.

Perlahan redup, senja merangkul dermaga, kalian masih tidak bosan dengan derai air. Sekujur tubuh para kanak-kanak sudah basah, bajumu pelan berubah warna lebih pekat, pelan air menjejali merambat. Dan mata kita bertumpu pandang,  aku melihatmu, kau melihatku pada titik poros sebuah keramaian, belum sempat kau mengembalikan lengkungan senyuman di wajahmu, segera  kutarik pandanganku pada sisi lain. Terasa ada yang beda pada pandangan itu, padahal kita tak saling kenal.

Hei kamu,..berani-beraninya tersenyum padaku tanpa permisi!!!! Apa kita saling kenal?? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?? Apa kamu adalah teman dari temanku?? Apa…Alamak, saatnya tinggalkan dermaga ini. Sepertinya ada yang tidak beres…..

Minggu, 20 Mei 2012

Barru

Liburan kali ini, aku dan kak Aci berniat mengintip tanah Bugis. Salah satu daerah yang menggunakan bahasa Bugis di kawasan Sulawesi selatan adalah daerah Barru, berjarak sekitar 100 km dari kota Makassar, dengan jarak tempoh 2-3 jam. Barru terkenal dengan hasil lautnya, makanan seafood adalah makanan yang gampang dicari disini. Salah satu alasan kami ngintip kota ini adalah karena aku dan kakak, pengen icip cumi segar, lama juga lidah tak terjamah rasa cumi segar. Wuihhh

Kontur wilayah kota ini lumayan ‘aman’, jarang ditemukan kontur permukaan bumi yang ‘ribet’. Jalan raya utama saja, nyaris lurus saja tanpa belokan. Hanya saja, sekarang ini kawasan kota Barru dan kota Pangkep yang notabene adalah kota tetangga Barru, tengah berbenah jalur lintas kendaraan darat, jadi perjalan menuju kota ini kadang diselingi macet dan debu yang tidak mengenakkan. Tapi kalo sudah sampe, capeknya ilang kok^__^

Aku dan kakak, mengunjungi rumah tante yang emang sudah lama nda kami jenguk. Karena faktor lama tak berkunjung ke tempat ini, rute kesana jadinya sudah lupa lupa ingat,  terpaksa tante harus menjemput kami yang datangnya tidak bersamaan.,.. heheh maaf tante. Ternyata, daerah ini banyak berubah sejak bertahun-tahun lalu (lupa tahun kapan terakhir kesini^^). Karena panen padi sudah lewat, jadi daerahnya tidak terlihat hijau lagi, penduduk setempat bilang awal tahun mereka baru akan mulai menanam padi, karena untuk bulan-bulan kedepan musim kemarau, jadinya mustahil buat tanam padi, tapi buat dapet hasil laut yang segar tidak cukup sulit meski bukan musimnya.


Kami menginap di rumah tante, yang letak rumahnya memang berdekatan dengan laut. Jadi bisa leluasa menikmati pemandangan lautan lepas, atau sekedar melihat perahu lalu lalang^^

Pemandangan pinggir laut Barru




Pemandangan pagi yang tidak pernah absen adalah, ketika para nelayan tiba dan memarkir perahunya. perahu yang agak besar biasanya ditambat di daerah mendekati pinggiran laut, tanpa harus menambat di daratan, jadinya transaksi jual beli ikan, cumi dan udang segar biasa berlangsung masih di kawasan lautan, jadi pembeli yang hendak membeli biasa memakai perahu kecil menuju ke perahu besar, karena kalo tidak kita bakal kalah cepat dengan penjual ikan yang sudah antri dan ikut menunggu para nelayan. para penjual ikan, biasanya langsung bertransaksi dengan nelayan di atas perahu dan langsung membawa hasil tangkapan ke pasar, jadi bener-bener segar. Asyik kan???
Maen air sendiri,,...pak nelayan tunggu akuuuuuuuu
Pemandangan pagi...
Horeeee dapat cumi segarrr!!!
Andaikan tidak dilarang kakak dan tante, saya sudah nyusul Omku ke perahu nelayan. Ombak kecil di pinggiran laut, sangat menggoda lho. Nagh, pagi hari di daerah ini sibuk dengan hilir mudik perahu. Hal yang sangat biasa untuk penduduk desa mengujungi lautan, bahkan untuk anak di bawah umurpun...ini habitat mereka kan??. #eh???
oh iya...harga jual beli ikan, cumi dan udang bisa dua kali lipat dari harga pasar lho, jadi kalo sempet mending langsung beli di perahunya...
Serba serbi Barru
Barru adalah salah satu kota kabupaten di Sulawesi selatan yang terkenal dengan hasil lautnya. Saat berkunjung ke sini, perut saya seperti tong serba guna. Mau makan cumi,ayoo...mau makan kelapa ayoo...mau makan buah, putu, ayoooo hasilnya, aku dan kakak jadi diare...hehehe. Dan kebetulan tante punya pohon kedondong dan jeruk, dan beruntung lagi saat kami kesana, pohon-pohonnya lagi berbuah. Jadi kesimpulannya, saya bisa panen sendiri, metik sendiri dan makan sendiri tidak perlu bagi-bagi, soalnya kalo dibandingkan dengan kakak, saya jago makan makanan yang asem…

Panen jerukkkkkk
Nanak nasi via tungku tanah liat
Menanak nasi kita pake tungku yang terbuat dari tanah liat, memang ada lho perbedaan rasa antara nasi yang dimasak pake tungku dan nasi yang dimasak pake rice cooker. Lebih berasa enaknya kalo masak nasi pake tungku. Yaaaa meski masaknya harus belepotan arang dan panas-panasan. Siapa yang belum nyoba???hayooo ke Barru...

Akan banyak lagi pemandangan pertiwi yang memanjakan mata, dan lebih banyak lagi makanan kita yang mengenyangkan, dan lebih banyak lagi kebiasaan masyarakat yang menakjubkan. Karena setiap daerah, punya wacana tertentu untuk di banggakan^_^

Sabtu, 05 Mei 2012

Rak buku kakak^_^

Mau tau salah satu tips lagi buat buang galau atau berliter-liter sedih. Memang benar sedih nda harus diratapi, tapi wajar jika sedih itu ada, hanya saja sangat tidak mudah untuk mengusirnya jauh-jauh. Saban hari aku dan kawan –kawan bloofers berniat muncak di gunung bawakaraeng. Yaa…pikirku, lumayan buat buang lengkingan suara di ujung puncak nanti, eh ternyata di cancel karena beragam alasan, aku sendiri dari awal meeting  udah mengundurkan diri karena mereka berencana ambil paket 4 hari untuk keseluruhan perjalanan, sementara liburku cuma 3 hari. Akhirnya aku tidak ikut, eh belakangan acara dibatalin total. Next time, kita muncak lagi yaaaa…

Akhirnya aku mudik, dah sebulan lebih nda negokin rumah. Rindu suasana dingin rumah di antara spasi pengunungan, rindu masakan rumah yang penuh aroma keluarga. (wuidihhhh….). Yaaa walaupun cuma dua hari, nda apa-apa. ^_^ 

Hari ini, kebetulan aku melirik salah satu buku yang pernah di-review kakakku di blognya. Nda sempet baca, karena saat ini, aku masih belum meng-khatam kan novel terbarunya Oki. Padahal sudah sebulanan lalu aku dapat gratis novelnya, pas si Oki datang ke Mandkassar buat bedah buku skalian promo. Aku lirik buku yang lain, ternyata sudah banyak buku yang bukan seleraku. Padahal dulu semasa kecil aku dan kakak-kakaku punya selera sama.

Aku dan kedua kakakku kebetulan dari dulu sampai skarang menghargai sebuah kata, namanya ‘buku’, dan karena itu, kami lumayan betah dengan sebuah kegiatan yang namanya ‘membaca’  ^_^. Aku masih ingat, dulu waktu kami masih kecil, kami akan berebutan majalah Bobo saat ibu pulang kantor, sampe-sampe secara bergiliran kami akan mengambil jatah bonus majalah. Majalah Bobo setiap minggunya, memang punya bonus-bonus unik. Sampai suatu hari, Ibu akhirnya membelikan majalah donal bebek, mungkin beliau sudah bosan liat tiga anak-anak gadisnya harus cakar-cakaran berebutan baca majalah Bobo. Tapi aku tidak terlalu suka majalah donal bebek, meskipun lebih tebal dari Bobo, tapi isinya tidak terlalu variatif. 

Akhirnya aksi cakar-cakar kami lumayan diredakan dengan komik serial cantik, kami kerap baca komik candy-candy, balerina atau serial princess. Lalu, berawal dari ketersukaan pada kartun conan, kami lalu membaca komiknya, dan karena itu juga kami bertiga mulai menyukai cerita misteri. Saat duduk di kelas 3 SD, aku mulai ikut jejak kedua kakakku baca novel lima sekawan, trio detektif  dan buku-buku karya Agatha Christie. Masuk SMP, aku masih suka membaca, tapi novel bersambung mulai kulahap, aku memilih membaca seri Harry Potter sementara kedua kakakku tidak, ­buku-buku seri Putri Huan Zhu. Tapi kami bertiga masih punya banyak kesamaan, kami membaca buku-buku horor, detektif, buku-buku karya Charles Dicken, buku anak-anak macam Tom Sawyer atau Oliver Twist

Dan selera buku kami benar-benar berbeda setelah aku memasuki dunia perkuliahan. Kak Ayu, Kakak sulungku mulai menyukai buku-buku bergendre masakan, interior, buku bisnis. Sementara kak Aci, kakak keduaku lebih menyukai buku-buku yang berbasis berat (kudu angkat barbell dulu baru bisa baca^_^), buku-buku filsafat. Tapi buku karya Kang Abik dan Om Andrea Hirata akhirnya menyatukan kami..hehehe. Dan ternyata, kesukaan kami pada buku-buku yang berbeda, tergambar dari kesukaan acara TV juga. Kalau kakak sulungku, lebih suka nonton reality show, atau infotaiment. Kak Aci, lebih menyukai film Yunani. Tapi lagi-lagi kami disatukan dengan film Korea. Hehehe

Aku baru nyadar, kalo masa dimana kami punya banyak kesamaan sekarang jadi berbeda. Ngintip rak buku mereka saja bikin saya senyam senyum sendiri. Dulu kami masih sering bersepeda bareng, main lompat tali bareng, main kasti atau berangkat ke mesjid barengan. Skarang, kami seperti seorang individu yang berbeda, yang jika bertemu di teras rumah akan bercerita hal-hal yang berbeda, manusia memang punya keunikan tersendiri.
Rak buku punya Kak Ayu

Salah satu rak buku kak Aci
Kebiasaan burukku kalo utak atik versi rak buku Uty (tidak untuk ditiru)
masih kebiasaan buruk..ckckckck

agak sedikit 'waras'
nagh ini baru...tapi kadang buku seri nda disusun berdekatan ckckck
Ternyata diantara kami bertiga, akulah yang paling tidak menghargai buku. Kadang aku susun tak karuan. Sementara kedua kakakku, membuat mereka(baca:buku) lebih adem di pandang. Kak Ayu, selalu membungkus bukunya dan menulis namanya di halaman depan plus tanggal dimana ia membeli bukunya. Sementara kak Aci, lebih suka menulis di sisi buku dengan kode-kode tersendiri, misalnya lit untuk buku litelatur dll, kemudian semua sisi buku diplester pake plester bening biar nda gampang robek katanya dan halaman depan, juga ditulis nama kecil, TTD dan tanggal pembeliannya. Sedang aku???heheh aku bisanya cuma baca dan letakkan ke rak buku, nda peduli posisinya sungsan, serong kiri, serong kanan ato gimana. Yang pastinya sudah khatam. Caraku ini, jangan diikut ya…masalahnya akibatnya bahaya banget. Sampai skrang aku sudah kehilangan buku yang aku sendiri nda tau berapa dan judulnya apa, karena aku sendiri tidak tau buku-buku apa yang sudah dipinjam dan belum dikembalikan. 

Membaca memang kegiatan mengasyikkan, jadi jangan berhenti di tengah jalan kalo memang suka dengan kegiatan itu. Tapi kalo memang berhenti di tengah jalan, aku mau kok ketimban infak bukunya. ^__^

Selasa, 01 Mei 2012

Maka, tersenyumlah...

Ketika hati bercerita, maka senantiasa dengung murni nan jujur yang dilafazkannya. Sesuatu yang dari hati adalah indah yang terwakilkan lewat lisan dan tingkah, sesuatu yang terlahir dari hati yang bersih adalah hal indah yang tak ada bosannya. 

Dan aku hidup dengan berteman hati, maka kadang sebagai kawan ia mempermainkanku. Membolak-balikkan dirinya hingga kadang tak tertebak apa yang hendak disampaikannya, dan akhirnya aku hanya bisa berteman dengan logika ketika kolom hatiku terkalahkan…

Sebab musabab dari agenda sebuah hati adalah sebuah monitory dari efek samping cengkeraman hidup. Dan sebagai makhluk yang dianugerahkan oksigen, maka sepantasnyalah kita bermeditasi dengan kelapangan hati. Tentang sebuah jalan melingkar yang sulit untuk diketahui mana ujung pangkalnya, tentang sebuah rencana yang hendak kita jalani namun awalnya masih tak terlihat jelas, ataukah tentang drama hidup yang mengundang beribu kilometer derita dari ujung perjalanan, atau mungkin tentang sebuah ketergilaan asa yang sulit untuk diinterpretasikan..

Hampir surut gelombang laut, ketika ekor ombak menyapu kakiku, basah…berpasir. Lalu, hampir sempurna sebuah bayaran mutlak ketika kekurangan sedikit angkanya. Maka berilah sepersekian detik waktu untuk kembali menerbitkan ijazah hati yang terakreditasi tulus nan ikhlas. Waktu itu, aku tahu…sudah tiba waktunya untuk memutuskan.

Wahai hati,..engkau tercipta dari reagen yang tak kuketahui komposisinya. Di laboratorium mana si Pemilik Jagad memadatkanmu, akupun tak tahu itu. Aku hanya senang dengan keputusanNya membiarkan kamu mengisi volume badanku, memberi sedikit pedoman, dan melayangkan surat perintah kepada tingkah yang alakadarnya

Wahai hati….akhir-akhir ini, aku tengah mendapat paket gundah bonus sedih tentang sebuah fase dalam kehidupan. Tapi kamu benar-benar ada, untuk menetlasirkan segenap dokumen tak penting untuk kukomentari lebih lama, atau kulirik lebih lama. Karena sebuah gundah..datang hanya untuk sejenak, maka berbahagialah setelahnya. 

Wahai hati…kuucapkan terima kasih tiada tara, untuk senandung kecilmu di tiap langkahku. Untuk agenda yang kembali tersusun apik karena efektivitas sebuah rayuanmu manjur di badanku. Lewat tiga minggu, ketika wajahmu dan wajahku kerap beradu pandang. Meski terterka kosong, tapi aku berusaha tak mengosongkannya. Sekali lagi Tuhan., biarlah hati yang menguraikan semuanya. Sudah sepantasnya sampah di kepalaku di daur ulang. Karena kepatuhannya pada emansipasi adalah bagian dari kesibukanku.

Mungkin butuh waktu untuk membiarkan hati membolak-balikkan badannya,merefleksikan sedikit otot yang lama tak digerakkan. Sampai akhiratnya tercipta jalur yang sinkron antara hati dan logika. Maka itu adalah keputusan mutlak yang akan membahagiakan. Walaupun, aku ma’fum, bahwa tiap individu punya sebuah bidikan keputusan yang berbeda. Tapi untuk membuat hati dan logika berjabat tangan adalah suatu hal yang luar biasa untukku, meskipun tak ada output nyata yang terlihat, tapi aku bisa merasakan ragaku lega. 

Tiga minggu terlewati, masih dengan minoritas terhadapku. Tapi aku sadar, bahwa sebuah ketegaran masih diberikan kepadaku. Kepada hati yang bersahabat, dan kepada logika yang tak macam-macam. Aku tak berani, untuk mengungkapkan lebih jauh, bagaimana gundahku untuk hari-hari, karena mungkin itu membuat akar sedih semakin menjalar. Yang harus aku lakukan adalah tegar, meski tak ada yang melempar senyuman, aku akan tetap belajar tulus untuk mereka. Meski tak ada yang menyapaku ikhlas, aku akan menyapa mereka. Karena menurutku, hati akan selamanya terlukai, jika tak ada ketentraman di dalamnya, logika suatu saat akan teracuni jika ia tak disandingkan dengan niat. 

Allahu Rabb, pemilik segenap alam raya. Untukmu Yang Tertinggi melebihi segenap ruang dan tak tampak, aku berbisik…aku hanya seorang wanita, sesederhana hamparan langit, yang hanya biru diselingi awan putih, ataukah kelabu yang mengandung mendung. Aku hanya memohon, pembelajaran hati, meski tak memanen nyata, tapi sesungguhnya ketentramannya lebih penting dari segalanya.
Biarlah titik airmata memandu resah, tapi itu bukan pertanda aku sedang menyerah. Karena aku ingin belajar untuk memulai tegar meski dengan predikat secuil. Kesedihan adalah hal yang wajar, tapi meratapinya adalah hal yang tak sewajarnya dilakukan.

Untuk para sahabat, yang tlah melapangkan hatiku dengan rangkulan, yang meneguhkan hatiku dengan nasehat, yang mengangkat kepalaku dengan sapuan, yang menyadarkanku dengan teguran, yang menegarkanku dengan semangat, yang menemaniku dalam cerita, yang mendamaikan lewat senyuman, yang menyejukkan lewat candaan, yang melengkapiku dengan doa, yang mendukungku dengan anggukan, yang menjaga dari kejauhan.
Aku beruntung memiliki kalian….
Maka, Tersenyumlah....

Jika..
Kertas bisa bicara
Mungkin saja ia akan teriak protes,
Ketika pena meliuk pongah di atasnya
Tapi, ternyata…
Kertas begitu suci, seputih warnanya
Maka,
Ia boleh berbangga,
Ketika ribuan lembarnya jadi best seller

Bismillah untuk hari-hari selanjutnya…..