Kamis, 30 Agustus 2012

Icip-Icip Pahala...atau mendulang pahala??

Malam ini, aku berbincang dengan seorang kawan tentang hal sepele dan akhirnya bergulum pada keadaan Syawal. Yaa….bulan syawal datang, dan itu artinya kita masih diberikan limpahan ladang amal dari Allah SWT. Selepas Ramadhan yang menawarkan berbagai cita rasa ibadah dengan bobot yang tinggi. Lantas Allah SWT pun menganugerahkan Syawal untuk tercicipi. Kamu membuka percakapan perihal puasa Syawal. Katamu,..mungkin hatimu belum tergerak untuk mencicipinya. Kusadurkan kalimat tentang janji Allah akan limpahan pahala ketika kita mengerjakannya, dan kamu mungkin tersenyum simpul di ujung telpon sana. Sekali lagi, ini masalah niat dan ketergerakan hati.Ya sudah…..

kemudian kamu berkata padaku....

“Aku tidak begitu setuju dengan cara ustadz ketika berceramah dan mengajak ke hal yang baik, tapi mengumumkan nominal dari pahalanya. Sekian kali lipat, atau apalah..toh urusan agama adalah urusan individu kepada Tuhannya saja. Allah melipatgandakan pahala sepuluh kali lipat ketika kau berpuasa di bulan Syawal..bla bla bla. Buat apa semacam imbalan. Samalah halnya dengan pekerjaan, cukup setulus ikhlas mengerjakan, tidak terlalu butuh sebuah nominal untuk dikerjakan, yang penting ikhlas”


Setiap orang bebas untuk perpendapat, setiap orang pun bebas untuk tak berpendapat. Maka dari itu, prinsip kehidupan seseorang dengan orang lain terkadang mengalami perbedaan. Manusia adalah unik, hidup bersama hati dan pikiran dengan alur yang berbeda, menghasilkan aneka lintasan pikiran, larut dan terbuai dari buah pelampiasan dan penghayatan yang akhirnya berkecambah menjadi sebuah tindakan dan patokan tersendiri untuk hidup. Namun disisi lain, selain pendapat ada hal yang nyata dan mutlak berada pada garis patokannya, itulah qalam Allah. Yang tertulis apik dalam Al Qur;an dan Hadist yang telah mengarsipkannya dari dulu sampai sekarang, sepanjang masa.

Kehidupan dunia dan akhirat adalah hal yang berbeda  namun saling bertalian. Bisa dikatakan sebab dan musabab. Bagaimana kita menjalani kehidupan di dunia maka tolak ukur kehidupan akhirat adalah bidik terakhir. 

Berawal dari sesuatu yang kecil dan akhirnya menjalar menjadi argument yang mengepul, membludak. Ini seperti mendudukan sebuah perkara ke jenis positif dan harus untuk dilakukan, mengesampingkan sebuah perkara dan menjadikan hal yang tidak begitu penting untuk dilakukan atau membuang jauh sebuah perkara sekaligus menutup kemungkinan untuk dikerjakan. 

Sekali lagi, kehidupan dunia dan akhirat adalah dimensi yang berbeda, yang tak mungkin dilaksanaan dalam jangka waktu bersamaan. Hanya saja ini semacam linear yang saling mempengaruhi suatu himpunan.  Menurutku pribadi, sebagai manusia kita tak seharusnya menyamakan ilmu dunia dan katakanlah ilmu akhirat, sesuatu yang dilakukan untuk menciptakan bangunan istana di kehidupan akhirat kelak. Misalnya, dalam bekerja…imbalan adalah hal yang perlu tetapi jika mengarah pada kepuasan substansi hati, kadang kita berdiri pada dudukan yang monomer duakan imbalan. Berbedalah dengan imbalan atas amal ibadah yang kita perbuat. Jika Allah menjanjikan puasa syawal untuk ditinggikan derajat, untuk menyempurnakan puasa Ramadhan, dan akhirnya disamakan dengan melaksanakan puasa setahun penuh dengan catatan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan, maka itu adalah hal yang berbeda dengan imbalan yang ada di kehidupan dunia. Kita dianjurkan untuk berlomba-lomba pada kebaikan, jadi wajar saja ketika aku melaksanakan hal yang membawa kebaikan, dan tergerak melakukannya karena pahala yang ditawarkan. Terlepas dari pikiran picik apakah murni untuk mendapatkan imbalan dengan niat yang tulus ikhlas atau hanya melakukannya karena hal yang demikian telah tertulis dengan jelas dalam surat cinta Allah. Jika perkaranya demikian itu tergantung dari buku catatan amal milik Allah SWT semata. Yang jelas, yang perlu hanyalah kesucian hati dan kemauan untuk melakukannya. Jangan berpikir, itu sama halnya dengan kita melakukannya karena ada imbalan dilipat gandakan pahalanya atau ditinggikan derajat. Sekali lagi…imbalan dunia dan akhirat adalah sebuah konstanta yang berbeda.


Aku menyukai sebuah kutipan dalam sebuah buku tentang logika agama…

Memang apa yang dijangkau hati, merupakan hakekat yang tidak dijangkau oleh bahasa. Ia merupakan cahaya yang memancarkan dan menyejukkan hati. Ia tidak memiliki bahasa. Ia bukan seperti akal yang memiliki bahasa dan lambing-lambang. Tetapi karena desakan, biasanya ia dibahasakan dan ini yang dapat menimbulkan kesalahpahaman. Kembali, bahwa hati mempunyai logikanya yang sulit dipahami oleh akal.

Bergantung pada respon hatimu, itu adalah konsep untuk menyatukan pendapat. Bagaimana bisa tingkah laku menyikapi ‘sesuatu’ itu. Dan setelahnya, bahwa memang benar ada…sesuatu yang katakanlah hidup dalam logika agama, kedudukan dan batas-batas sebuah akal. Yang akhirnya menyulap pendapat yang akhirnya mengakari sebuah prinsip, dan tertanam dalam nurani tiap individu.
Jika bertolak pada ukuran tindak tanduk yang baik dan buruk, ataukah perilaku yang memang dan mutlak untuk dilakukan dan dihindari, maka kembali pada kondisi keimanan seseorang dan pengetahuan akan apa yang tercantum dalam hal yang diyakininya.


Misalnya….bagaimana Islam mengatur perihal berpakaian.
Hai anak-anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu pakaian untuk menutupi aurat dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah” (Al-A’raf;26)
Lalu kemudian dicantumkan dalam surat cinta Allah, Al Ahzab ayat 59 tentang suruhan berjilbab, bahwa sesungguhnya jilbab adalan ciri khas wanita Muslim. Kemudian ketika Islam mendefenisikan batasan aurat dan bagaimanan sepantasnya berbusana yang baik, menjulurkan kerudung hingga ke dada. Maka bermuncullah berbagai spekulasi, bergantung pada hati dan pikiran individu menafsirkan. Akhir-akhir ini kita biasa melihat wanita muslim yang mengenakan busana atas dasar trend atau mode. Dalam keyakinan mereka, itu adalah hal yang sama yang dianjurkan oleh agama. Menutup aurat. Tapi tunggu dulu, ada hadist yang mengatakan, bahwasanya RAsulullah saw bersabda: “barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia adalah (termasuk) dari kalangan mereka. Kembali lagi, mungkin menurut mereka itu sudah sejalan dengan perintah Allah, tapi menurutku tidak. Tapi aku tak berhak untuk menghakimi mereka dengan berkata,kalian berdosa, kalian akan dijerumuskan dalam api neraka. Kodratku sebagai muslim adalah berbagi tentang hal yang kupahami bukan menilai dosa tidaknya, karena yang pantas untuk menilai kesemuanya kembali pada Allah SWT.

Ataukah…contoh yang lain,..tentang kekeliruan ketika keluar rumah, bepergian jauh (safar) dan campur baur (ikhtilath) dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Aku pernah membaca buku yang didalamnya ditulis tentang wanita muslimah yang keluar untuk bekerja, tatkala kaum muslimin membutuhkan pekerjaan di tengah-tengah komunitas wanita. Ada poin yang mengatakan larangan untuk tidak bekerja di suatu tempat yang campur baur dengan laki-laki, seperti bekerja sebagai perawat. Aku sendiri mengambil jurusan ilmu keperawatan. Jujur ketika membaca bagian itu, aku langsung menggaris bawahi dan melipat halamannya. Bukan karena aku sepakat dengan apa yang tertulis disana, justru sebaliknya. Dan kembali lagi, itu adalah pemahamanku. Apakah tindakanku menjadi mahasiswa keperawatan adalah dosa atau bukan, itu Allah yang menentukan.

Misalnya lagi,. Aku pernah mengikuti Talk Show Mas Solikhin Abu Izzudin, penulis buku best seller Zero to Hero, The Way to win. Beliau pernah berkelakar, bahwa ia tidak terlalu sepaham dengan Mas Salim A. Fillah tentang nikah muda, makanya saya tidak menikah muda.
Islam pun mengajarkan tentang kelas-kelas cinta. Bagaimana seseorang menanggapinya,tak ada yang berhak menodong salah satu dengan mengatakan tindakannya lah yang paling benar. Pernikahan merupakan bagian dari perjalanan rohani manusia. Kaum Adam ada yang berpendapat untuk mematangkan sandang, pangan dan papan baru kemudian menikah, dengan alasan tujuannya membahagian wanita yang akan dipilihnya kelak. Ada pula yang lebih berani memilih bahwa pernikahan adalah sebuah ladang rizki, maka Allah tlah mengatur rizki tiap orang. Semuanya bebas berpendapat. Tapi kalo boleh berpendapat, sebagai kaum hawa, terlalu picik pemikiran seorang Adam jika ingin melengkapi sandang, pangan dan papan barulah kemudian menikah. Tahukah kalian hai kaum Adam…ada masa-masa indah, yang membuat seorang wanita mendulang rasa cinta dan hormatnya kepada kalian, adalah ketika melihat kalian berjuang mencari nafkah, bukan ketika semuanya telah tersedia. Maka aku masuk pada bagian, tidak usah melengkapi sampai ke papan, jika hati mantap untuk meminang, maka halalkanlah yang telah membuat hatimu berkedut gila. #eaaaaa^_^. Maka apakah menikah muda adalah sebuah dosa? Menunda pernikahan sebelum mendapatkan pekerjaan??Dosa?? Allah SWT Maha Mengetahui.
Ada banyak contoh hal-hal yang tidak bisa dikategorikan untuk kita tahu dosa atau tidaknya, tapi untuk sebuah qalam Allah yang meriwayatkan nilai nominal didalamnya. Jangan takut, akan dinilai serakah….yang pastinya niat untuk mendapatkan pahala dan rahmat Allah adalah dari hati. Ini bukan masalah imbalan dalam dunia, tapi masalah imbalan dan tiket kita ke akhirat. So..Nyok puasa Syawal…ayo perbanyak amalan di dunia sebelum masa berdirimu expired. Hai kawan, mau nonton saja, icip-icip pahala atau ikutan mendulang pahala...mumpung kita masih dibekali oksigen^_^

gmbr nyulik disini
Kesempurnaan bukan ada padaku, tapi semata ada pada Sang Pencipta…
Tulisan ini adalah obrolan malam dengan seorang kawan..
Yang tetap akan kuanggap kawan meski berbeda prinsip dan pendapat…
Bukankah perbedaan itu indah, membawa warna…
Ini sebuah celoteh ketika hatiku menyakini yang kucerna
Ketika logikaku mendudukkan batasan akal untuk meliukkan tulisan…
Kembali lagi…aku hanya manusia biasa…
Dan sebuah pendapat bisa saja berubah seiring akal menemukan poin poin nalarnya dan adaptasi nurani^^

Senin, 20 Agustus 2012

Sayonara...


Kamu belajar dengan mudah dan cepat seperti membalikkan tangan, atau sekedar menjatuhkan bola bekel ke lantai dan secepat kilat kembali mengudara. Kamu selalu begitu, dengan cekatan mendiami seluruh wadah. Selebihnya, aku akan hanya memandangimu melompat kesana kemari seperti tupai membagi makanan, sekilas terlihat tawa lepasmu dan perbincangan yang kerap kamu rajut bersama orang pinggiran. Aku selalu mengangumi hatimu yang seperti itu. Katamu…manusia tak ada bedanya, maka tak ada larangan untuk saling menyapa. Dan aku slalu sepakat tentang apa yang kamu bentuk dan melepasnya berlarian di ruang otakmu. Selalu kreatif…
Kamu…hai nikmat berbagi

Kamu yang membangunkan tidurku lebih banyak ketimbang suara alarm dari jam wekerku sendiri. Ketika sebaris saja dari pesanmu terdengar gendering telingaku, mengusik mimpiku. Mungkin kita akan terlihat seperti sepasang kekasih, aku selalu menginginkan hal itu…Teramat sangat.
Kamu…hai nikmat subuh

Ada yang bilang kamu adalah surat cinta terindah sepanjang zaman, ada pula yang bilang kamu tak lain adalah kunci seluruh pintu di dunia,sekalipun pintunya terbuat dari baja. Cukup mencuri ilmu dari tiap lembaranmu, niscaya segala pintu akan terbuka lebar. Aduhai…sebegitu hebatnya kamu ya??Dan aku tak heran, kamu bahkan pernah membuat hatiku berkedut dari tahtanya ketika seorang adam menggaungkan kalimat demi kalimat dalam tubuhmu. Meski aku sadar, ialah hal yang tak boleh ketika aku menyimpan rasa mendengar lantunan nada asmaMu dari seseorang yang tak bertalian darah denganku
Kamu…hai nikmat Al-Qur’an

Dan heii…karena kamu, aku seperti melihat pemandangan Jumat ketika jarum jam saling bertumpuk di pertengahan hari, tapi kali ini terasa double dan berpindah pada belahan bumi malam. Ketika aktivitas rumah agung tak berhenti selepas Isya saja, dan aku  bisa mendengar takbir untuk kesekian kali berulang
Kamu…hai nikmat tarwih

Lalu…selepas syahdu aku menahan gigil menghadap apa yang tlah terkaruniakan pada kami. Ketika Rabb menurunkan para malaikat untuk ikut mendoakanku. Yang memberikan segenap titik berkah pada tiap suapanku. Ini adalah sesuatu yang berada di luar kebiasaanku, bahkan menyentuh sarapanpun tak biasa kulakukan, tapi aku mengenalmu sebelum sarapan dan setelah makan malam,..
Kamu..hai nikmat sahur

Setelahnya, setetes tengukan air saja terasa mengenyangkan pada tiap jam yang terlalui tanpa sesuap setelah fajar tersingsing. Pelataran senja adalah pertanda ketika kamu tiba. Ketika temaram jingga berlari kecil mendahului pekat terjun ke kelambunya.Waktu itu, setenguk air menyapa ujung lidahku dan melebur bersama air liur. Betapa aku mengangumi pelampiasanmu…,selalu melegakan
Kamu…hai nikmat berbuka


Aku berkenalan dengan kalian para lukisan nikmat yang selalu bersejawat dengan kandungan kedamaian. Aku masih malu untuk berbagi tentang apa yang kalian bawa atau apa yang harus kulakukan lebih jauh dari keberadaan kalian. Sebab aku masih selalu dalam tahap mempelajari kalian tanpa penuh dengan hamparan ilmu akan kandunganmu. Aku mengaku muslim, tapi tak mengenal sempurna apa yang kalian miliki.

Ada yang pernah berkata padaku, teruslah begitu. Maka mungkin kamu akan menemukan titik temu untuk menjadi seorang muslimah sejati. Sebuah ujung pencapaian yang lebih membanggakan ketimbang pencapaian akademik. Sesuatu yang slalu aku agungkan di bangku sekolah sampai perkuliahan sampai menutupi cahaya dari tugas yang sebenarnya kuemban sebagai wanita. Yang karena mengenal kalian, defenisi sebuah kebahagiaan harus aku revisi sedetail mungkin.

Berinteraksi dengan kalian adalah sebuah keunikan yang luar biasa. Di perjalanan Ramadhan yang akhirnya mengerucut menemui penghabisan. Kemudian berlalu….

Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ya Allah, limpahkan shalawat atas Muhammad dan keluarganya. Maha Suci Dia yang memiliki keagungan paling tinggi dan paling luhur, Maha Suci Dia yang memiliki kebesaran paling mulia…
Aku ingin bertemu dengan kalian di bulan sama di tahun depan, Rabbku, smoga Engkau mengabulkannya,,aamiin…..
Dengan ini, kumohon dengan sangat….

Selasa, 07 Agustus 2012

Spasi kisah^^


Mungkin aku tak segamblang kalian ketika berucap lisan, maka tulisan adalah daur ulang dari siklus sebuah pengucapan. Dan rasa tiap individu berhak untuk berintermesso dalam topic pembicaraan. Sebrapa besar otak berotonomi mencipta imajinasi, sbrapa besar lingkungan terendap pada fundamental rasa yang mungkin saja terbayang arus, lalu berfragmen bersama. Kembali lagi, setiap orang berhak dan punya cara istimewa untuk berucap ‘ada’. 

Adalah kelabu ketika aku yang awam dihadapkan pada pembicaraan yang mungkin tak kutau titik temunya. Adalah ganjil bin aneh,ketika tiba-tiba seorang sahabat bercerita lika liku rasa hatinya yang menurutku belum jadi sebuah masalah^_^. Adalah gamang ketika dia tiba-tiba menohokku dengan meminta pertanggung jawaban atas cerita yang dibeberkannya, sementara aku hanya diam dan tersenyum kaku. Bukan karena aku tak tau berpendapat, tapi aku tengah mencari jawaban yang bisa membuat tersenyum. Bukan karena tak ada misi untuk menyelamatkan hatimu,sama skali bukan. Aku tau…,katakanlah itu adalah sebuah kewajibanku untuk menampung keluhmu yang terpapar cinta…

Tuhan menggunakan metode spektakuler untuk mengaduk hati para hambanya. Kadang kedutan yang mengilukan menjadi hal yang terindui. Terdengar tak waras???tapi itulah perundang-undangan politik dunia yang juga berlaku dalam dunia ‘rasa’. Sesuatu hal yang kerap mengalami perubahan tapi kerap tak terpecahkan. Berlari sesuka hati seperti angin tanpa tahu bejana mana yang tengah menampungnya, berputar sesuka hati seperti jarum jam yang tak tau tengah menunjuk angka berapa, seperti anak panah yang melaju tanpa bertanya pada arah mata angin yang membawanya.

Aku mengenalmu sebagai sahabat yang penuh rasa pengertian. Cinta yang tak terketahui kemana ia bermuara, apalagi kita belum tahu benar adanya untuk dirimu, adalah hal yang sia-sia untuk memasukkan ke dalam salah satu arena otakmu yang musti kamu pikirkan. Kali ini biarkan ia mengalir, biarkan kuasa Rabb yang mengatur kemana akhir cerita. Aku cukup memberimu sedikit argument tentang pendapat mereka yang pernah mengalaminya dan setidaknya bisa berfikir jernih ketika itu^^
ODA said :
“Ketika yang terkasih harus pergi menghadapNya, maka air mata pun tak cukup melukiskan kehilangan. Lalu…makhluk Tuhan mana yang bersedia menjadi sandaran hati. Hei, jangan berpikir lama tentang cinta yang tak tentu sementara ada permasalahn yang lebih urgen daripadanya

KRIBO said:
“Laki-laki juga punya cara tertentu untuk menyembunyikan sesuatu yang ingin disampaikan”

JANGKUNG said:
“Kamu ini, belum ada apa-apa yang perlu dikhawatirkan, lebih mending bercerita tentang gank kita yang tak pernah saling menyapa lagi”

ALARM said
“Brapa no hp temanmu itu Ty, biar aku yang nasehati. Sepertinya masalah sperti ini harus langsung ngomong sama yang bersangkutan”

UTI said
Sahabat….bulan ini adalah Ramadhan. Bulan yang teramat kunantikan sejak aku meninggalkan Ramadhan tahun kemarin. Bahwa Ramadhan adalah sebuah hal yang teristimewa. Seperti mendudukan sebuah poci rawan pecah dalam etalase kaca. Hati-hati dan penuh harap, begitulah kisah untuk menyambut dan menjalaninya. Sungguh teramat langka dan mendamaikan. Bukannya aku tak ingin menapik kisahmu dengan menjadikan Ramadhan sebagai prioritas utama. Tapi kisahmu tak rumit, hanya sekedar ingin tahu tentang rasa dia sang ‘adam’ kepada hatimu. Aku bilang,…ini terlalu awal untuk berargumen kawan…

Berkawanlah pada Ramadhan, yang sebentar lagi pergi. Sebab cintaNya lebih mengenyangkan dari cinta manapun. Tegukan rasanya lebih melapangkan dari cinta manapun. Katakan wahai sahabatku…hatimu butuh kereta uap untuk berselancar bersama kepulan sepoi sang angin subuh, butuh bercengrama lama dengan kesibukan tarwih. Aku menyayangimu…karena itu aku tersenyum mendengarmu…
Hai kamu….kami sudah berembuk awam tentang kisahmu, jadi aku harap tak ada lagi dulangan duka di sela senyummu.^_^


Rabu, 01 Agustus 2012

Ramadhan ala anak kost^^

Kedua kakakku, pernah merasakan namanya sekolah asrama. Kakak sulungku alumni SMA Tinggimoncong, salah satu sekolah di Sulawesi Selatan yang mewajibkan siswanya masuk asrama selama mengenyam pendidikan. Kakak keduaku juga begitu, selepas SMA dan melanjutkan studynya ke IPDN, ia juga harus masuk asrama. Dari cerita mereka berdua, aku hanya bisa mendengar pahit manis sekolah asrama, walaupun sejak dulu aku mengidamkan untuk ikut merasakan, tapi Bapak dan Ibu tidak pernah mengijinkan. “Ngelap iler saja tidak bisa, mana bisa urus diri sendiri’ begitu ucapan Ibu saat aku mengutarakan niat masuk pesantren waktu lulus SD. Dan Bapak hanya diam, itu artinya beliau ikut apa kata Ibu. Tidak ngasih ijin.

Selepas SMA dan akhirnya menyandang status mahasiswa, aku sangat riang gempita, pokoknya aku harus sodorkan proposal untuk nge-kost. Awalnya Ibu melarang, Ibu lebih merekomendasikan untuk tinggal di rumah tante, untungnya kali ini Bapak lebih lunak. “Mana mungkin dia bisa urus diri sendiri kalo tidak mencoba” begitu kata beliau kala itu. Akhirnya….Waaaahhhhhhhhh selamat datang dunia MERDEKAAAAAAAAA.
###
Namanya Nurjannah, cahaya surga…dan semoga ia selalu secantik dan seindah namanya. Sahabatku sejak kami masih berseragam putih abu. Bungsu yang sangat sensitif, jago maen volley, dan suka pelajaran biologi,  tapi ngambil kuliah arsitek, tepatnya jurusan tata kota. 

Dulu kami (aku dan ketiga sahabatku: Janna, Nani, Nuni) bertekad untuk nge-kost bareng di Makassar. Kami berempat berniat kuliah di Universitas Hasanuddin, sayang Nani nda lulus SPMB dan akhirnya kuliah di universitas lain, rencana tinggal satu atap, gagal. Janna dan Nani masing-masing tinggal bareng kakaknya, nuni tinggal bareng kakak sepupunya, sementara aku???kedua kakakku tidak ada di Makassar waktu itu. Dengan berat hati, akhirnya aku diijinkan untuk nge-kost. Nuni sempat menawarkan untuk tinggal sekamar,  betiga dengan kakak sepupunya, tapi akhirnya aku memutuskan untuk nge-kost sendiri. Hari pertama tiba di rumah kosan, mereka mengantarku, bahkan Nuni sampai nangis bombay ketika pamit pulang. “Ty, kalau sakit atau ada keperluan penting nda usah ragu buat nelpon nagh”. Nuni memang tinggal di asrama kabupaten yang dibangun Pak Bupati di Makassar, asrama yang dikhususkan untuk mahasiswa dan mahasiswi dari daerahku, jadi sangat gampang untuk minta tolong sesuatu dengan anak-anak asrama yang notabene berasal dari daerah yang sama. Janna cuma senyum ngasih semangat, Nani memelukku lama. Pokoknya, hari pertama itu pada lebayyy…seolah-olah aku berangkat merantau di negeri entah berantah…ckckckck

Tanpa menghitung bulan, Ramadhan tiba, tepat di semester awalku. Datangnya tiba-tiba sekali, padahal aku belum beradaptasi dengan statusku sebagai mahasiswa.  Duniaku tiba-tiba berubah, aku harus nge-kost tinggal jauh dari orang tua dan melakukannya serba sendiri. Jadwal kuliah yang padat dan rangkaian prosesi mahasiswa baru yang bikin gondok (di UNHAS biasanya berlangsung selama semester pertama; pengumpulan, pengkaderan, LK, latihan inagurasi dll). Menjadi mahasiswa semester awal yang dibebani kegiatan laboratorium seabrek dengan laporan bertumpuk, dan entah kenapa di UNHAS masih mengandalkan mesin tik, untuk laporan semester awal. Sangatttttttttttt menyiksa, bahkan ada asisten laboratorium yang tidak menginginkan ada tanda tipe-x di lembar laporan. Andaikan ngetiknya pake komputer atau laptop, pasti lebih nyaman. Syukur kalo laporannya langsung jilid, kalau pantul??? (istilah untuk laporan yang gagal jilid), gimana????Wualaaahhhh. sampe di kosan, nda ada Ibu, nda ada bapak, nda ada kakak. Setidaknya kalau ada, bisa minta tolong buat diketikin, mulai saat itu aku berpikir lagi, masa nge-kost adalah masa seperti wajib militer, penjajahan…sama sekali tidak ada kata merdekanya. Apalagi Ramadhan, sahurnya susah minta ampun...SAHURRRRRRRRRRr
Aku berangkat kuliah jam delapan dan pulang menjelang magrib, terkadang aku harus buka puasa di kampus ketika nunggu asisten dosen buat periksa laporan. Sampai di kosan, siap2 tarwih bersama. Selesai tarwih, langsung masuk kamar dan berhadapan dengan laptop Soekarno (baca:mesin tik). Untuk selembar laporan via mesin tik, biasanya selesai dalam setengah jam,karena rata-rata pake spasi 1 (wajib nih:-( ) bukan 1,5 atau 2 (wajib). Terkadang ngetiknya sampai sahur tiba. Sahurku  di Ramadhan waktu itu bisa dihitung jari, karena aku biasanya akan ketiduran di jam-jam 2 atau 3 dinihari. Mengetahui hal itu, Janna marah habis-habisan. “Bukan berarti karena ngetik laporan, sampai lupa sahur. Bagaimana isi energinya??bagaimana bisa ngampus seharian??puasanya pasti loyo, nanti jatuh sakit” bla..bla..bla… ISSSHHHH sudah macam Ibu saja dia kalau ngomong. 

aku masih ingat kebiasaan unik yang Janna lakukan padaku. Tengah malam, dia akan telpon, trus nyuruh pasang head-set sebelum tidur, biar pas sahur bisa langsung bangun. Pertama kali, cara itu tidak berhasil, tapi call berikutnya akhirnya berhasil. Aku sampai menitikkan air mata, ketika harus bangun dan sahur sendiri, heheh. lebayyyyyyyyyyyyy. makasih ya kk Janna^___^. Aku nda pernah lupa saat2 itu
Kejadiannya telah berlalu sejak aku menyandang predikat mahasiswa baru, sekarang saat aku tanya, pasti Janna suadh lupa, tapi aku tak akan pernah lupa. Dan untuk adik-adik di belahan Indonesia bagian manapun, di belahan kampus  mana saja. Untuk mahasiswa yang susah bangun sahur walaupun dengan teriakan keras…jangan putus asa. Sahur adalah berkah, so kalian bisa ngumpulin massa buat miscall tiap jam sahur datang, atau nyetor no hp ke saya…niscaya aku nda bakal bangunin…^__^

"Sesungguhnya makan sahur adalah barokah yang Allah berikan pada kalian maka janganlah kalian tinggalkan."(HR An Nasaa`i dan Ahmad).


Nurjannah

NB:catatan dodol pasca tarwih^^