Sabtu, 17 Maret 2012

Perempuan...

Seperti burung pelatuk, gadis itu mencerca kata-katanya di hadapanku. Mengungkap semua hal tentang yang pernah kami lalui, tapi ia tetaplah wantia.sbrapa lamapun dia berbicara tak ada yang tau sedalam apa perasaannya 
Brapa lamapun dia mengoceh di hadapanku. Tetaplah ia seorang wanita, tetaplah aku tidak bisa mengukur isi hatinya. Semua trasa abu-abu. Saban hari kukira ia menderita duka yang teramat dalam, tangisnya terasa menyayat sembilu, rupanya dia terlewat haru. Pernah juga kudapati senyuman manis di bibirnya menyambut kedatanganku yang lelah seharian di kantor, tapi beberapa menit baru kutau dia tersenyum untuk menghiburku karena anak kami mendapat kecelakaan. 

Yaa…Perempuan… 
Banyak yang bilang, wanita itu aneh. Kadang hatinya tak senada dengan lisannya. Tlah kudengar, baik seliweran atau terangan, si makhluk tak tertebak itulah perempuan. Kadang, aku cuma tersenyum saat menjawab pertanyaan temanku yang berlabel ‘adam’. Ada apa Ty?? Dan, tahukah kalian…sesungguhnya diam berarti ‘iya’ tidak selamanya berlaku pada wanita. Maka, karena itulah dia samar, dan…karena itulah jangan menarik kesimpulan di awal. 

Baginya…para kaum adam. Melihat, menjejaki dan mengingat kalian adalah hal yang istimewa dan penuh rumit. Seperti memahami maksud dari sejuta baris lirik lalu mencoba bersenandung tentang keindahan yang zalim, mencoba menyapamu. Lalu…pengaduan sesuatu yang mendera, mengendap pasti dan menjadi sebuah ritual konstanta, itulah ta’aruf. 

Boleh saja, ketika dahulu..kita tak pernah saling kenal, tak saling ujar. Namun pelan, dunia mengenalkan dan mengakrabkan kita. Ketika saling melangkah, saling membaca. Saat dimana kita tumbuh dari seribu hati dan berusaha menyusuri tiap liku karakter, maka saat itulah kita saling membangun makna untuk predikat gender. Kita, yang pada hakekatnya adalah makhluk tak sempurna ciptaan Sang Khalik, tapi terlahir dengan seribu satu kembangan beda. 


Ketika, kaum adam terpanggil 'dewasa' maka akan ada kelonggaran untuk kalian. Sementara, kaum hawa..ketika berceloteh tentang haid pertamanya, maka saat itu sang Ayah dengan coolnya akan menjaganya lebih erat lagi. Karena saat dewasa, bagi Adam adalah tahu apa yang terjadi di luar sana, untuk menempa fitrah ‘superiornya’ sementara Hawa, akan selalu setia dengan perhatian. Bukan berarti Hawa terkekang dan tak mengenal warni hentakan duniawi, tapi prasaan ‘malu’ memang porsinya dilebihkan untuk kaum Hawa, dan sesungguhnya itu adalah cara Rabb agar Hawa lebih dihargai, lebih dimuliakan.. 

Perempuan,.. 
Bercerita seperti semilir sepoi yang bisa menidurkan. Kukenalkan kepada kalian kaum Adam, mereka yang berjalan dan pada akhirnya akan kalian jemput adalah perempuan. Makhluk yang kalian panggil ibu adalah perempuan, makhluk yang kalian panggil istri adalah perempuan 

Perempuan… 
Yang tak tau apa pendefenisian aliran bening dari matanya yang pelan turun. Yang hanya bisa memberi dan memberi pada anaknya tanpa pamrih. Yang bisa berceloteh berbatas keanggunannya. Yang bisa mendamaikan meski lewat gurat senyum. Yang berjubah ayu tapi tak lemah. Yang juga bisa berdiri seterik mentari. Yang bisa menenangkan meski hanya lewat rengkuhan tangan dan rangkulan kecil. Yang akan bersorak pada sebuah keberhasilan dan menangis pada sebuah perkelahian.

Perempuan,.. Yang dari awal kelahirannya tlah dimuliakan. Dan sepatutnyalah aku berbangga hati menjadi bagian dari kalian. ^___^ 
Pada sebuah interlude… 
Memberi jeda untuk ternikmati 
Maka perempuan tak ada batasan berakhir 
Bahwa ianya selalu termuliakan… 
Bahwa ianya kerap terindahkan…

25 komentar:

  1. Perempuan...oh perempuan...saya jga perempuan...
    :)

    BalasHapus
  2. karena wanita ingin di mengerti, lewat tutur lembut dan laku agung...nice share uty, suka suka :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. huiii 'ada band'banget ya kak Tia...postingan iseng di tengah miris ide...hohoho

      Hapus
  3. Bagus.

    Wanita sangat susah dipahami walau hatinya selembut sutera (sutra lembut gak sih ya :D)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sayang hatinya wanita nda bisa di elus, jadinya kagak bisa di bandingin ma sutra, halusan mana???hhehe
      makasih kunjungannya bang^^

      Hapus
  4. Aah.. aku bangga jadi perempuan.. Karena dr rahim perempuanlah lahir org2 hebat dan pada diri perempuanlah madrasah pertama bg anak2nya.. :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener mbak, wuahhh gimana ya rasanya jadi perempuan seutuhnya...^^

      Hapus
  5. hemm...


    perempuan.. susah kata2nya yg ku hars katakan... intinya smw begtu indah,,,

    jgn pernah merasa bosan menjdi perempuan spt wanita akhir zaman yg saat ini berbah jadi tomboy yah

    BalasHapus
    Balasan
    1. heheheh tomboy???makasih kunjunganya mbak yu

      Hapus
    2. hehe.. salah kurang lengkap yah.. maksdnya jagan tomboy gtuh hihi....

      Hapus
  6. bangga jadi perempuan..
    nice post..

    BalasHapus
  7. Hmmm... abiz baca jadi ngelamun...

    dalem pisan ty...
    " Perempuan adalah Hati... "

    ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. jgan ngelamun teteh,.,mau masuk magrib ni,...

      perempuan..prempuan adalah lentera

      Hapus
  8. senyum aj deh baca postingan ini ^___^

    BalasHapus
    Balasan
    1. hmmmm pertanda 'sesuatu'tuh kak kalo senyum doang^___^

      Hapus
  9. Bahwa ianya selalu termuliakan…
    Bahwa ianya kerap terindahkan…
    =============================

    Mulia dan tidaknya kita ada dalam pilihan kita sendiri..sikap, kata, tindakan, dll..yg tulus adalah jalan menuju kemuliaan diri..semoga bisa mulia dalam penilaianNYA

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin..smoga kita bisa jadi bagian dari yg digariskan olehNya, menjadi wanita mulia^^

      Hapus
  10. wahai perempuan. . aku tunggu aku kupinang dalam rembulan. / . .. (jadi pengen cepet2 nikah nih)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwk padahal aku nda posting tentang pernikahan lho^^
      aku doain deh bang, disegerakan..

      Hapus
  11. perempuan diibaratkan tulang yang bengkok, dibiarin makin bengkok, diluruskan bisa patah, artinya perempuan adalah makhluk lembut hanya bisa mendengar bahasa d=yang lembut dan hikmah...

    saya ketinggalan jauh nih baca postingan uty..., satu per satu dibacanya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. analogi itu trmasuk favoritku kak...
      ketinggalan??tiketnya naroh dmana mangnya???pdahal dah dikasih gratis^________^

      Hapus