Sabtu, 16 Juli 2011

Hidupnya

Tak urung semuanya terlihat pedih
Tersebab karena suatu hal
Semua tersebab kepergiannya
Kepergian dari yang dipanggil Ibu
Seseorang yang hanya pada dia, ia berbagi
Matanya menanak duka
Hati menjerit perih
Garis wajahnya terlihat mendulang perih
Tak ada pelangi di wajahnya
Suram seperti kelamnya langit saat mendung tiba

Hidupnya terjejaki luka
Semuanya duka...
Tak ada siaran ulang akan suka yang terlewati dalam hidupnya
Tak ada setitik yang tertinggal
Biarpun untuk sekedar berkelakar

Sejak kepergiannya
Gulana jadi penghias hidupnya
Tak tergoyahkan semua luka
Mengalir...

Hidup...
Dalamnya tak ada siaran tunda
Dalamnya tak ada siaran ulang
Yang ada siaran langsung
Dan tetap menyongsong hingga akhirnya
Hingga layar hidup tertutup
Dan tertulis nama di batu nisan
Sebagai simbol the endnya hidup

Dan hidupnya...
Seperti berkalung abu-abu
Tak ada riang
Semua tersebab kepergiannya
Kepergian dari yang dipanggil Ibu
Seseorang yang hanya pada dia, ia berbagi

Dan hidupnya....
Seperti tak berpengharap
Betapa senyawaseorang ibu berpengaruh pada batang tubuhnya
Dan hidupnya....
Akankah bisa gembira??

Sujudku Pada-Mu

Sujudku padaMu wahai yang smoga bisa kupanggil kekasih
Sujudku padaMu Sang Raja Jagad Raya
Sujudku padaMu Sang pemberi anugerah dan karunia tiada terucap
Sujudku padaMu yang meminjamiku segalanya

Hina diriku wahai Tuhanku..
Sungguh penuh celah dan dosa
Dan begitu tidak tahu dirinya aku Tuhanku
memintaMu untuk menjadikanku salah satu penghuni syurgaMu
Tapi tindak dan lisanku tak terjaga

Saat sedih, aku mohon perlindunganMu
Saat musibah, aku mengadu padaMu
Saat lara menimpa, aku meraung deras padaMu
Saat kesulitan mendatangi, aku mengingatMu

Dan...
Saat riang menghampiriku, aku lupa akanMu
Saat suka melingkupiku, aku tak bertrimakasih atas nikmatMu
Saat harapku terkabul, aku malah melayang dengan segalanya tanpa bercermin...
bahwa segalanya atas KuasaMu
Saat kucicipi kesenangan duniaku, dengan pongahnya aku berkata...
‘itu karena usahaku’
Padahal Engkau yang tlah mengaturnya untukku

Sujudku padaMu, Tuhanku...
Kumohon ingatkan aku akan diary suramku selama ini
Ingatkan aku selalu
Tancapkan segala yang sesuai qalam dalam tubuhku
Tanamkan dalam hati ini bahwa Engkau Tuhanku
Sujudku padaMu
Suka dan dukaku padaMu
Tuhanku...

(Phuji Astuti)

Cincin

Kulingkarkan cincin di hatimu
Agar tak kemana engkau membawa hatimu
Terkait erat di rongga dadamu
Meski jemarimu menolak cincin…
Tapi hatiku memilih dirimu
Kutunggu ukiran takdir dariNya
Membawa skenarioku padamu, skenariomu padaku..
Wahai yang tercinta..
Menunggu lambaian lembayung senja
Mengetik namamu
Membuka tingkap malam
Bahwa benar adanya hatiku teruntukmu

Manusia-manusia Terselip

Carilah hati yang lebih berkonsep
Temukan dalam kisi fragmen manusia
Tak berturut pada skenario
Tetaplah ada kilas mereka
Mereka dengan wajah tak berdosa
Prihatin....

Jangan pernah mengemban harkat
Jika tak mengerti sekitar
Akan selalu abadi koridor tekad
Untuk mengukir ilustrasi
Mengendap-endap lewat pikir

Perhatikan lorong-lorong gelap yang kerap terlewati
Atau undakan keramaian yang penat
Ada manusia-manusia terselip disana
Di bawah kediktatoran zaman
Mengais rejeki dari yang punya lebih

Mereka terselip disana
Diantara genangan karya hujan lebat
Diantara sampah buah tangan kita
Ada wanita disana
Meminta dengan tangan di bawah
Bakul bergelayut mesra di pundak
Terisi satu-satu yang bisa menjelma uang

Manusia terselip,
Berharap, mata angin berubah arah
Tak statis,tapi setidaknya berpihak untuknnya
Ada anak-anak terselip disana
Bersama gemerincing logam dalam kaleng susu

Ada pula si renta terselip disana
Diantara rapuhnya diri menuntun bait langkahnya
Sudah saatnya mereka tak terperangkap disana
Patahkan gerbang yang menyelipkan mereka
Kemudian,
Kuharap tak ada lagi
Manusia-manusia terselip disana

(Phuji Astuti)

Percakapan Kita...

UNTUKMU ADIK….
ADIK…
Ingatkah kamu, saat kita menapaki usia bersama?
Dulu…
Saat, aku dan kamu bermain dibelai angin, diterpa sinar mentari
Beriak air dan nikmatnya nuansa senja
Bersama kita mewarnai dunia
Bersama kita memahami logika
Waktu berlalu tanpa meminta jadwal hidup kita
Dan berpisah tak menyapa tak tau kabar jadi takdir kita
Kupertanyakan ujung dari kisah hidupmu
Agar bisa kubelok perahu ikut bersamamu
Engkau datang menutup pintu perpisahan
Kau datang dengan dirimu yang mungkin berbeda dulu
Membuat aku berada di lorong cekat penuh Tanya
Untuk siapakah gerangan engkau dating adik?
Adik, sperti apakah kilas yang kau ingini?
Kemana arahmu adik…
Haruskah kita berpisah lagi?
Jujur, aku tak mau…


UNTUK KAKAK…..
Dan waktu ternyata bisa jadi penjawab ulung
Dan waktu ternyata mempertemukan kita lagi
Dan waktu akan terus meminta rotasi hidupmu dan hidupku
Dan waktu akan terus menempa kita jadi sperti apa?
Dan waktu seperti lorong gelap…
Tak ada yang tau apa rahasia yang tersimpan di balik waktu
Atau apa lorong gelap ini buntu?
Atau ujungnya adalah terang?
Itulah waktu
Sebuah teka teki
Tapi waktu adalah penjawab yang ulung
Lalu aku berkenalan dengan detakan waktu
Dan mulailah aku merangkai aku dalam detak waktu
Kemudian kubangun tiap alur jalanku dalam detak waktu
Jika kau bertanya, kemana arahku?
Maka kujawab, ketempat yang terang
Hanya saja tempat terang begitu banyak di muka bumi ini
Sehingga
Hanya waktu ternyata bisa jadi penjawab ulung…

Angka 1

sebuah dimensi..,
Menyuguhkan waktu,..
Mengukir jejak,
jual beli kehidupan

Sesungging senyuman
Menghibur lara...
Menepis luka...
Ambang batas kehauan
sesosok lelaki
Pelindung diri...
Pembimbing khilaf
Sang guru heroik
seorang wanita
selembut kapas...
sesejuk embun
datang perginya tinggalkan indah
Kemudian...

apalah artinya sebuah, sesungging, sesosok, seorang?
tak ada makna kepuasan disana
hanya ada 1, tak lebih..
demi pelataran malam dan pagi...
semuanya tak sia-sia kini, sebab tak ada 2 saat 1 melebur
tak akan ada kisah, jika kita tak beranjak...