Kamis, 03 Januari 2013

5 cm


Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa..
Keep our dreams alive, and we will survive..
[5cm]”

Film ini tayang 12 Desember tahun lalu, sudah sebulan sejak cover lima pemuda di jalur pendakian nangkring di berbagai TO di belahan bumi Nusantara. Awalnya aku berencana untuk nonton primerynya bareng ‘sahabat 5cm’. Tapi ternyata rencanaku tidak terjamah, saya harus tugas luar daerah sehari sebelum lounching perdananya. Akhirnya, saya baru bisa menikmati slide film yang bernuansa hijau nan legit kepunyaan mahameru di hari kelima pemutarannya, 17122012.

Film ini termasuk salah sat film karya anak bangsa yang kutunggu-tunggu sejak memasuki tahun 2012. Apalagi di komunitas ‘sahabat 5 cm’ sudah direncanakan sebelumnya bakal nonton bareng, nda kebayang gimana serunya nonton dengan orang-orang yang penuh inspirasi dan setumpuk mimpi. Tapi Cuma bisa gigit cari ketika berhalangan hadir.

Film ini adaptasi dari novel favoritku di tahun 2005 karya om Donny Dhirgantoro, kemudian di visualisasikan dalam karya om Rizal Mantovani. Menceritakan tentang 5 orang sahabat, yang telah lengket kayak prangko sejak 10 tahun lamanya. Ialah Genta, Zafran, Riani, Arial, dan Ian. Berawal dari ide iseng Genta untuk tidak bertemu selama 3 bulan, dengan harapan mereka bisa melakukan sesuatu hal yang beda bukan hanya berkutat diantara lima kepala, dimana weekend dihabiskan berlima,nongkrong berlima, dan masih banyak hal lainnya yang mereka lakukan berlima. Selama 3 bulan itu, mereka menjalaninya dengan tekad untuk lebih baik dan hidup tanpa bergantung satu sama lain. Ian yang notabene satu-satunya dari mereka yang belum menuntaskan kuliahnya akhirnya bisa sidang.

Dan tiga bulan kemudian, genta yang jadi pencetus ide akhirnya mengirimkan sms untuk bertemu di tanggal 14 desember. 30 menit pertama mungkin agak membosankan, tapi ketika mereka berenam (plus adik Arial, yang ditaksir mampus sama si Zafran) memulai perjalanan naik kereta hingga ke jalur pendakian, aku jadi semangat nonton. Apalagi saya nonton bareng mereka yang belum pernah mendaki, jelas nuansanya beda….Untuk mereka yang mencintai alam, dan menyenangi semilir jelas tahu maksudku (begaya^_^)

Tapi namanya juga film adaptasi, tetap novelnya jauh lebih bagus dari filmnya. Film hanya menang di visualisasi saja, apalagi menampilkan Mahameru sebagai fokusnya. Bagi saya, bukan Herjunot Ali si pemeran utama di film ini, tapi Mahameru adalah tokoh utamanya. Karena tokoh utamanya itu, aku rela nonton dua kali (eh karna di traktir sih, makanya nonton lagi^_^).

Scene favoritku, adalah ketika mereka berhasil muncak. Setelah mengalahkan berbagai rintangan, Arial yang sempat hipotermy, Ian yang hampir mati dan terpaksa di beri bantuan pernafasan plus RJP (resusitasi jantung paru) sama si  Genta, Arinda yang sempat kehilangan pendengarannya karena ketiban batu. Ketika si merah putih berkibar di antara puluhan pendaki. Akh, nyessss…air mataku ngalir bung!!! Benar kata mereka, Indonesia ini  indah. Wahai Pertiwi….kamu indah, Tuhan bantu kami menjaganya. Aku merasa, perjalanan film itu membawaku ikut muncak. Dulu keinginanku sederhana sekali, ingin berdiri di tanah dimana aku bisa memandangi awan di bawahku…dan hal semacam itu sungguh luar biasa. Dulu, kukira para anak mapala adalah mereka yang tidak punya kerjaan dan menghabiskan waktu mengukur  jarak di berbagai medan pendakian. Tapi ketika ikut berjalan bersama mereka, aku akhirnya paham dengan sensasinya, paham dengan pesan dari sebuah perjalanan. Teman-teman yang berwajah brewok, berambut gondrong, sesungguhnya sebagian dari mereka punya hati sehalus kapas (ciyeehhhhh), tapi emang ada juga sih yang menggambarkan tampangnya yang sangar, se sangar hatinya. Tapi intinya tidak semua orang gondrong itu mines^^

“Akan selalu ada suatu keadaan, kenangan dan orang-orang tertentu yang pernah singgah dalam hati kita dan meninggalkan jejak langkah di hati kita dan kita pun tidak akan pernah sama lagi seperti kita sebelumnya”

Dan tidak ada salahnya bermimpi disini, seperti catatanku di akhir 2009 untuk bisa muncak di gunung dan akhirnya bisa megang tugu bawakaraeng 2012. Yap..aku bermimpi, suatu ketika aku bisa berkenalan dengan jalur pendakianmu wahai semeru. Karena mata ini terkesima dengan lekuk kepunyaanmu. Semoga Rabb menjamahnya, sampai jumpa di tahun ‘entah’ wahai semeru. Dan tetap jaya perfilman Indonesia…Aku bangga lahir dari tanahmu

Suatu saat aku menemuimu^^

Terlepas dari alur cerita yang beda dari buku, menonjolkan sesuatu yang sebenarnya bukan inti film, macam kasus G-string, atau  isu jalur pendakian Mahameru yang ditutup pada saat syuting berlangsung, ranukumbolo yang kabarnya tercemar saat syuting berlangsung akibat ketidakdisiplinan aktris dan kru film, pembuatan film yang tidak memperhatikan secara detail saat pendakian, misalnya pemeran wanita yang memakai eyeliner saat mendaki, pake celana jeans  de el el. Aku tetap ngasih jempol buat om Rizal, apalagi OSTnya band favoritku, bravo NIDJI. Karna jelas beda ranah rasa antara buku dan film. Walaupun aku mencintai buku dan film, tapi tetap novel om Dhonny yang nomer satu, untuk mereka yang hanya nonton film doank tapi tidak mendahulukan bukunya, aku sarankan, kalian mesti, kudu, wajib, fardu, harus baca bukunya. Biarkan otak dan pikiran kalian berfantasi, biarkan kalian jadi sutradara dan aktor untuk sebuah buku yang emang inspiring banget. Untuk om Donny,  di tunggu karya selanjutnya. Untuk Om Rizal, ayo Om..masih ada buku kedua ntuh^_^. Aku mencintaimu Indonesiaku…

“Sebuah cinta memang harus diungkapkan karena tidak pernah ada cinta yang disembunyikan, kecuali oleh seseorang yang terlalu mencintai dirinya sendiri.”


12 komentar:

  1. indoensia mungkin indah bagi yang cinta, saya biasa biasa saja.. yg indah itu alam ciptaan Tuhan, klo institusi bernama Indoensia ini tidak bisa menjadi penjaga yang baik, biarlah dia dihancurkan Tuhan dan diganti yang baru... tidak apa apa.

    BalasHapus
  2. bagus ya mbak filmnya? klo aku krg suka novelnya jd krg tertarik nntn filmnya hehe

    BalasHapus
  3. aaaaaah aku malah belum nonton T_T
    banyak yang pada ngomongin padahal T~T

    BalasHapus
  4. kkkeeerrrreeeennnnn abis filmnya,,,smpe terharu liat pemandangan yg disajikan sutradara dalam ni film,,jd pengen mendaki lagi,,,
    nda harus ke jauh2 buat cari view yg bgus,,Indonesia begitu luas tuk dijejaki :D

    BalasHapus
  5. Belum nonton saya mbak filmnya hehehe... Thanks reviewnya :)

    BalasHapus
  6. sy sdh nonton film ini...dan sepakat...bintang film ini adalah...
    pemandangan indah di Mahameru... :D

    ikutan lomba yuk...
    caranya mudah kok cuma bikin artikel

    BalasHapus
  7. Saya saja belum sempat nonton, gak ada bioskop disini hiks,

    BalasHapus
  8. Membacanya, jadi tambah kepengen menontonnya secara langsung.... Makasih banyak ya, Mbak.

    BalasHapus
  9. iya nih sempet bete juga pas adegan mendaki ko banyak kerancuan, tapi overall film ini lumayan menghibur kalo dibawa seru..

    BalasHapus
  10. Memang begitu mbak. Rata-rata kalau udah baca bukunya, pasti filmnnya tak sebagus bukunya. Karena saat baca buku, otak kita bermain imajinasi sangat besar. I love reading books instead of watching it in movie :D

    BalasHapus