Minggu, 13 November 2016

Hidup berpindah….mencoba menemukan kepingan puzzel


Sudah berlalu 3 pekan ketika saya menulis dengan berapi-api bahwa saya memilih jurusan ilmu kesabaran di universitas kehidupan ini. Lalu di sodorkan pertanyaan apakah akan merubahnya. Dan sampai detik ini saya masih ingin dan tertarik mendalami jauh dan merubah sikap untuk sabar. 3 pekan bergelut dengan matrikulasi membuat saya sedikit terbantu mendalaminya. Ketika saya sudah bisa mengontrol lebih jauh sikap sabar saya. Maka saya merasa lebih enjoy beriringan dengan ilmu lainnya. Selama ini ketika saya mendalami sesuatu karena tidak sabar bisa jadi kacau, atau karena tidak sabar bisa menjadi tidak konsisten. Alhamdulillah dengan lembar check list bisa sedikit terbantu. Jalan pemikiran saya lebih terkontrol karena dapat melihat langsung hasil. Dengan begitu saya terpacu untuk lebih konsisten dan pada akhirnya akan lebih meningkatkan kemampuan, tentunya dengan lecutan check list yang belum selesai agar dapat terselesaikan dan dilabeli keistiqomahan.

Berbicara tentang lembar check list yang telah saya ramu di NHW 2. Alhamdulillah saya mulai mengisinya, kategori sebagai makhluk individu, sebagai istri dan sebagai seorang Ibu akumulasi keseluruhan berada di range 40-60%, akan tetapi tetap saya revisi hingga lebih measurable. Dan jawaban sementara untuk projeck kehidupan saya ini adalah. Terus terang hingga 2 pekan berlalu saya menulisnya, pada detik ini bentukannya masih dalam bentuk lembaran kertas, belum saya print. Dan pekan yang lalu, ketika selesai menyetor NHW saya berpikir untuk memindahkannya di lembar yang lebih besar dan menempelnya di kamar kami. Dengan tujuan agar saya dan suami bisa melihat. Terkhusus buat saya bisa menjadi reminder ketika kertas A4 yang beirisi lembar-lembar ceklist terlupakan di beberapa tempelan yang lebarnya sama. Maka kertas yang lebih besar semoga bisa menjadi jawabannya. Saya berencana pekan ini membuatnya dengan kertas karton besar, menempelnya. Dengan begitu kesabaran sayapun bisa terlatih karena indikatornya bisa terlihat jelas, bahkan ketika saya sementara mengeloni anak, Insya Allah akan jadi cambuk untuk terus memantaskan diri. Dan ketika sudah lebih konsisten, saya akan mengcopi paste ke lembaran yang lebih kecil. Terkhusus lagi tempelan kertas karton warna warni yang lebih besar bisa langsung di lihat Pak su. Jadinya saya bisa dapat suntikan semangat.
  
Sementara mengisi dan membenahi lembar karton NHW2. Mari beranjak ke NHW3 yang mengharu biru. Terus terang ketika membaca review pekan lalu saya menitikkan air mata. Sang Penguasa benar-benar selalu punya cara indah untuk menegur hambanya. Dengan begitu saya dan suami mencoba merumuskan misi spesifik saya.
Misi hidup:
  1. Membangun keluarga dengan Al Qur’an sebagai pedoman, Rasulullah SAW sebagai suri tauladan
  2. Memiliki anak-anak yang mencintai agama dan hafal Al Qur’an
  3.  Menjadi salah satu tenaga pengajar bidang keperawatan
  4. Menjadi salah satu tenaga pengajar untuk anak-anak mengaji di kompleks perumahan
  5. Membentuk kelas sabtu pagi (hari libur) dengan konsep belajar sambil bermain untuk anak-anak di kompleks perumahan.
Peran: Individu, istri dan ibu dalam keluarga yang berlandaskan Islam, tenaga pengajar yang bisa dengan sabar mentrasfer ilmu yang dimilikinya kepada mahasiswa, anak-anak langgar dan anak-anak balita yang fitrahnya adalah bermain dan tentunya diperlukan kesabaran dalam menghandle semuanya
  1. Untuk misi pertama, saya berusaha menambah ilmu dari hasil belajar di liqo ataupun tarbiyah ketika masih single, dan memadukannya dengan suami ketika sudah berstatus menikah. Menambah lewat referensi dan mengikuti seminar, pengajian dll.
  2. Keinginan memiliki anak-anak yang hafal Al Qur’an ada sejak saya belum menikah. Hingga saat ini saya berusaha menghadirkan murottal di sudut rumah kami, baik itu dari saya sendiri, murottal dari suami sendiri ataupun dari media edukasi lainnya.
  3. Karena disiplin ilmu saya adalah kesehatan, dan saya pernah menjalani sebagai tenaga pengajar di sebuah akademi keperawatan. Maka saya ingin kembali berkecimpung di dunia tersebut. Tenaga perawat adalah kaum mayoritas di dalam instansi Rumah Sakit, akan tetapi sering menjadi barang ‘keterbelakangan’. Melalui penguatan ilmu dibidangnya, saya harap tenaga perawat bisa bermitra dengan dokter dan tidak dianggap sebelah mata
  4. Insya Allah tahun depan, ketika hunian pribadi kami yang sekarang dalam tahap pengerjaan telah selesai. Saya ingin mengajar ngaji untuk anak-anak kompleks. Yang menurut survey saya dan suami bahwa ibu-ibu di sana butuh orang yang mau mengajarkan mengaji di kompleksnya. Mengingat fasilitas umum di kompleks tersebut kabarnya akan dibuat langgar. Saya dan suami ingin sekali mengajarkan anak-anak mengaji meskipun dengan ilmu yang tak seberapa, Insya Allah dengan belajar bisa lebih teratasi.
  5. Sebelum pindah ke banjarbaru, saya dan kawan-kawan saya di Makassar punya sekolah ahad. Namanya kelas carakde, kelas yang kami program per catur wulan di tempat yang berbeda-beda. Sasarannya adalah anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu, daerah pesisir dan marginal. Kelas carakde terstruktur tiap berpindah tempat akan mengalami perubahan dari kepala sekolah, guru penanggung jawab kelas hingga kurikulum, namun dikemas dalam metode yang lebih fun. Saya sangat ingin punya kelas yang sama di kompleks perumahan kami, mengingat survey disana lumayan banyak anak-anak. Saya berencana membuka kelas di rumah kami pada hari sabtu pagi, cukup 2 jam saja tiap pekannya. Konsepnya adalah belajar dan bermain.
Poin 3 dan 5 merupakan rutinitas saya selama di Makassar, dan saya sangat menikmatinya. Pindah ke Banjarabaru, hingga detik ini saya belum menemukan lokasi yang tepat sampai akhirnya saya memutuskan untuk membuatnya di kompleks perumahan kami nantinya.
        Dan untuk bisa menjadi ahli dan mewujudkan bidang pengajaran tersebut, maka saya menetapkan saya telah sampai pada tahap apa.
  1. Membangun keluarga dengan Al Qur’an sebagai pedoman, Rasulullah SAW sebagai suri tauladan di zaman modern seperti ini jelas memiliki tantangan tersendiri. Saya dan suami tetap berusaha memperbaiki diri, saling melengkapi, menegur, mengingatkan dan memantaskan diri untuk menjadi yang lebih baik. Mengajarkan ilmu-ilmu tauhid dan kecintaan pada agama dan Rasul kepada anak kami lewat tingkah laku, edukasi dan membacakan cerita
  2. Tahap  mencetak generasi hafidz hafidzah dan menjadikan pedoman dalam hidupnya. Selain membiasakan mendengar murottal, Saya tengah mempelajari metode Kaisa  lewat DVD, terhitung terlambat, tapi semoga bisa mewujudkan impian saya memiliki anak yang hafids Al Qur’an.
  3. Terkait dengan bidang pengajaran keperawatan, semenjak pindah ke banjarbaru saya tetap meng upgrade ilmu saya dengan membaca artikel-artikel keperawatan meskipun tidak sebanyak ketika saya masih mengajar dulu.
  4. Terkait dengan bidang keinginan mengaji: saya masih dalam tahap sharing dengan teman yang juga punya RTQ (Rumah Tadabbur Qur’an) di kediamannya sendiri
  5. Terkait dengan bidang kelas sabtu pagi. Saya berusaha membaca buku-buku parenting dan mengikuti grup parenting berharap bisa memahami karakter anak-anak lebih jauh lagi. Mengumpulkan buku-buku bergizi balita yang nantinya bisa menjadi salah satu fasilitas dalam belajar dan bermain, disamping menjadi koleksi pribadi saya. 
Dan saatnya mencoba memulai milestone saya. Saya berpikir rumah baru saya di tanah banua ini merupakan tolak kembali ke titik 0.
KM0 – KM 1: Menambah hafalan, belajar ilmu parenting, Up grade imu keperawatan. Mewujudkan rumah belajar bermain dan mengaji di langgar
Km1 – KM 2 : hafalan saya dan suami bertambah. ketika usia putra saya 2 tahun lebih bisa menghapal beberapa surah pendek dan saya berharap saya diberi rezki untuk anak kedua, saya bisa menghandle kelas sabtu pagi, kegiatannya lebih terstruktur, tetap mengajar, dan sore harinya berada di langgar kompleks sebagai guru ngaji. Berharap kegiatan ini nantinya di support oleh RT di sana, melengkapi fasilitas home library dan sekolah sabtu pagi
KM3-KM4: hafalan saya dan suami bertambah, membentuk TPA di langgar mesjid, kelas sabtu pagi tetap berjalan tetapi disandingkan dengan taman baca yang rencakan akan saya buat juga di rumah dengan menjadikan koleksi pribadi kami sebagai medianya. Saya berharap bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi


Akan ada proses..., aku yang dulu yang memprihatinkan tanpa berhijab
akan ada kawan....,meski di tanah banua yang tak pernah kujejaki sebelumnya
kepingan puzzel berharap sejalan dengan misi...
karena aku hanya hamba Allah SWT yang jauh dari sebuah kesempurnaan 


Banjarbaru,
waktu kamar menjelang ashar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar