Malam ini, aku
berbincang dengan seorang kawan tentang hal sepele dan akhirnya bergulum pada
keadaan Syawal. Yaa….bulan syawal datang, dan itu artinya kita masih diberikan
limpahan ladang amal dari Allah SWT. Selepas Ramadhan yang menawarkan berbagai
cita rasa ibadah dengan bobot yang tinggi. Lantas Allah SWT pun menganugerahkan
Syawal untuk tercicipi. Kamu membuka percakapan perihal puasa Syawal. Katamu,..mungkin
hatimu belum tergerak untuk mencicipinya. Kusadurkan kalimat tentang janji
Allah akan limpahan pahala ketika kita mengerjakannya, dan kamu mungkin
tersenyum simpul di ujung telpon sana. Sekali lagi, ini masalah niat dan
ketergerakan hati.Ya sudah…..
kemudian kamu berkata padaku....
“Aku
tidak begitu setuju dengan cara ustadz ketika berceramah dan mengajak ke hal
yang baik, tapi mengumumkan nominal dari pahalanya. Sekian kali lipat, atau
apalah..toh urusan agama adalah urusan individu kepada Tuhannya saja. Allah
melipatgandakan pahala sepuluh kali lipat ketika kau berpuasa di bulan
Syawal..bla bla bla. Buat apa semacam imbalan. Samalah halnya dengan pekerjaan,
cukup setulus ikhlas mengerjakan, tidak terlalu butuh sebuah nominal untuk
dikerjakan, yang penting ikhlas”
Setiap orang bebas
untuk perpendapat, setiap orang pun bebas untuk tak berpendapat. Maka dari itu,
prinsip kehidupan seseorang dengan orang lain terkadang mengalami perbedaan.
Manusia adalah unik, hidup bersama hati dan pikiran dengan alur yang berbeda, menghasilkan
aneka lintasan pikiran, larut dan terbuai dari buah pelampiasan dan penghayatan
yang akhirnya berkecambah menjadi sebuah tindakan dan patokan tersendiri untuk
hidup. Namun disisi lain, selain pendapat ada hal yang nyata dan mutlak berada
pada garis patokannya, itulah qalam Allah. Yang tertulis apik dalam Al Qur;an
dan Hadist yang telah mengarsipkannya dari dulu sampai sekarang, sepanjang
masa.
Kehidupan dunia dan
akhirat adalah hal yang berbeda namun
saling bertalian. Bisa dikatakan sebab dan musabab. Bagaimana kita menjalani
kehidupan di dunia maka tolak ukur kehidupan akhirat adalah bidik terakhir.
Berawal dari sesuatu
yang kecil dan akhirnya menjalar menjadi argument yang mengepul, membludak. Ini
seperti mendudukan sebuah perkara ke jenis positif dan harus untuk dilakukan,
mengesampingkan sebuah perkara dan menjadikan hal yang tidak begitu penting
untuk dilakukan atau membuang jauh sebuah perkara sekaligus menutup kemungkinan
untuk dikerjakan.
Sekali lagi, kehidupan
dunia dan akhirat adalah dimensi yang berbeda, yang tak mungkin dilaksanaan
dalam jangka waktu bersamaan. Hanya saja ini semacam linear yang saling
mempengaruhi suatu himpunan. Menurutku
pribadi, sebagai manusia kita tak seharusnya menyamakan ilmu dunia dan
katakanlah ilmu akhirat, sesuatu yang dilakukan untuk menciptakan bangunan
istana di kehidupan akhirat kelak. Misalnya, dalam bekerja…imbalan adalah hal
yang perlu tetapi jika mengarah pada kepuasan substansi hati, kadang kita
berdiri pada dudukan yang monomer duakan imbalan. Berbedalah dengan imbalan
atas amal ibadah yang kita perbuat. Jika Allah menjanjikan puasa syawal untuk
ditinggikan derajat, untuk menyempurnakan puasa Ramadhan, dan akhirnya
disamakan dengan melaksanakan puasa setahun penuh dengan catatan melaksanakan
ibadah puasa Ramadhan, maka itu adalah hal yang berbeda dengan imbalan yang ada
di kehidupan dunia. Kita dianjurkan untuk berlomba-lomba pada kebaikan, jadi
wajar saja ketika aku melaksanakan hal yang membawa kebaikan, dan tergerak
melakukannya karena pahala yang ditawarkan. Terlepas dari pikiran picik apakah
murni untuk mendapatkan imbalan dengan niat yang tulus ikhlas atau hanya
melakukannya karena hal yang demikian telah tertulis dengan jelas dalam surat
cinta Allah. Jika perkaranya demikian itu tergantung dari buku catatan amal
milik Allah SWT semata. Yang jelas, yang perlu hanyalah kesucian hati dan
kemauan untuk melakukannya. Jangan berpikir, itu sama halnya dengan kita
melakukannya karena ada imbalan dilipat gandakan pahalanya atau ditinggikan
derajat. Sekali lagi…imbalan dunia dan akhirat adalah sebuah konstanta yang
berbeda.
Aku
menyukai sebuah kutipan dalam sebuah buku tentang logika agama…
Memang
apa yang dijangkau hati, merupakan hakekat yang tidak dijangkau oleh bahasa. Ia
merupakan cahaya yang memancarkan dan menyejukkan hati. Ia tidak memiliki
bahasa. Ia bukan seperti akal yang memiliki bahasa dan lambing-lambang. Tetapi
karena desakan, biasanya ia dibahasakan dan ini yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman. Kembali, bahwa hati mempunyai logikanya yang sulit dipahami
oleh akal.
Bergantung pada respon
hatimu, itu adalah konsep untuk menyatukan pendapat. Bagaimana bisa tingkah
laku menyikapi ‘sesuatu’ itu. Dan setelahnya, bahwa memang benar ada…sesuatu
yang katakanlah hidup dalam logika agama, kedudukan dan batas-batas sebuah
akal. Yang akhirnya menyulap pendapat yang akhirnya mengakari sebuah prinsip,
dan tertanam dalam nurani tiap individu.
Jika bertolak pada
ukuran tindak tanduk yang baik dan buruk, ataukah perilaku yang memang dan
mutlak untuk dilakukan dan dihindari, maka kembali pada kondisi keimanan
seseorang dan pengetahuan akan apa yang tercantum dalam hal yang diyakininya.
Misalnya….bagaimana
Islam mengatur perihal berpakaian.
“Hai anak-anak Adam, sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepada kamu pakaian untuk menutupi aurat dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.yang demikian itu adalah
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah” (Al-A’raf;26)
Lalu
kemudian dicantumkan dalam surat cinta Allah, Al Ahzab ayat 59 tentang suruhan berjilbab,
bahwa sesungguhnya jilbab adalan ciri khas wanita Muslim. Kemudian ketika Islam
mendefenisikan batasan aurat dan bagaimanan sepantasnya berbusana yang baik,
menjulurkan kerudung hingga ke dada. Maka bermuncullah berbagai spekulasi,
bergantung pada hati dan pikiran individu menafsirkan. Akhir-akhir ini kita
biasa melihat wanita muslim yang mengenakan busana atas dasar trend atau mode.
Dalam keyakinan mereka, itu adalah hal yang sama yang dianjurkan oleh agama.
Menutup aurat. Tapi tunggu dulu, ada hadist yang mengatakan, bahwasanya
RAsulullah saw bersabda: “barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia adalah
(termasuk) dari kalangan mereka. Kembali lagi, mungkin menurut mereka itu sudah
sejalan dengan perintah Allah, tapi menurutku tidak. Tapi aku tak berhak untuk
menghakimi mereka dengan berkata,kalian berdosa, kalian akan dijerumuskan dalam
api neraka. Kodratku sebagai muslim adalah berbagi tentang hal yang kupahami
bukan menilai dosa tidaknya, karena yang pantas untuk menilai kesemuanya
kembali pada Allah SWT.
Ataukah…contoh
yang lain,..tentang kekeliruan ketika keluar rumah, bepergian jauh (safar) dan
campur baur (ikhtilath) dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Aku pernah
membaca buku yang didalamnya ditulis tentang wanita muslimah yang keluar untuk
bekerja, tatkala kaum muslimin membutuhkan pekerjaan di tengah-tengah komunitas
wanita. Ada poin yang mengatakan larangan
untuk tidak bekerja di suatu tempat
yang campur baur dengan laki-laki, seperti bekerja sebagai perawat. Aku
sendiri mengambil jurusan ilmu keperawatan. Jujur ketika membaca bagian itu,
aku langsung menggaris bawahi dan melipat halamannya. Bukan karena aku sepakat
dengan apa yang tertulis disana, justru sebaliknya. Dan kembali lagi, itu
adalah pemahamanku. Apakah tindakanku menjadi mahasiswa keperawatan adalah dosa
atau bukan, itu Allah yang menentukan.
Misalnya
lagi,. Aku pernah mengikuti Talk Show
Mas Solikhin Abu Izzudin, penulis buku best seller Zero to Hero, The Way to win. Beliau pernah berkelakar, bahwa ia
tidak terlalu sepaham dengan Mas Salim A. Fillah tentang nikah muda, makanya
saya tidak menikah muda.
Islam
pun mengajarkan tentang kelas-kelas cinta. Bagaimana seseorang
menanggapinya,tak ada yang berhak menodong salah satu dengan mengatakan
tindakannya lah yang paling benar. Pernikahan merupakan bagian dari perjalanan
rohani manusia. Kaum Adam ada yang berpendapat untuk mematangkan sandang,
pangan dan papan baru kemudian menikah, dengan alasan tujuannya membahagian
wanita yang akan dipilihnya kelak. Ada pula yang lebih berani memilih bahwa
pernikahan adalah sebuah ladang rizki, maka Allah tlah mengatur rizki tiap
orang. Semuanya bebas berpendapat. Tapi kalo boleh berpendapat, sebagai kaum
hawa, terlalu picik pemikiran seorang Adam jika ingin melengkapi sandang,
pangan dan papan barulah kemudian menikah. Tahukah kalian hai kaum Adam…ada
masa-masa indah, yang membuat seorang wanita mendulang rasa cinta dan hormatnya
kepada kalian, adalah ketika melihat kalian berjuang mencari nafkah, bukan
ketika semuanya telah tersedia. Maka aku masuk pada bagian, tidak usah
melengkapi sampai ke papan, jika hati mantap untuk meminang, maka halalkanlah
yang telah membuat hatimu berkedut gila. #eaaaaa^_^. Maka apakah menikah muda
adalah sebuah dosa? Menunda pernikahan sebelum mendapatkan pekerjaan??Dosa??
Allah SWT Maha Mengetahui.
Ada
banyak contoh hal-hal yang tidak bisa dikategorikan untuk kita tahu dosa atau
tidaknya, tapi untuk sebuah qalam Allah yang meriwayatkan nilai nominal
didalamnya. Jangan takut, akan dinilai serakah….yang pastinya niat untuk
mendapatkan pahala dan rahmat Allah adalah dari hati. Ini bukan masalah imbalan
dalam dunia, tapi masalah imbalan dan tiket kita ke akhirat. So..Nyok puasa
Syawal…ayo perbanyak amalan di dunia sebelum masa berdirimu expired. Hai kawan, mau nonton saja, icip-icip pahala atau ikutan mendulang pahala...mumpung kita masih dibekali oksigen^_^
gmbr nyulik disini |
Kesempurnaan bukan ada
padaku, tapi semata ada pada Sang Pencipta…
Tulisan ini adalah
obrolan malam dengan seorang kawan..
Yang tetap akan
kuanggap kawan meski berbeda prinsip dan pendapat…
Bukankah perbedaan itu
indah, membawa warna…
Ini sebuah celoteh
ketika hatiku menyakini yang kucerna
Ketika logikaku
mendudukkan batasan akal untuk meliukkan tulisan…
Kembali lagi…aku hanya
manusia biasa…
Dan sebuah pendapat
bisa saja berubah seiring akal menemukan poin poin nalarnya dan adaptasi nurani^^
judulnya menarik icip2 hihihi...
BalasHapuspembasahannya ngena hatiku hehe, hatimu sedang mengungkapkan sampai puanjang hehee...
Memang terkdang spti aneh yah menjulang pahala dgn sekian lipat. Saya juga berpikir spti hingga detik ini tak terbesit dalam benak saya bepra pahala.
yg pastinya saya brsaha menetapi kebenaran dan bersaha menetapi kesabaran ukh. Atas perintahNya asal tdak meleset dari jalur Al-qur'an dan sunnah.
pada hakikatnya jika menjulang icip2 pahalnya brsaha menghitung sekian jga cape yah, pasti ga ada habisnya.
Hari Hisab tentunya ada, dan saya paham ukhti Puji ttg spti ini, banyak juga yag sama spti ini hehe..
oia ttg al-araf yg mengatur pakaian hehe...
Iya namun ada penguatan itu sndiri pada Q.s ANnur jadi memng hars dikaitan antara ayat surat lain juga Ukht,
iyalah masa kita ngatain berdosa, di dalam al-qur'an juga tidak ada tulisannya sedemikian kan tak boleh bgtu karna setiap orang itu brsaha maju kan?
yah menuju kebaikan mngkin dia akan berbah lebih baik / bhkan lebih baik dari kita Lho..
keep smile ^_^ aku baca sampai habis postingany ukh hehe..
siang
bener banget mbak Nur...semuanya saling terkait, tentang bagaimana Islam mengatur tatacara busana...ada banyak kemuliaan yang dikhususkan untuk wanita dalam berbagai ayat dan hadistnya...
Hapusini hanya sebatas tulisan...menilai tentang sudut pandangan yang beda... keep istiqomah^^
Yaa....perbedaan adalah rahmat. Selama masih Islam, shalat, puasa, zakat, dll, sah2 aja berbeda pendapat, Asal jangan berbeda pendapat mengenai aqidah, bisa berabe, hehehe
BalasHapusMau beribadah karena pahala atau bukan karena pahala (tapi karena berharap cinta-NYA), sah2 saja ya Uty, yang penting masih dalam koridor Islam ...
BalasHapusperbedaan itu wajar asal tidak saling berselisih ya
BalasHapusBahasa hati memang tidak bisa digambarkan dengan kata2 ya mbak hehehe...
BalasHapuskalo kata Ippho Right mah gpp kalo pamrihnya ke Allah SWT bukan ke manusia :), manusia itu banyak tingkatannya, ada yang baru sampai ke 'level' hitung-hitungan, ada yang sudah lebih tinggi lagi tingkatan imannya sehingga ia beribadah bukan berdasarkan pahala tapi karena rasa takut kepada Allah dan ada juga yang lebih tinggi lagi levelnya daripada itu, tapi yang pasti semua adalah proses :)
BalasHapusgood job sist...
BalasHapustulisaannya oke banget..
aduuuh beneran deh setelah baca artikel ini hati ku jadi tersentuh banget, terimakasih banyak yah ats inifo yang snagat bagus ini... semoga bermanfaat bagi yang lain juga,, amiin
BalasHapussalam sukses gan, bagi2 motivasi .,
BalasHapusnikmatilah hidupmu agar kamu tidak merasa bosan dalam setiap keadaan.,.
ditunggu kunjungan baliknya gan .,.