Pagi ini aku berangkat memulai
aktivitas, lebih pagi. Santer terdengar sejak jauh hari sebelumnya, bahwa hari
ini 27 maret 2012 adalah puncak aksi para kawan mahasiswa dari berbagai
almamater. Jam tujuh aku sudah meninggalkan pekarangan rumah tak lupa
menyisipkan doa tidak ketemu para pendiktator jalanan itu. Dan Alhamdulillah
aku sampai dengan liukan lalu lintas sebagaimana mestinya, tanpa harus membaui
ban kendaraan akibat terjongos aksi..
Menjelang sore..,
Kukira kibaran bendera ‘protes’
kalian tlah surut..ternyata dugaanku meleset. Depan UKIP, jalanan diblokir
total, pengamanan diturunkan bukan cuma dari kepolisian, sekilas kuintip lewat
jendela angkot, ada para prajurit berseregam loreng ikut membentuk benteng
pertahanan. Asap pembakaran ban mengepul, bunyi klakson serasa menyemangati
keadaan, orang lalu lalang tak karuan, berteriak yang tak aku mengerti arahnya,
beberapa dari mereka menggunakan speaker untuk
melepas output dari pita suara,
beberapa lagi berteriak tak jelas ponemnya. Mereka berhamburan memakai jas
aneka warna. Mereka kawanku,..mahasiswa…
Seorang aparat kepolisian
membunyikan peluitnya keras-keras dan melambaikan tangan tanda isyarat
berhenti.
“Pak, jalanan depan terblokir
total, motorpun tidak bisa lewat..pakai jalan memutar saja ya?”usulnya
Kulirik jam tanganku…Hampir
mendekati angka 4, padahal Papa ingin berangkat ke daerah jam 4 nanti. Bergegas
kutelpon orang rumah, dan katanya Papa sudah siap-siap pulang. Yaa
elaaa..tanda-tanda nda bisa liat Papa pulang donk. Hmm mulailah si rasa dongkol
nyalip dalam hati.
Menit berikutnya, angkot terpaksa
balik haluan. Kita ambil jalan memutar katanya. Di persimpangan jalan, naik 2
anak SMA sambil mengumpat aksi demo mahasiswa. Katanya mereka nda bakal ikut
aksi jika menyandang predikat yang sama. Sekilas kupandangi mereka. Entahlah
dik, apa prinsipmu itu masih bertahan kelak jika kamu sudah menyandang predikat
itu^__^
Sekitar sepuluh menit berikutnya,
Papa telpon kalo beliau sudah start, aku hanya bisa menghela nafas panjang. Ya
sudah…
Aku meraih head set dah menyumbat telingaku dengan musik. Kututup jendela
angkot. Bersamaan dengan itu, seorang ibu dan anaknya yang berusia sekitar 4
tahunan naik ke angkot. Aku melemparkan senyuman padanya dan kembali asyik
dengan laguku.
Dan, tak butuh waktu lama untuk
menyadari area pemukiman baru yang tak pernah kujamah kasat mataku sebelumnya.
Area yang beda, dan rasanya aku tak pernah melewati pematang sawah di belakang
kompleks perumahan, pasar tradisional alakadarnya, dan gubuk kecil yang
bertebaran seperti jamur musiman di pinggiran jalan. Ini masih wilayah
Makassar, tapi terasing versiku. Jalanan yang kami lewati bukan jalanan
beraspal layaknya jalan provinsi, tapi seketika tersulap menjadi ramai dengan
kendaraan. Jalanan itu salut dengan bebatuan, membuat kami yang di atas angkot
harus berkelimpungan dengan gerakan disco alami.
Aku melepas head setku.Mulai gaduh suasana di dalam
angkot. Silih berganti mereka mengumumkan keluh dengan peristiwa aksi
demonstrasi mahasiswa hari ini. Aku terdiam dan mendengar….
Kalian tau,…
Hari ini aku meredam sebisa mungkin rasa dongkolku pada mereka yang
turun aksi,..hari ini sedikit cela hatiku merasa tak tentram dengan kejadian
itu, atau mungkin aku bisa mengatakan aku menyesal mereka turun aksi. Bagiku,
tak apa-apa..kalian turun aksi, tapi lakukanlah dengan cara damai dan tak
mengundang kata ‘anarkis’. Jalanan umum kota, tak layak untuk kalian jadikan
konsumsi sendiri, kami…kawan kalian…pun punya urusan lain yang lebih penting
Dalam angkot itu ada beberapa
kepala, yang sangat ingin sampai di tujuannya…
2 siswa SMA yang punya tujuan
mulia ikut bimbingan belajar, mereka sibuk utak atik buku latihan soalnya di
angkot. Aku bisa menangkap sisi semangatnya, dan aku menjamin, mereka pasti telat sampai di tempat bimbingan.
Seorang ibu muda bersama seorang
anaknya yang mulai rewel, belakangan kutahu kalo anaknya sakit dan ibunya
hendak membawanya ke dokter praktek. Kalian bayangkan, anak kecil yang harus menahan sakit yang lama, yang seharusnya bisa segera meminum obatnya di rumah.
Seorang ibu yang tak kunjung
berhenti berbicara lewat ponselnya, menginstruksikan tentang sesuatu kepada
lawan bicaranya. Dan dari percakapannya, kutangkap..ibu itu ingin buru-buru
sampai di rumahnya, untuk menyusui anaknya. Yaa..,kubayangkan saat itu, seorang bayi mungil menangis kehausan,..
Aksi nyontek disini |
Tak semua kepala tau
arti menyayangi
Sejengkal tawa bisa
saja berarti duka
Hanya saja rabaan
nurani tak menafsirkannya
Karena terlewat angan asyik
dengan batangan sendiri
Aku hanya ingin
berucap…
Sesungguhnya kita
social,
Bersama!!
Awalnya engkau mengaku bersama kami..
BalasHapusNamun, sungguh tindakan tak melulu mencerminkan maksud hati..
Kini, tak lagi percaya kami berpihak padamu.
Tak pernahkah terpikir olehmu, cara yang lebih berpendidikan? Ataukah engkau hanya mengagungkan sebuah label saja?
hmmm lagi pamer kata2 pamungkas di lapak saya ya bang??hayooo hati2 provokasi..
Hapusaksi sih boleh saja, toh itu mengaspirasikan keinginan rakyat juga, yag aku sesalkan..teman2 mahasiswa tak mengerti damai...seolah2 semua bisa diselesaikan dengan 'anarkis'
aku sendiri kadang bingung permainan apa dibalik semua ini, semua menjadi tidak sewajarnya ketika tangan2 politik sdh ikut bermain sebagai sutradara, memberikan peran sebagai stuntman dengan harapan utk mengganti peran yg sulit dan penuh resiko..., adik2ku para mahasiswa, fokus pada tujuan awal, tetep berjuang, hindari provokasi.
BalasHapusheheh makassar paling santer ya kedengarannya kak...kalo dah aksi di makassar, temen2ku di luar sana pada nelpon...'kalian kuliahnya gimana sih, ada mata kuliah aksi ya' wkwkwkw
Hapusaku jawab 'nda lah, makassar bisa tonji...mungkin mreka khilaf'^__^
masih tetap TIDAK SETUJU dgn aksi brutal dan anarkis
BalasHapus#hidup mahasiswa! ^o^/
hidup cinta damai...hidup mahasiswa
Hapus#kecuali mereka yang anarkis..^_________^
sebenarnya idealisme murni mahasiswa itu bagus, karena kalo dipikir mereka bisa saja memilih opsi tak peduli dengan apapun yang terjadi, apapun yang dilakukan penguasa, toh pada dasarnya mereka hanyalah mahasiswa yang tugas utamanya 'hanya' belajar, cmiiw ... hanya saja sepertinya harus ada revolusi besar-besaran terhadap tata cara mengunjukkan rasa ini, ya ... *sigh*
BalasHapusciyeeee pake sigh sgala, masih keliatan ni kak icha kalo mantan ANTEK juga...^__^
Hapushidup almamater merah...
Aksi demonstrasi sih ane setuju asal jelas tujuannya. Nggak di tunggangi kepentingan pihak lain. Tapi kalau sudah anarkis dan merepotkan banyak orang, nggak banget deh. Aku lebih suka sama demo yang cinta damai. Nggak anarkis kayak gitu. Katanya mahasiswa tapi masih aja anarkis. Hal itu nggak mencerminkan sikap seorang mahasiswa.
BalasHapushmmm nagh ini baru ni tipe mahasiswa teladan...
Hapusmakasih kunjungannya mas,salam ukhuwah^_^
ga bisa ya demo pakai tata tertib,jgn selalu anarkis...
BalasHapushmmm kagak tau kak atma,..harus nunggu ada peraturan pihak kampus kali ya..^^
HapusTak semua kepala tau arti menyayangi
BalasHapusSejengkal tawa bisa saja berarti duka
setuju ma puisi yang ini, alhamdulilah di tmpat ku ga ada demo uty :)
makasih mbak..hei aku melewatkan gosip hangat tentang kopadaranmu ya mbak yu...crita donk
Hapuswwwkwkwkwk..
HIDUP MAHASISWA !! HIDUP MAHASISWA !!!
BalasHapusSTOP ANARKIS ! STOP PROVOKASI !!
hidupppp
Hapusganyang anarkis...
hehehe serasa turun aksi ni kita cank^^
gimana ya, emang rada bingung sih sm situasinya, kl demo adem ayem gak di gubris, tp kl anarkis juga gak baik malah perusakan nantinya, mendingan mendaki aja kali ya, hihihi :D
BalasHapuslha kalo demo anarkis, digubris kagak???palingan di gubris karena ngerusak kan...hmmmm negri kita sangat perlu berbenah^__6
Hapusmakasih dah mampir bang,..salam ukhuwah
kemarin aku debat sama temenku yg pro sama aksi demo dg dalih "dengan apa lagi kita akan didengar."
BalasHapusaku juga gak seratus persen kontra dengan aksi demo, tapi juga gak harus demo berakibat perang dan anarkis. aksi demo sekarang sudah keluar dari jalur artinya sendiri. pas liat berita rasanya miris ngeliat aksi demo mahasiswa sekarang.
heheh kalo masalah pro dan kontra, aku sering banget ngobrolin hal kayak gitu breng temenku..
Hapusaku nda pernah mengecam aksi demo, asal itu dilakukan damai..tapi kalau larinya dah anarkis dan merusak fasilitas umum...itu yang bikin hati miris
salam kenal vie, saalam ukhuwah^^
makasih dah ikut melapak
kayaknya, seluruh Indonesia kemaren benar-benar jadi aksi demmo masal mahasiswa yaa pi.. di Palembang, demmo 2 hari berturut2 dan selama 2 hari pula mendadak hujan turun.. hahahahaha.. tapi yang lebih mengenaskan, mereka demmo nya anarkis banget, pake bakar sepeda segala.. apa coba?? demmo ya demmo saja, yang damai yang tidak menganggu kepentingan publik.. :|
BalasHapusMakassar dah 3 hari berturut2, puncaknya kemarin..kabarnya sampai akhir pekan ini dhe
Hapuswaah makasih lho dah bertamu...
Aduh, dimana-mana yang namanya demo kok terkesan anarkis ya? Memangnya tidak ada cara lain selain demo ya?
BalasHapuskagak tau juga mbak...heheheh, nda juga sih..aku pernh liat aksi damai...ya proses damai..nda ada acara bakar ban^^
Hapuskenapa sih mesti rusuh ya? mengutarakan aspirasi, pendapat dan keinginan kan bisa cara baik-baik.
BalasHapusAda event buat para blogger nih, hadiahnya Samsung Galaxy ACE dan uang tunai, info lebih lanjut langsung saja ke blog saya.
^_^
Hapusmakasih dah berkunjung mas,..biasanya makhluk gondrong seneng yang anarkis...heheheh
serba salah memang, ketika mereka melakukan aksinya dengan damai, dan tenang, namun hasil yang mereka dapat cuma sebuah janji-janji kosong dan senyuman-senyuman khas para petinggi pemerintah.
BalasHapusNamun ketika mereka sudah muak dengan janji-janji manis itu, dan kesabaran mereka sudah habis, kemudian melakukan aksi dengan cara yang berbeda, mereka malah dicaci oleh masyarkat.
Saya juga setuju, bahwa tindakan pengrusakan bukanlah jalan keluar dari problema ini, karena akan ada anggaran baru jikalau fasilitas pemerintah dirusak.