Selasa, 21 Februari 2012

~AGORA~

Mengambil latar Mesir di akhir abad ke 4 SM, kerajaan Romawi di ujung kehancuran. Namun Alexandria di Mesir, justru Berjaya dan bangga dengan salah satu keajaiban yang menjadi symbol wilayah mereka. Mercusuar yang legendaries dan perpustakaan yang bagi mereka bukan hanya sebagai simbol budaya, tetapi simbol religius.
Mercusuar Iskandariah (Pharos Alexandria)
reruntuhan perpustakaan alexandria (hasil  jarah)


Rachel weisz as Hypatia
AGORA sendiri, diartikan dalam bahasa yunani sebagai tempat untuk pertemuan terbuka untuk bermusyawarah dengan raja atau dewan Negara di masa Romawi Kuno.  Film ini bergendre romansa, historical dan drama. Menceritakan tentang tokoh sejarah Hypatia (Rachel Weisz), seorang perempuan ahli filsfat, yang kemudian hari diakui sebagai ahli ilmuwan, ahli matematika di zamannya. Hypatia sendiri, merupakan putri dari Theon Alexandricus, kepala museum perpustakaan di  Alexandria. Ia tumbuh menjadi gadis cantik, pandai, cinta damai dan penuh kasih sayang namun berhati keras.
Hypatia di zamannya^^
Hypatia sangat terobsesi dengan ilmu pengetahuan, Ia ingun meneruskan penelitian yang pernah dilakukan oleh Claudius Ptolemaeus, yang mengatakan dalam teorinya bahwa bumi adalah pusat tata surya sehingga seluruh planet dan matahari mengelilingi bumi. Teori pemikiran Ptolemaeus inipun menjadi ‘tren’ di kalangan gereja pada abad-abad berikutnya, sehingga Copernicus dalam teori heliosentris(matahari sebagai pusat tata surya)yang kemudian diperkuat oleh Galileo  sempat dicap sebagai suatu hal yang tidak benar.
Davus pake seragam dinasnya di prabolani
Max Minghella as Davus, mirip siapa ya???
Kisah ini menceritakan masa peralihan pemerintahan, kaum Pagan (penyembah berhala) dengan umat kristiani. Menjadi ‘seru’ karena dalam kisahnya Hypatia sempat diperbutkan dua pria, yaitu Davus (Max Minghella) danOrestes (Oscar Isaac) yang merupakan murid-muridnya di kelas filsafat. Davus adalah pelayan di keluarga Hypatia, belakangan ia menganut agama nasrani dan mengkhianati Ayah Hypatia, tetapi tetap mencintai Hypatia. Walaupun dialog untuk tokoh Davus sangat minim tapi karakternya yang rumit membuat ‘suka’, Max unggul dalam mengolah bahasa tubuhnya. Tokoh Davus si budak yang mencintai putri tuannya jelas terlukis di pengindraan tubuhnya.
Orestes si gubernur

Sementara Orestes, dia memainkan tokoh putra pejabat tinggi Negara. Di awal cerita, Orestes diperkenalkan sebagai pemuda yang manja dan bodoh tapi dipertengahan film sampai akhir ia membuktikan kesetiaan cintanya pada Hypatia.
6 tahun kemudian, agama kristen menjadi mayoritas di Alexandria. Pada saat itu, Davus telah menjadi prabolani (semacam tentara khusus umat Kristen yang ditugaskan untuk memberikan hukuman,,yaaaa mirip2lah kayak fungsi algojo gitu^__^), Orestes akhirnya menjadi gubernur kota, sementara Hypatia..masih sibuk dengan keasikannya menekuni ilmu pengetahuan,

Suasana kelas filsafat ala bu guru Hypatia,
Hypatia saat mencoba menyelamatkan gulungan karya di perpustakaan Alexandria

Ada beberapa quetos favorit dan scene favortiku:
“Synesius, you don’t question what you believe, or can not. I must”.  (“Synesius, kamu tidak atau tidak bisa mempertanyakan keyakinanmu. Tetapi, saya harus melakukannya”).

Waktu si Ores yang piawai memainkan alat music menyatakan cinta kepada Hypatia dengan memainkan sebuah lagu untuknya di aula kota, tapi keesokan harinya Hypatia menjawab ‘cintanya’ dengan memberikan saputangan bekas darah haidnya. Kemudia Hypatia berkata:
“Orestes, kamu mengatakan telah menemukan harmoni dalam diriku, kusarankan kau cari tempat lain karena tak ada banyak harmoni atau keindahan yang bisa ditemukan dalam benda itu, itu adalah darah haidku”
Nyessssss….saya langsung tepuk tangan,heheheh

Aku juga menyukai adegan2 saat Hypstia belajar, dan saat ia kelimpungan mengamankan karya-karya di perpustakaan Alexandira, ketika kaum Kristen mencoba untuk menghancurkan perpustakaannya…
Satu lagi…banyak view favoritku di film ini. Ketika Hypatia mengajarkan murid-muridnya ilmu perbintangan dan langsung menatap langit, lalu kemudian menanyai satu persatu pendapat muridnya, setting Alexandria yang megah, atau adegan para tokoh yang hanya sekedar berjalan di pelataran perpustakaan Alexandria…

Anyway film ini mungkin akan disukai untuk mereka penggemar Romawi dan Yunani Kuno, yaaa…setidaknya berasa melancong sekitaran 2 jam ke zaman mereka^__^

17 komentar:

  1. wah wah...ini plajaran sejarah peradaban arsitektur 3 nih di awal-awal semester :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. mata kuliahnya apa kak Inuy??bahas arsiterktur Yunani kuno ya...waah pasti mantep^^

      Hapus
  2. Sayanggg.... berakhir tragis... :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. yaaah bener kak syam, endingnya drama banget....ngeri saya

      Hapus
  3. wah jadi penasaran nonton ni film .hahaha, ubek2 dimana ya uty ??

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. mari mari mbak sarah...
      eh salam ukhuwah ya mbak,...tunggu kunjunganku^_____^

      Hapus
  5. Siapa yang gak mengenal dengan peradaban Yunani kuno,,pasti seru kalau menonton film ini,,ayo nonton mbareng Kak Uty hehehe

    BalasHapus
  6. uty suka yang zaman yunani kuno ya? huooo *aku gak tahu film ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. suka liat viewnya, cerita historicalnya tapi nda semua film yunani uty suka kok kak...^_^

      Hapus
  7. Hmmm.. sibuk nge-review film rupanya dirimu Ty.. :)

    BalasHapus
  8. sebuah film yang cukup seru juga untuk ditonton...

    BalasHapus
    Balasan
    1. film yunani kuno, slalu memanjakan mata dengan viewnya yang nda 'lazim' tapi aku suka...

      Hapus
  9. baru saja selesai melihat film nya . dan ternyata saya menangis

    BalasHapus