Sabtu, 01 Februari 2020

Tebarkan kebaikan, niscaya kebaikan akan menular

Bismuklahirrahmanirrahim...

Hari ini kami mendapat tugas dari chapter Sejuta cinta, menulis kebaikan yang kita lakukan. Meresapi prosesnya dan menulis tanggapan dari orang yang ditolong. Bismillah...smoga ini tidak bernilai riak. Cukup jadi pengingat buat kita..aamiin

Kisah 1
Wanita pemulung dan anaknya

Salah satu family projeck kami adalah,setiap dua kali sebulan atau minimal sekali dalam sebulan di hari Jum'at pagi berbagi nasi bungkus. Kami punya beberapa tujuan dalam projeck ini. Selain berbagi tentunya, kami ingin mengajarkan kepada anak-anak kami konsep berbagi, konsep tinggi rendah kehidupan, rasa syukur dll. Untuk saya pribadi karena aktivitas saya di ranah keluarga yang tentunya kerap mengundang emosi, rawan stress. Ajang ini saya gunakan sebagai scan virus. Setiap pulang berbagi, rasanya adem, saya tidak henti-hentinya bersyukur. Kerja keras saya slama ini sama skali tidak bernilai dibanding dengan ibu-ibu pemulung itu. Panas terik tetap jalan dengan gerobak, mengendong anak demi sesuap nasi. Saya tak lebih dari pasangan tunanetra yang dengan mesra saling bergandengan tangan ketika berjalan, saling menguatkan. Saya tidak lebih dari para pengamen buta yang keterbatasan fisik tapi tetap senang berdendang seperti tanpa beban. Semuanya memberi pelajaran kepada saya untuk tidak mengeluh. Saya tidak lebih dari nini penjual sapu lidi, yang dengan tubuh ringkihnya berjalan pelan dari kantor ke kantor menawarkan jualannya. MasyaAllah..panjang umur, sehat slalu untuk mereka pejuang jalan.

Berbagai reaksi dari mereka pun sudah banyak yang terekam dan menjadi kenangan tersendiri untuk saya. Sudah banyak doa tulus yang diucapkan kepada kami, tak terhitung senyum simpul yanh dilemparkan kepada kami, ucapan trimakasih yang dalam, padahal hanya sebungkus nasi yang kami berikan. Itupun rasanya tak seenak nasi di restoran, karna hanya buatan sederhana dari tangan saya sendiri yang belum mumpuni di dapur.

Salah satu yang masih saya ingat adalah. Ketika sepede motor kami mendekati salah seorang ibu pemulung dan anaknya. Dia berkata kepada kami dalam bahasa banjar yang kurang begitu saya pahami, tapi suami saya InsyaAllah paham. Dari kalimatnya saya cuma memahami kalau beliau minta maaf...kita (kami dan mereka) jarang ketemu karena dia pindah lokasi memulung, bukan di Jalan A. yani lagi (rute yang sering kami sisir ketika berbagi)
MasyaAllah...mereka ternyata ingat kami dan meminta maaf. Ada semacam guyuran air menyejukkan mengalir di kepala saya di tengah terik banjarbaru kala itu. Ucapannya sederhana tapi begitu menyejukkan



Kisah 2
Kai di belakang komplek

Di belakang komplek perumahan kami ada gubuk kecil yang dihuni sepasang suami istri tua, yang oleh kami dipanggil nini dan kai.

Nini dan kai punya sepetak kebun dan ayam peliharaan, sulung saya suka sekali bermain kesana, meskipun kurang paham perkataan kai karena kai nini berbicara dalam bahasa banjar totok.

Suatu hari anak sulung kami mengunjungi rumah kai dan bergegas pulang ke rumah dan memberitahukan kepada saya bahwa kai sakit nga bisa bangun. Suami saya yang ketika itu baru sampai di rumah sepulang dari kantor besegera mengajak ke rumah kai. Saya besegera mengambil stetoskop, tensimeter dan beberapa obat umum. Tak lupa kami mengajak mahasiswa tetangga kami untuk ikut serta, saya takut sesuatu terjadi pada kai dan tidak ada yang melihat sebagai saksi.

Ketika kami sampai di rumah kai. Introgasi sebentar, saya periksa. Tekanan darahnya 160/80mmhg. Cenderung tinggi tapi dengan status lansia kai masih bisa di maklumi. Dari dinding rumahnya saya mendapati beberapa obat, ada antibiotik dan obat gatal. Kai bilang seharian belum makan, Mahasiswa tetangga kami menyuapinya dengan nasi dan lauk yang kami bawa, setelahnya saya memberikan multivitamin. Kai berbaring sendiri merintih kesakitan. Dari kai kami mendapat informasi kalau nini sedang pulang kampung. Sementara hpnya lowbet, beliau mau mengabari kondisinya ke anak-anaknya.

Karna azan magrib sudah berkumandang kami ijin pulang dan suami saya memutuskan mengambil handphone kai dan menchargernya di rumah untuk nantinya dipakai menghubungi anaknya.

Selepas magrib suami saya menghubungi anak-anaknya sementara saya menghubungi tetangga yang tinggal paling dekat dengan gubuk kai. Menanyakan apa kai pernah sakit sebelumnya dll. Alhamdulillah tetangga kami yang baik hati berniat mendatangkan petugas kesehatan, namun sayang usaha mereka tidak membuahkan hasil. Sepertinya petugas kesehatan itu tidak mau mengambil resiko.

Alhamdulillah salah satu anak menantu kai bisa dihubungi dan berniat datang ke rumahnya. Kami kembali ke rumah kai, menyalakan lampunya dan membantunya buang air. Tak lama kemudian anak beliau datang. Anaknya berterimakasih kepada kami. Beliau mengatakan, kai ini walaupun di ajak nginap di rumah tetap saja memilih gubuknya yang sekarang. Bahkan ketika kai di pulang ke rumah anaknya, kai sempat berpesan tentang ayam-ayamnya. Singkat cerita kai akhirnya di pulangkan ke rumah anaknya. Tetapi beberapa hari setelah kejadian itu saya mendapat berita dari tetangga bahwa kai sudah meninggal dunia di hari Jumat.

Sedih mendengar berita itu, kini gubuk yang biasa dikunjungi sulung saya sepi. Biasanya beliau suka bersenandung sambil memberi makan ayam-ayamnya. Ada sedikit penyesalan buat saya pribadi. Andai malam itu saya inisiatif mengantarnya ke klinik...



Kisah 3
Kebaikan anak-anak

Dengan segenap tanggung jawab saya sebagai ibu full time di rumah. Maka menjadi sebuah kebijakan pula bahwa saya harus menjaga stamina. Agar tetap kuat dan ceria mebersamai anak-anak. Tapi hari itu beda, si kecil rewel seharian. Di tambah kakak yang pengen di temani main. Jadilah saya lupa makan dan sorenya ngedrop. Gastritis saya kambuh.

Kepala rasanya nyut nyut hebat, saya mual muntah dan nga bisa berdiri. Itu berlanjut hingga malam. Sehabis magrib anak-anak saya masuk ke kamar. Melihat saya terbaring lemah di kasur mereka ikut duduk di samping
"Ummi masih sakit kah" tanya sulung saya
Saya mengangguk
"Apanya yang sakit?" tanya bocah 4 tahun itu lagi, lalu saya menunjuk beberapa bagian. Dan si kakak pun memijit saya
"Begini lebih enak kah?" tanyanya dan mengomandoi adeknya untuk memijat kaki ummi. Si kecil belum 2 tahun, belum lancar bicara tapi paham maksud kakaknya. Saya terharu melihat mereka. Dan mengucapkan trimakasih
"Cepat sembuh ya mii...supaya bisa main lagi dengan kami"
"Hari ini ummi baik sekali sudah menemani kk izz main" lanjutnya

Rupanya dia merefleksikan tindakan saya menemaninya main sebagai sebuah kebaikan yang patut dibalas. Dia memijat saya bersama adeknya dengan harapan saya lekas sembuh dan bisa bermain dengan mereka lagi

MasyaAllah..kebaikan itu sungguh menular. Bahkan dipahami oleh anak kecil seusia kakak. Semoga rantai kebaikan selalu mengular, akan kehidupan kita menjadi aman dan damai


#Materi1
#Empati
#Habituasisejutacinta
#Ibuprofesional


Tidak ada komentar:

Posting Komentar