Kamis, 28 September 2017

Edisi cukur rambut

Izz tipekal anak berambut lebat dan cepar skali gondrongnya. Hari ini si nenek berniat mengantarnya ke salon untuk potong rambut. Beberapa hari yang lalu saya sudah mengantongi ijin abinya buat di potong. Sebenarnya kalau saya pribadi malah suka Izz kegondrong-gondrongan hehehe. Tapi buat nenek nga elok dipandang. Maka jadilah sore ini mereka ke tukang cukur. Dan berhubung karna saya flu berat sayapun nda ikut serta.

Cerita ini saya sadur dari cerita nenek ketika sampai di rumah. Katanya ketika mereka sudah sampai di tukang cukur. Rupanya sedang antri. Dan izz dapar giliran ketiga. Tak gampang membujuknya duduk berlama di kursi ketika pemandangan di luar hilir mudik sang kendaraan kesayangan, bentor (becak motor). Hingga klimaksnya..tiba-tiba dia berteriak seperti kebakaran jenggot
"Mana bentong ing..kenapa nda di jemput ingnya..manaaa huhuhuh"
Si nenek dengan sigap membujuk meskipun kewalahan dan akhirnya tiba giliran dia dicukur.

Nagh moment ini menjadi moment mendebarkan buat si tukang cukur. Sudah 4 kali kami membawa Izz cukur rambut di situ. 4 kali pula Izz bikin keringatan si tukang cukurnya. Nga mau dia di potong rambutnya. Nantilah pada saat kami cukur si Izz di banjarbaru. Kali pertama dia nga nangis. Maka berbekal pengalaman itu, neneknya mau bawa Izz cukuran seorang diri.

"Wah kapan datang?"sapa tukang cukur. Sudah hapal dia wajah Izz hehehe
"Sudah besar yaaa" lanjutnya
"Iya tawwa sudah besar..rambutnya juga jadi panjang..makanya mau di potong ya nak ya" timpal si nenek sambil mendudukan Izz di depan cermin. Yang bersangkutan diam ala es batu aje.
"Nanti habis cukuran kita naik bentor kan...sudah menunggu om bentornya" si nenek terus membujuk
"Di banjarbaru katanya pintar kan Izznya potong rambut. Nda pake gunting..pake alat khusus kan...
"Iya..geli tapi bangung (bagus)" akhirnya si bocah menimpali. Dan di balas puluhan kata dari si nenek berkolaborasi dengan tukang cukur. Hingga tidak di rasa ritual cukurannya selesai. Alhamdulillah
Mereka akhirnya pulang dengan senang gembira menggunakan bentor.

Sampai di rumah. Tak perlu bertanya ke neneknya. Si anak sholeh sudah mendahului bercerita pengalamannya. Saya cek ricek dari cerita nenek. Dan ternyata PR saya masih sama. Mengedukasi perihal menunggu dan bersyukur. Ketika antri membayar makanan di kasir Izz bisa sabar. Tapi untuk antrian lain sepertinya belum bisa kompromi. Ditambah lagi dengan godaan bentor, jadi pengennya cepet-cepet.
"Nak..Allah suka lho sama anak yang sabar. Mau antri..mau nunggu..tidak rewel. Buktinya Izz langsung di jempu sama amang bentor kan tadi pas selesai di cukur"
"Iya"
"Nagh..lain kali lebih sabar lagi ya. Supaya amang bentornya juga senang ada penumpangnya yang anak baik" wkwkwkwk rada nga nyambung. Tapi percakapan kali ini setidaknya smoga sampai di jangkauannya

#day8
#level8
#tantangan10hari
#kuliahbunsayIIP
#cerdasfinansial

Tidak ada komentar:

Posting Komentar