Ini tentang kita yang bertemu….
Ini tentang kita yang saling menunggu
Ini tentang kita yang mungkin saja tlah menjadi teman, sampai batas
detik ini…
Bismillahirahmanirrahim….
Kepada yang terhormat
pernikahan, aku belum bertemu denganmu tapi dengan tidak sopan aku membahas
tentangmu di halamanku ini. Apa kabarmu hariku??di bumi belahan mana kamu
mendatangiku??Biar riak indah itu Rabb yang mengetahuinya…dan anggap saja ini
lembaran ketika aku ingin berkenalan denganmu #jabat tangan
Menikah adalah menyempurnakan separuh agama., begitu Rasulullah
mendeklarasikannya (ihh jadi merinding!!!) RAsulullah menikahi istrinya-istrinya
kebanyakan pada bulan Syawal. Nah itu berarti bulan yang sama dengan sekarang??
(Pantesan banyak yang nikah bulan ini#mikir^^). So mumpung bulan Syawal, aku
posting tentang pernikahan juga akh…..
Jika seorang hamba menikah, maka telah menjadi sempurnalah setengah
agamanya. Maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah pada setengah yang lainnya. (HR
Al hakim dan Ath Thabrani)
Budaya pernikahan pada tiap-tiap daerah selalu menjadi bahan yang
menarik untuk diperbincangkan. Aku pernah terlibat percakapan yang unik ini
bahkan dengan kaum Adam yang notabene berbeda gender denganku sekalipun. Aku
besar di daerah Sulawesi Selatan, daerah yang membagi wilayahnya dalam 4 suku.
Suku Toraja, Bugis, Mandar dan Makassar. Dan tradisi pernikahan merupakan hal
yang kompleks. Bukan hanya satu upaya menyatukan dua insane manusia, tapi juga
menyatukan dua keluarga besar, menyatukan adat dan nilai budaya.
Seorang kawan pernah terlibat percakapan unik denganku. Kawanku ini
melanjutkan studinya ke tanah Jawa, dia kuliah di Yogyakarta. Balik ke Makassar,
ia (laki-laki) bercerita panjang kali lebar tentang teman-teman kuliahnya yang
cantik-cantik. Katanya favoritnya adalah wanita Sunda dan Aceh.
“Cantik Ty, banget malah”ucapnya kala itu, aku hanya senyum
mangut-mangut.
“Kalau menikah dengan gadis
satu daerah (Sulawesi Selatan) mungkin aku harus nunggu lama, soalnya gadis disini
mahal-mahal”lanjutnya dan kubalas dengan mata melotot ^_^
Saban hari, aku pernah ditelpon seorang abang yang calon istrinya
adalah orang Makassar. Dia curcol tentang mahar orang Sulawesi Selatan yang
kabarnya setinggi langit. Dan lagi, seorang temanku juga (masih laki-laki)
pernah berkata, entah itu Cuma berkelakar atau ucapannya serius. Katanya seperti
ini. “Kenapa gadis Makassar mahal-mahal?? Padahal mereka tidak secantik gadis
Bandung”
DING!!!!!AStagfirullah….#NGASAHGOLOK
Dan masih banyak lagi kawan yang tidak berasal dari satu daerah
mempertanyakan tradisi pernikahan ala Sulawesi Selatan, yang ribetlah,
berbelit-belit de el el. Hmmm…walaupun aku bukan pakar adat istiadat dan
budaya, dan lagi…di rumah kediamanku baru satu kali kami mengadakan pesta
pernikahan, yaaaa…untuk kak Ayu, kakak sulungku. Tapi walaupun sedikit, aku
akan bagi^^
Di Sulawesi Selatan sendiri, adat pernikahan untuk berbeda-beda untuk
suku bugis, Makassar, mandar dan toraja. Yang jadi momok dan perbincangan hangat hingga sekarang
adalah uang panai’. Uang panai’ dalam
tradisi Bugis Makassar merupakan sejumlah uang yang diberikan oleh calon
mempelai pria kepada calon mempelai wanita sebagai sebuah penghargaan. Memang uang panai’ bukan bagian dari mahar,
jadi disamping calon mempelai pria memberikan mahar, dia pun harus memberikan uang panai’. Yang menjadi kesalahpahaman
selama ini adalah, orang lain di luar Makassar, kadang berpikir uang panai’ itu berbeda lagi dengan
biaya pernikahan. Padahal jika ditelaah baik-baik, sebenarnya sama saja. Jika di
pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatra sana ada yang namanya biaya pernikahan, maka
di Makassar uang panai’ lah yang
berfungsi sebagai biaya pernikahan. Uang tersebut akan digunakan oleh keluarga
calon mempelai wanita untuk membiayai acara pernikahan. Sewa gedung, makanan
dll.
Kemudian, kenapa gadis Makassar mahal-mahal??? Hihih itu sih imbas
dari gaung uang panai’ saja. yaa…meski
kuakui dibeberapa tempat ada yang mematok uang panai’ berkisar berapa untuk
melamar anak gadisnya. Bahkan bagi pemuda Sulawesi selatan yang berasal dari suku
bugis Makassar, hal yang demikian adalah lumrah, memenuhi jumlah uang panai’
dipandang sebagai budaya siri’, jadi perempuan yang dicintainya adalah motivasi
untuk memenuhi uang panai, sebagai simbol akan ketulusan untuk meminang gadis. Dan
tradisi ini, pernah diteliti seorang seniorku, kesimpulannya mengarah pada
angka perceraian suku bugis Makassar yang tidak membludak dikarenakan tradisi
ini. Mungkin para kaum Adam berpikir untuk bercerai dan menilai bercerai adalah
urutan terakhir atau kalau bisa ditiadakan dalam urusan permasalahan rumah
tangga, karena urusan menikah tidak semudah membalikkan telapak tangan, dan
lagi itu berarti mereka harus mengumpulkan uang panai’ lagi untuk menikah^__^
Lalu,…ribet??berbelit-belit??. Bukankah kita bernaung dalam semboyan bhinneka tunggal ika. Berbeda itu adalah
sebuah kewajaran. Menurutku pribadi, tradisi pernikahan yang berbeda-beda
adalah keindahan dari keanekaragaman budaya Indonesia. Jujur, aku senang
menghadiri pernikahan dan menyaksikan urutan tradisinya. Menurutku….itu adalah
sesuatu yang amazing. Toh tidak tiap
hari dilakukan, hanya sekali pada saat kita menikah. Jadi komentar ribet dan
berbelit-belit harusnya ditiadakan dong^_^
Eh iya, kakak iparku adalah orang asli Sunda. Jadi kupikir, pernikahan itu bukan memandang kesamaan suku. Sebab jika Allah berkehendak, apapun bisa terjadi. Temanku boleh berencana menikah dengan orang
Aceh sekalipun, tapi jikalau Allah berkehendak lain??^^
Yakinlah, meski cinta datang begitu pagi
Jangan takut menyambutnya
Jika cinta datang begitu senja
Seharusnya kita tak berburuk sangka kepada-Nya
Sebab yang terukir dalam diary Tuhan
Adalah berkah, ujian dan benar adanya
Aceh sekalipun, tapi jikalau Allah berkehendak lain??^^
Yakinlah, meski cinta datang begitu pagi
Jangan takut menyambutnya
Jika cinta datang begitu senja
Seharusnya kita tak berburuk sangka kepada-Nya
Sebab yang terukir dalam diary Tuhan
Adalah berkah, ujian dan benar adanya
Cari banyak2 modal dulu dong.. Ya,ya,ya..
BalasHapusUang panai', salah satu bagian terakhir, sebelum wanita itu kita(baca: kaum adam) jemput. Jadi, tidak masalah menurutku. Karena seperti yang telah km tulis Ty, di dalam situ jg termasuk biaya acara pernikahan.
hehehe salh stu pndpt dri kaum adam nih ya bang..
Hapusbetul skali kak uty, selama ini orang-orang diluar sana memandang bahwa uang panai' itu adalah salah satu mahar yg harus di penuhi, salah besar, uang panai' memang betul hanya sejumlah uang yang diberikan calon suami yang nantinya akan digunakan untuk membiayai biaya pernikahan sang calon istri. yah,klo keduanya berasal dari orang mampu, itu bonus namanya. hhe.. namanya juga adat.. dan tidak semua keluarga juga menginginkan putri nya dibeli dengan uang panai; yang stinggi langit (bukan berarti sang gadis tidak pantas dipinang dengan harga setinggi langit. *eh bingung yah?! Sy juga bingung bilangnya) intinya, jika kedua belah pihak keluarga saling mengerti adat buadaya, dan agama, permasalahan uang panai' tidak akan menjadi permasalahan kok. haha...sante saja kaum adam ! itung-itung kan motivasi buat para pria untuk mengumpulnya harta sebanyak2nya..hhehee... :p
BalasHapusdan percaya deh. d luar sana pasti mkin beraagam tradisi prnikahan..emm lama nda ktemi waaa .....
Hapussuka sama kata2 terakhirnya.
BalasHapusOh aku malah baru taw klo mahal2 yah. eh.. hehehe
jujur sih saya kurang begtu tw ttg tradisi yg terjadi di negara sndri hehe kuper tradisi. Saya orangnya simpel pikirannya simpel.
Tapi emang bener kata2 anti berbeda2 satu jiwa. beda itu wajar hehe.. Ya walaupun sekali seumur hidup mudahan sih. aamiin. Tapi tergantung wanitanya itu sendiri juga yah kataku. Puji sendiri gimna nih? ehhehe
bagaimanapun dlm brtindk hendaklah kita berpatokan pd al quran dan hadis. Tapi,jgn sampe pula brselisoh pahm dgn orng tua atau yg di tuakan krna permasalh adat dan budaya. Intinya komunikasikan dlu..misyawarhkan dgn klurgA. Menikah kn bener2 moment yang saklar mbak nur. Klo mbak gmn¡¿hihih
Hapushihi jadi tanya jawab :D
Hapusya klo aku asli sulawesi selatan lalu aku tatp memegang tradisi tapi nanti aku ga nikah2 gimana dunk? hehe :D
Klo saya pribadi lihatnya sih bersumber kayak kamu ukh.. al-quran dan hadist. Mahalnya wanita kan wanita shalihah ya ga? hehe.. Karena untk masuk surgaNya saja hars benar2 ada jalan lurus hehe..
ya jgan mengikuti tradisi yang berlebihan. Tapi klo orang tua tdak bisa diajak kompromi yah gaswat hars nasehati pelan2 ehhee.. Allohumma aamiin
semoga segera bertemu dengan pernikahan ya
BalasHapusSemoga bisa cepat tercapai keinginannya...amiin
BalasHapussalam persahabatan yaaa...:)
BalasHapusAda orang Sunda dan Bandung disebut-sebut, jadi maluuuuu. Eh? Hehehe..
BalasHapusTradisi pernikahan di berbagai daerah memang beda, tapi ini jadi memperkaya khazanah budaya (diluar konteks hakikat menikah yang pada intinya mengucapkan ijab kabul, memberikan mahar dari sang pengantin pria ke pengantin wanita)
Meski mahal uang panai'-nya, itu mungkin memang sebagai bukti usaha sang laki-laki untuk menikahi anak gadis keluarga itu.
#ngomong apa ya ini? :D
Eh, btw ada award niii. Sudi kiranya diambil :)
http://oroktumbilajadipamingpin.blogspot.com/2012/09/award-borongan-edisi-liebster-award.html
quote di akhir itu mantap kak.... hahaha soal panai' memang bnyk yg slah sangka, haha
BalasHapusbila cinta telah hadir sebagai anugerah-Nya
BalasHapustak pandang lagi sukunya dari mana
yang penting seia sekata berjalan dalam ridha-Nya
ada PR buat Kakak uty .. di ambil ya ^_^
BalasHapus